BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ada disekelilingnya. Keterampilan motorik seperti berlari, berjalan,

NASKAH PUBLIKASI ZAINUL MUTTAQIN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dengan ruas jalan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disertai perbaikan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan motorik pada usia 1-5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL TRAUMA ABDOMEN DI BANGSAL IMC RSU ISLAM KUSTATI

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun terdapat

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Metode Simulasi Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Praktik Perawatan Luka Siswa Di SD Negeri Mranggen 2 Demak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, traffic accident, maupun

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. M DENGAN POST OPERASI ORIF FRAKTUR FEMUR DISTAL DEXTRA DI BANGSAL AB RSU PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

RSU MITRA SEJATI PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. terkait hasilnya belum sesuai yang diharapkan (Aryono, 2011). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 dalam Badan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecelakaan merupakan salah satu kejadian yang tidak di inginkan,

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia kritis dikarenakan pada masa tersebut mereka rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta professional kesehatan lainnya yang masih memprioritaskan masalah kesehatan balita, padahal peranan anak sekolah yang sangat dominan akan mempengaruhi kualitas hidup anak di kemudian hari (Gobel, 2009). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama saat ini di Indonesia (Hidayat, 2008). Kecelakaan merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan yang banyak terjadi pada anak. Hampir satu juta anak setiap tahunnya meninggal karena kecelakaan dan lebih dari puluhan juta anak lainnya memerlukan perawatan rumah sakit karena mengalami luka berat. Beberapa kasus lain diantaranya mengakibatkan cacat permanen pada anak serta gangguan fungsi otak. Kasus kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar, dan tenggelam (Depkes RI, 2010). Penelitian yang dilakukan Huriah (2008) menunjukkan bahwa distribusi kejadian cedera sebagian besar terjadi pada anak usia 10 tahun. Pada masa usia 1

2 usia 10 tahun, anak-anak mengalami berbagai perkembangan baik fisik, mental maupun sosial. Kondisi ini mengambarkan bahwa anak usia sekolah termasuk ke dalam salah satu kelompok berisiko. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah memiliki sekumpulan faktor predisposisi untuk terjadinya risiko penyakit dan cidera. Rumah Sakit di Amerika setiap tahunnya menerima 100.000 sampai 150.000 pasien anak dengan cedera kepala (Dewanto, 2009). Kasus cedera kepala menyumbangkan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi pada anak usia lebih dari satu tahun. Angka kejadian kesakitan atau sampai mendapat perawatan di rumah sakit di Amerika adalah 250.000 kasus dan angka kematian mencapai 25.000 jiwa (Sharieff et al, 2005). Cedera kepala adalah semua benturan atau ruda paksa pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik ringan maupun berat (Palang Merah Indonesia, 2009). Setiap terjadi kecelakaan dan korban mengalami benturan di kepala atau sampai menyebabkan pingsan dianggap sebagai kecelakaan berat dan berbahaya serta patut diduga akan berakibat pada geger otak (Junaidi, 2011). Anak laki-laki memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami cedera kepala dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki juga mempunyai resiko 4 kali lebih tinggi untuk mampu bertahan dari cedera kepala (Sharieff et al, 2005). Dampak dari cedera kepala tergantung pada luasnya kerusakan dan struktur-struktur disekitarnya. Suatu benturan pada kepala dapat menyebabkan

3 memar (contusio) jaringan kulit kepala yang superfisial dan akibat lain dari benturan adalah perdarahan intrakranial yang dapat mematikan. Kemungkinan terjadi kondisi setelah memar sederhana bisa jadi mengakibatkan hematoma kulit kepala, fraktur tengkorak, geger otak, dan edema (Giriwijoyo et al, 2012). Dampak cedera sendiri bisa diminimalkan jika kita bisa melakukan pertolongan pertama dengan benar (Palang Merah Indonesia, 2009). Menurut Junaidi (2011) prinsip utama dalam menolong korban adalah penolong harus tetap tenang tapi bukan lamban, dan pada saat memindahkan korban tidak dilakukan dengan terburu-buru. Saat mengusung korban, usahakan kepala korban tetap dalam keadaan semula. terlindungi. Pengkajian jalan nafas untuk menentukan ada sumbatan atau tidak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh guru hanya memberikan perawatan yang diperlukan untuk sementara waktu, sampai petugas kesehatan yang sudah terlatih sampai ditempat. Dasar dari tindakan pertolongan pertama adalah menyelamatkan jiwa korban, mencegah akibat yang lebih jauh, dan membuat penderita merasa nyaman (Mohamad, 2008). Dalam Al-Qur an juga sudah di jelaskan tentang kewajiban tolong menolong antar sesama, tak terkecuali untuk menolong dalam hal menyelamatkan jiwa seseorang. Dalam surat at-taubah ayat 71 sudah dijelaskan bahwa sebagian dari manusia adalah penolong bagi orang lain, yang berbunyi: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maa ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

4 menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Palang Merah Indonesia (2009) menyebutkan bahwa dalam peristiwa yang membutuhkan penanganan medis, biasanya orang pertama yang akan memberresioikan pertolongan pada korban adalah mereka yang berada ditempat kejadian. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat keterampilan, mulai dari tidak tahu dan mampu sama sekali sampai mereka yang sudah terampil dan terlatih. Pendidikan atau pelatihan tentang pertolongan pertama kepada semua orang sangat diperlukan, terutama bagi mereka yang kemungkinan sering berada dilingkungan rawan kecelakaan. Menurut Effendi & Makhfudli (2009) lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua tempat utama yang digunakan oleh seorang anak untuk melakukan aktifitas seperti belajar, bermain, dan kegiatan lainnya. Sekolah sangat berhubungan dengan resiko jatuh saat bermain pada anak disekolah. Hasil penelitian di sekolah-sekolah Boulder, Colorado Amerika serikat didapatkan angka cedera pada anak sekolah mencapai 9,2% pertahun (Kuschitwati et al, 2007). Satu dari 10 anak usia sekolah menderita karena cedera kepala selama kehidupannya dan sepertiga diantaranya akan dirawat dirumah sakit karena cedera kepala tersebut (Schwartz, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Tamantirto, beberapa guru menyatakan bahwa sering terjadi insiden jatuh pada siswa-siswi yang bermain di area sekolah. Lapangan sekolah yang terbuat dari semen dan

5 beton kasar membuat para siswa beresiko untuk mengalami luka ringan. Lantai sekolah yang terdiri dari dua lantai memungkin terjadinya kecelakaan seperti jatuh dari lantai atas, terjatuh dan terpeleset di tangga, dan kejadian-kejadian lainnya. Di sekolah ini sudah tersedia sarana kesehatan, yaitu ruangan UKS. Obat-obatan standar sudah tersedia di ruangan UKS, namun belum begitu lengkap khususnya untuk obat-obatan dan peralatan P3K. Untuk kasus kecelakaan seperti jatuh, cedera, ataupun sakit yang menimpa siswa, maka penanganan dilakukan oleh para guru yang dalam keadaan senggang atau guru yang melihat langsung kejadian kecelakaan disekolah. Ketika terjadi kecelakaan, para guru memberikan pertolongan atau penanganan sebatas kemampuan mereka sebagai penolong. Tidak hanya para guru, warga sekolah lainnya seperti satpam, cleaning service, dan guru ekstrakurikuler juga akan bisa menjadi penolong jika ada siswa yang mengalami kecelakaan dikarenakan mereka juga mempunya waktu yang cukup banyak berada disekolah bersama para siswa. Salah seorang guru menuturkan bahwa disekolah ini pernah terjadi kasus cedera kepala yaitu sebanyak empat siswa. Salah satu siswa mengalami kecelakaan saat bermain dan diduga siswa tersebut mengalami cedera kepala. Siswa itu jatuh saat melompat dan mengalami benturan keras didaerah kepala, para guru bingung dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menangani siswa tersebut. Guru yang menagani siswa tersebut membangunkan siswa tanpa melihat tanda dan gejala yang diakibatkan dari kecelakaan yang

6 terjadi, mengecek apakah ada bagian tubuh yang mengalami luka dan perdarahan, padahal keadaan berbahaya seperti cedera kepala bisa saja tanpa adanya perdarahan, mendiamkan korban tanpa berusaha menyadarkan korban. Para guru mengaku tidak bisa membedakan apakah cedera yang dialami siswa merupakan cedera ringan atau berat. Jika bagian tubuh siswa yang terbentur atau terluka adalah bagian kepala, maka patut diwaspadai dan dianggap serius serta harus langsung diberikan pertolongan. Cedera kepala mempunyai resiko yang begitu besar terlebih jika tidak diberikan pertolongan secara benar sesaat terjadinya cedera (Junaidi, 2011). Dapat disimpulkan bahwa cara penatalaksanaan yang dilakukan oleh para guru belum sesuai dengan apa yang ada di teori pertolongan pertama untuk kasus cedera kepala sehingga diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan keterampilan para guru. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pembelajaran tertentu (KBBI, 2008). Keterampilan para guru di SD Muhammadiyah Tamantirto dalam hal penanganan standar untuk perawatan kesehatan standar untuk siswa yang sakit masih kurang. Keterampilan guru yang kurang ini dibuktikan dengan tidak bisa dilakukan penanganan dengan benar jika ada siswa yang sakit atau mengalami kecelakaan disekolah. Pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku individu sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan

7 nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan diperlukan untuk merubah cara berpikir seseorang dalam menjaga kesehatan mereka dan orang disekitar mereka serta bagaimana cara untuk menghindari hal-hal yang merugikan mereka. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif (Nursalam & Efendi, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Pangastuti yang berjudul Pengaruh Metode Simulasi Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Praktik Perawatan Luka Siswa Di SD Negeri Mranggen 2 Demak membuktikan bahwa ada pengaruh ada perbedaan tingkat praktik perawatan luka pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode simulasi berpengaruh terhadap perubahan kemampuan praktik seseorang untuk mencapai derajat kesehatannya. Berdasarkan hasil analisis telaah literatur dan hasil studi pendahuluan, maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan penolong dalam pemberian pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa SD Muhammadiyah Tamantirto. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dirumuskan adalah Adakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan

8 penolong dalam pemberian pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa SD Muhammadiyah Tamantirto?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keterampilan penolong dalam pemberian pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa SD Muhammadiyah Tamantirto. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui keterampilan penolong sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa Muhammadiyah Tamantirto. b. Untuk mengetahui keterampilan penolong sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa SD Muhammadiyah Tamantirto. c. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan penolong sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeberian pertolongan pertama kasus cedera kepala pada siswa SD Muhammadiyah Tamantirto

9 D. Manfaat Penelitian 1. Guru dan karyawan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai materi dan bahan upgrade ilmu untuk meningkatkan keterampilan dalam memberikan pertolongan pertama kepada para siswa yang mengalami cedera kepala disekolah. 2. Sekolah Penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar pembuatan panduan untuk sekolah dalam memberikan pertolongan pertama pada siswa yang cedera kepala dan pendukung aktifnya UKS. 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi serta sebagai acuan dalam pembuatan penelitian selanjutnya. E. Penelitian terkait 1. Pangastuti (2014), Pengaruh Metode Simulasi Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Praktik Perawatan Luka Siswa Di SD Negeri Mranggen 2 Demak. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan pretest-posttest design with control group. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat praktik perawatan luka pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Persamaan penelitian ini adalah meneliti pengaruh metode simulasi atau pendidikan kesehatan tentang pertolongan petama, metode pengambilan

10 sampel yang digunakan juga sama yaitu total sampling. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu responden dalam penelitian diatas sebanyak 83 responden dengan kelompok intervensi dan kelompok control sedangkan penelitian ini hanya ada 13 responden tanpa kelompok kontrol, fokus materi pembelajaran juga berbeda yaitu penelitin diatas fokus pada perawatan luka sedangkan penelitian ini fokus pada cedera kepala. 2. Ratnaningrum (2005), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Save The Children Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua Dalam Pencegahan Kecelakaan Pada Balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasy eksperimental. Sampel pada penelitian ini adalah orang tua balita, yaitu sebanyak 30 responden. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh antara pendidikan kesehatan terhadap perilaku orang tua dalam pencegahan kecelakaan balita. Persamaan penelitian ini adalah meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu pada sampel, variabel yang diteliti dan isi materi pembelajaran.