pengaruh strategi sdm terhadap kinerja 3 Kepuasan Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan. Keadaan ini menggambarkan suatu kenyataan bahwasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja menurut Martoyo (2004:132) adalah keadaan emosional karyawan

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pemeliharaan Hubungan Pegawai

BAB II LANDASAN TEORI DEFINISI DAN PENGUKURAN KEPUASAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

satisfaction refers to an individual s general attitude toward his or her job. A person with

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERAWAT. keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penanganan terhadap kualitas Sumberdaya Manusia, khususnya pada. tingkatan organisasi. Sumberdaya Manusia yang besar apabila dapat

ANALISIS KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. IDS MARKETING INDONESIA

Bab 2 Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan aktivitas perusahaan tidak akan terlaksana. Menurut Poerwadarmita (1986)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan

BAB I PENDAHULUAN. ujung tombak pelaksana kegiatan produksi. Begitu pula dengan PT X, sebagai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang positif dari individu yang disebabkan dari penghargaan atas sesuatu

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

vi Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja (Job Satifaction) seharusnya pekerja terima. Menurut As ad (2004) kepuasan kerja adalah keadaan

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kompensasi Tidak Langsung. untuk mencapai tujuan bidang pendidikan. Kompensasi lebih dari sekedar

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PT. WANGSA JATRA LESTARI PAJANG KARTASURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dengan tenaga sumber daya manusia yang dominan, kepuasan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR Pengertian Kepemimpinan Entrepreneurial

UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Sedhana Yasa,et,al (2012) dengan judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wibowo (2011:501) kepuasan adalah sikap umum terhadap pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari penelitian Ulfa suci pratiwi (2011) dengan judul Pengaruh Faktor

I. PENDAHULUAN. menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Menpan (Dhini Rama Dhania, 2010:16), pengertian beban kerja

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Karyawan Bank BTPN Madiun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui dewasa ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan munculnya situasi kompetitif dalam rangka mempertahankan

BAB II LANDASAN TEORI. maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

BAB II LANDASAN TEORI. dijelaskan lebih dahulu mengenai pengertian dari budaya organisasi. Menurut John R. Schermerhorn Jr (2002 : 49) dalam bukunya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik mengenai kepuasan kerja pada karyawan operasional tempat billiard

Transkripsi:

pengaruh strategi sdm terhadap kinerja 3 Kepuasan Kerja Dalam kehidupan organisasi modern, kepuasan kerja (Job Satisfaction) sering dijadikan ukuran tingkat kematangan organisasi yang merupakan tanda bahwa organisasi dikelola dengan baik yang pada dasarnya adalah hasil manajemen yang efektif. Kepuasan kerja adalah ukuran proses pembangunan manusia yang berkelanjutan dalam suatu organisasi, karena itu walau tidak seorangpun manajer bisa berharap mampu membuat semua karyawan bahagia dalam pekerjaannya, kepuasan kerja tetap perlu mendapat perhatian. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mendapatkan kepuasannya. Meskipun belum ada keseragaman mengenai batasan atau definisi dari kepuasan kerja, namun sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsip diantara banyak pengertian tentang kepuasan kerja. Pendapat yanag dikemukakan oleh Luthans (1995:187) dikatakan bahwa Job Satisfaction is the way an employee feels about his or her job. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah apa yang dirasakan oleh seorang pekerja atas pekerjaannya. Luthans (1995:126) juga mengatakan bahwa Job Satisfaction is a results of employee perception of now well their job provides these things which are viewed as important. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu akibat atau hasil dari persepsi karyawan tentang seberapa baik pekerjaannya yang dapat memberikan sesuatu yang dipandang penting baginya. Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich dan Donely (1991:75) Job Satisfaction is an attitude that workers have about their job, which result from their perception of the job. Bahwa kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan dan sikap yang dimiliki oleh karyawan terhadap pekerjaannya yang diakibatkan dari persepsi tentang pekerjaan yang dilakukan. Pendapat Gilmer dalam As ad (2003:102) yang menyatakan bahwa bekerja itu merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuan. Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik karena terbukti besar manfaatnya bagi kepentingan individu, perusahaan, dan masyarakat. Bagi individu, pemahaman akan kepuasan kerja memungkinkan untuk meningkatkan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan kesejahteraan mereka, sedangkan bagi perusahaan, dapat dipakai sebagai pedoman untuk meningkatkan produktivitas atau efektivitas serta efisiensi perusahaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perasaan/persepsi pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi nilai kepuasan yang dirasakan dan sebaliknya. Berdasarkan pendapat Wexley dan Yukl dalam As ad (2003:104), kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja semacam ini melihat kepuasan kerja sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya. jadi determinasi kepuasan kerja menurut batasan ini meliputi perbedaan individu maupun situasi sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan.

Kepuasan kerja seseorang pada dasarnya tergantung pada selisih antara harapan kebutuhan atau nilai dengan apa yang telah diperoleh melalui pekerjaanya. Seseorang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimal yang diinginkan telah terpenuhi. Sedangkan pendapat Blum dalam As ad (2003:104) mengatakan bahwa kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri, dan hubungan sosial individu di luar kerja. Kepuasan kerja menurut pendapat di atas, tidak hanya terpengaruh oleh faktor internal yang secara spesifik menyangkut seseorang individu saja seperti halnya mental dan emosional, namun juga faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan, meskipun demikian, faktor internal dan eksternal adalah saling berhubungan. Mental seseorang di samping dipengaruhi oleh lahiriah individu, namun juga dipengaruhi oleh pengalaman individu tersebut selama berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendapat Tiffin dalam As ad (2003:104) mengatakan bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan. Di sini menerangkan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang, dalam hal ini karyawan, selama pekerjaannya, yang nampak dari sikap karyawan terhadap keadaan atau situasi kerjanya, akan tetapi perlu disebutkan bahwa kepuasan kerja itu bersifat relatif, bagi setiap individu tidak sama dalam tingkat kepuasannya, tergantung sejauh mana setiap individu mengharapkan kebutuhannya terpenuhi. Sikap positif dari karyawan terhadap pekerjaan menunjukkan adanya kepuasan kerja. Sikap positif itu antara lain sampai sejauh mana faktor-faktor dalam pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan karyawan. Kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaan yang bermacam-macam, (Wexley and Yukl, 1992:129). Kepuasan kerja adalah suatu sikap positif dan juga bisa negatif yang dipunyai individu terhadap berbagai segi pekerjaan, tempat kerja, dan hubungan dengan teman sekerja. Hal ini dihasilkan dari intrinsik, ekstrinsik, dan persepsi orang terhadap pekerjaannya, (Gibson et al., 1991:150). Locke dalam Luthans (2006:243) mengemukakan, kepuasan kerja adalah keadaan emosi seseorang yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Dalam hal ini kepuasan kerja merupakan persepsi karyawan tentang seberapa besar dan baik pekerjaannya memberikan hal yang dinilai penting. Selain itu istilah kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu yang menilai perbedaan antara jumlah imbalan yang diterima dengan yang diyakini seharusnya diterima. Individu yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap kerja itu, individu yang tidak berpuas hati dengan kerja mempunyai sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu, (Robbins, 1989:139). Definisi tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa kerja adalah kegiatan yang menghasilkan suatu nilai bagi orang lain, (Osborn, 1985:45). Jika yang dirasakan dari pekerjaannya melampaui biaya maginal yang dikeluarkan oleh pekerja di sebut cukup memadai, maka akan muncul kepuasan kerja, (Fraser, 1993:43). Kepuasan kerja merujuk

pada keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang, (Mathis and Jackson, 2000:98). Mengacu pada Sweeney dan Mc.Farlin (2002:56) pekerja akan sangat terpuaskan dengan pekerjaannya bilamana pekerja mendapatkan apa yang sesuai dengan keinginannya. Kepuasan kerja merupakan reaksi kognitif, afektif, dan evaluatif mengacu pada pekerjaannya (Greenberg & Baron, 2000:170). Kepuasan kerja didefinisikan Locke (1976) dalam Ensher, Grant-Vallone, dan Donaldson (2001) sebagai keadaan emosional positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Karyawan bereaksi terhadap kepuasan atau ketidakpuasan yang dialami dalam berbagai cara. Reaksi yang berbeda-beda ini mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja baik secara individu maupun organisasi secara keseluruhan. Pada tingkat individual, rasa tidak puas akan memberikan pengaruh terhadap penurunan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan. Selanjutnya, apabila karyawan yang tidak puas tersebut memberikan pengaruh terhadap karyawan lain, maka akan timbul penurunan prestasi kerja organisasi secara keseluruhan. Melihat dari berbagai pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja sangat penting sekali dalam meningkatkan performance atau kinerja suatu perusahaan dan menjadi pertimbangan mutlak dalam mempertinggi efisiensi. Efisiensi kerja karyawan akan menjadikan karyawan lebih terjaga, baik kondisi fisik maupun psikologi, sehingga rasa bosan, cepat lelah, tidak bersemangat, perputaran kerja, dan lain-lain dapat dihilangkan. Faktor-faktor kepuasan kerja penting untuk dibahas khususnya guna memenuhi pertanyaan apa yang diukur dalam variabel kepuasan kerja. Banyak penulis memperlihatkan sejumlah aspek situasi tertentu yang berbeda sebagai sumber penting dari kepuasan kerja. Mangkunegara (2000:120) sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut: a. Faktor Pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja. b. Faktor Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja. Berbagai pendapat mengatakan bahwa tingkat gaji merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja, tetapi ada juga orang yang mempunyai pendapatan tinggi masih merasa tidak puas dengan pekerjaannya, karena masalah gaji sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktorfaktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kerja karyawan tergantung pada pribadi masing-masing karyawan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut As ad (2003:115) adalah: a. Faktor Psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan ketrampilan. b. Faktor Fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan yang meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan lain-lain.

c. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. d. Faktor Finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, hal yang paling pokok adalah bagaimana pemimpin mampu menciptakan kondisi yang ideal bagi kepentingan karyawan dan tujuan perusahaan. Tentunya bukan pekerjaan yang mudah, mengingat bahwa banyaknya kepentingan pribadi yang berbedabeda di antara para karyawan. Antara satu karyawan dengan karyawan lainnya tidaklah sama tingkat kebutuhannya. Jadi tingkat kepuasan terhadap suatu kondisi yang diciptakan oleh perusahaanpun akan berbeda dirasakan oleh masing-masing karyawan. Lebih lanjut Luthans (1995:177) mengemukakan There are five job dimensions that represent the most important characteristics of a job about which people have affective responses there are work itself, pay, promotion opportunities, supervision, co-workers. Secara lebih terperinci kelima elemen tersebut dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut: a. The Work Itself, Ploys a Very major role in determining how satisfied employees are with their jobs. By and large, workers want jobs that are challenging. The most important aspect of the work itself. That influence job satisfaction are variety and control over work methods and work plote. b. Pay, Is such an important determinationts of job satisfaction because it is instrumental in fulfilling so many of the needs of individuals. How ever, fringe benefits has not been found to have as strong an influence on job satisfaction, and are as significant to white collar workers as to blue collar workers c. Promotion Opportunities, How a moderate impact on job satisfaction. A promotion to a higher level typically involves positive changes in supervision, job content, and pay. Jobs that are s higher levels usually proides workers with more freedom, more challenging work assignment, and higher salary. d. Supervision, It is a moderately important source of job satisfaction. Two dimensions of leader ship style (e.i. employee centeredness and consideration), in particular, seem to have some impact on employee job satisfaction. e. Co-Workers (Rekan Kerja), Having friendly and cooperative co-workers is a modest source of job satisfaction to individual employees. People like the opportunity to have conversation with cash other as they work, and specially dislike jobs in which they are physically sepatared cash other. Faktor-faktor lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan oleh Robins (1996:192) bahwa. That the more important factor conductive to job satisfaction are mentally challenging work, equitable reward, supportive working conditions, and supportive colleagues. Adapun faktorfaktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kerja yang secara mental menantang, karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberinya kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuannya dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik karyawan mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan

perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan. 2. Upah yang pantas, para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak kembar arti, dan segaris dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan menghasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang, banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang akan dilakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaannya. 3. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit). 4. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi karyawan.