DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II KONSEP DAN PENGATURAN DUMPING SERTA ANTIDUMPING DALAM KERANGKA GATT WTO

Oleh Ni Wayan Anggita Darmayoni I Gede Yusa. Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN E-COMMERCE DAN EKSISTENSI ELECTRONIC SIGNATURE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

BAB III KETENTUAN ANTI DUMPING DALAM GATT DAN KETENTUAN ANTI DUMPING DI INDONESIA

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

Restrukturisasi Perusahaan Akibat Krisis Perekonomian Global

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

BAB II HUKUM ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

TANGGUNG JAWAB HOLDING COMPANY (INDUK PERUSAHAAN) TERHADAPANAK PERUSAHAAN DALAM LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

ANTIDUMPING CASE SETTLEMENT IN INDONESIA (In Case wheat flour import form Turkish)

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia. Hal ini sejalan pula dengan

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

Oleh Agus Gede Santika Subawa Ni Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK KERJASAMA INTERNASIONAL BERDASARKAN UNIDROIT

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

Keywords: Role, UNCITRAL, Harmonization, E-Commerce.

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MEKANISME BERACARA SECARA PRODEO DALAM PERKARA PERDATA

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

METODE PENELITIAN. menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA TERKAIT TINDAKAN SPIONASE DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

UPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Disampaikan Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum

Kata Kunci: Dumping, price undertaking, KADI, UMKM, BMAD.

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

SKRIPSI PERANAN KOMITE ANTI DUMPING INDONESIA DALAM PENCEGAHAN PRAKTIK DUMPING TERHADAP BARANG IMPOR OLEH : IMAN ARNAN B

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DENGAN ADANYA PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM) PEWARNA

ANALISIS KOMPARATIF YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA. Novie Andriani Kesuma Suhaidi Mahmul Siregar Jelly Leviza

Praktek Dumping. Abstraksi

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTIK DUMPING

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PENERAPAN PASAL 303 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA TENTANG PERJUDIAN TERKAIT SABUNG AYAM DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

KEABSAHAN PERMEN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN

DAMPAK DUMPING TERHADAP UMKM (USAHA MIKRO,KECIL DAN MENENGAH):Suatu kajian dalam perspektif Hukum Dagang Internasional. Oleh Ikarini Dani Widiyanti*

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Aprilia Gayatri A Femita Adriani A

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA KECIL DALAM KEGIATAN BERUSAHA Oleh : I Putu Denny Pradnyana Putra Cokorde Dalem Dahana

PRAKTEK DUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA O le h : DR. SUKARMI, S.H.,M.H.

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

BAB I PENDAHULUAN. internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Dinamika

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

Oleh : Ni Putu Lisna Yunita I Gede Putra Ariana. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana. Abstract

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

BAB I PENDAHULUAN. sekutu, maka dimulailah upaya membentuk lembaga-lembaga ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA DATA BASE. Oleh : Yeanis Nebula Ricisandhy. Ni Ketut Supasti Darmawan. Ida Ayu Sukihana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING. masuk ke semua negara anggota dengan bebas. Indonesia merupakan salah satu

NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS

ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: SINKRONISASI PERATURAN ANTI DUMPING INDONESIA TERHADAP WTO ANTI DUMPING AGREEMENT

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO

ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

Keywords: UNCLOS 1982, Laut Yuridiksi Nasional, Pembajakan dan Perompakan

PENGATURAN HAK MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

UNIVERSITAS INDONESIA

Transkripsi:

DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh: Ni Wayan Ella Apryani Ayu Putu Laksmi Danyathi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam perdagangan bebas global, suatu negara kerap kali melakukan dumping sebagai salah satu strategi untuk menguasai pangsa pasar yang mengakibatkan kerugian terhadap negara lainnya. Sebagai penanggulangannya, negara-negara mempraktikkan kebijakan antidumping yang merupakan penjabaran dari Pasal VI GATT. Namun ini menjadikan bukan hanya praktik dumping tetapi antidumping juga sebagai suatu persaingan yang tidak sehat (unfair trade practice) dalam hubungan perdagangan internasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan dumping dan antidumping dan juga menganalisa kedudukannya dalam Pasal VI GATT. Kata Kunci : dumping, anti-dumping. ABSTRACT In a global free trade, states often aplly action that is generally called dumping as one of the strategies for dominating the market share that resulted in losses against other countries. As countermeasures, states practice antidumping policy that is derived from Article VI of GATT. However this makes not only the practice of dumping but also antidumping as an unfair competition (unfair trade practices) in international trade relations. This writing is aimed to describe the regulation of dumping and antidumping and also to analyze their status under Article VI of GATT. Keywords : dumping, anti-dumping I. PENDAHULUAN Dalam perdagangan internasional, persaingan merupakan hal yang wajar bahkan dapat disebut sebagai suatu yang essensial. Para pelaku bisnis pasti akan berlomba untuk melakukan inovasi-inovasi baru demi menunjang meningkatnya pangsa pasar dunia, akan tetapi hal ini tidak jarang menimbulkan suatu tindakan yang kurang baik yang lazim disebut dengan persaingan yang tidak sehat. Merujuk pada Pasal 1 angka 6 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, persaingan yang tidak sehat atau unfair trade practice merupakan persaingan antar pelaku bisnis untuk menjalakan kegiatan produksi atau pemasaran barang ataupun jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau bahkan melawan hukum untuk menghambat persaingan bisnis yang berdampak negatif pula terhadap dunia perdagangan. 1

Salah satu tindakan yang kerap kali disebut sebagai unfair trade practice di dunia bisnis internasional adalah dumping. Dalam perspektif General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) bentuk umum unfair trade practice yang dipersoalkan adalah masalah dumping. 1 Hal ini dikarenakan dumping dapat mengakibatkan kerugian yang luas terhadap produsen yaitu menyempitnya pangsa pasar produsen dalam hal ini yang dimaksud adalah negara tuan rumah. Dumping juga memberikan dampak negatif bagi usaha-usaha mikro di negara importir terlebih bagi negara-negara importir yang masih termasuk dalam kualifikasi negara berkembang. 2 Karena dampak negatif dari tindakan dumping tersebut maka disusunlah suatu langkah untuk menanggulanginya yaitu kebijakan antidumping. Kebijakan ini dibuat dalam bentuk code yang dibentuk selama Kennedy Round (1962-1967) yang merupakan penjabaran dari Pasal VI GATT. 3 Antidumping pada kenyataannya tidak selalu diberlakukan sebagaimana mestinya, akan tetapi sering dipergunakan sebagai perisai untuk sekedar melindungi pasar domestiknya. 4 Sebagai contohnya yaitu kasus beberapa produsen Australia yang menjatuhkan tuduhan dumping terhadap ekspor alatalat tulis Indonesia. Atas tuduhan tersebut Pemerintah Australia memberlakukan larangan impor sementara terhadap barang tersebut. 5 Dari praktik antidumping tersebut maka bukan hanya dumping saja yang dapat disebut sebagai unfair trade practice akan tetapi antidumping apabila pelaksanaannya menyimpang dapat disebut sebagai unfair trade practice. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan dumping dan antidumping dan juga menganalisa kedudukannya dalam Pasal VI GATT. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Dalam penulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif dengan mengadakan pendekatan terhadap undang-undang (the statute approach). 1 Ida Bagus Wyasa Putra, 2008, Aspek-aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, h. 11. 2 Idqan Fahmi, 2010, Sudah Impor, Dumping Pula, available from : URL : http://agrimedia.mb.ipb.ac.id/uploads/doc/2010-07-06_fahmi- SUDAH_IMPOR,_DUMPING_PULA.doc. 3 Ida Bagus Wyasa Putra, op.cit, h. 18. 4 Ida Bagus Wyasa Putra, op.cit, h. 10. 5 Sudargo Gautama, 1992, Masalah-masalah Perdagangan, Perjanjian, Hukum Perdata Internasional dan Hak Milik Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.11-12. 2

Pendekatan Undang-undang ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang ditangani. 6 Dalam tulisan ini, akan digunakan peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku dan juga instrumen internasional terkait, khususnya GATT. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Pengaturan Mengenai Dumping dan Antidumping Dumping adalah suatu praktek penetapan harga di mana perusahaan mengenakan harga yang lebih rendah untuk barang-barang yang diekspor daripada harga untuk pasaran domestik padahal barangnya sama saja. 7 Tindakan dumping diatur dalam GATT yaitu pada Pasal VI. Dumping dikatakan sebagai tindakan yang membuat kerugian pada industri dalam negeri negara importir karena ketidaksesuaian nilai produk dari negara eksportir yaitu harga yang terlalu rendah.....dumping,...less than the normal value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a contracting party or materially retards the establishment of a domestic industry, sehingga masalah dumping dianggap sebagai masalah yang serius dalam perdagangan internasional dan perlu diatur dalam GATT sebagai suatu legal instrumen yang umum digunakan dalam perdagangan internasional. Sedangkan antidumping merupakan kebijakan yang dibuat untuk menghindari tindakan dumping yaitu dengan melakukan tindakan pembalasan berupa pembebanan kewajiban antidumping yang seimbang. 8 Pengaturan mengenai antidumping juga terdapat dalam Pasal VI GATT, In order to offset or prevent dumping, a contracting party may levy on any dumped product an anti-dumping duty..... Akan tetapi pengaturan mengenai antidumping pada ketentuan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda sehingga menyebabkan disalahgunakannya pasal tersebut. Akibatnya, tindakan antidumping bukan digunakan sebagai penanggulangan tindakan dumping tetapi digunakan sebagai tindakan curang dalam bisnis internasional. Karena hal itu maka dibentuklah Antidumping Code untuk membatasi kemungkinan penyimpangan penerapan Pasal VI GATT. Antidumping 6 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93. 7 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, 2004, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jilid I, Indeks, Jakarta Barat, h.176. 8 Ida Bagus Wyasa Putra, op.cit, h. 14-15. 3

Code dibentuk melalui Tokyo Round Agreement yang kemudian dibentuk kembali dan dilengkapi selama Kennedy Round (1962-1967). 2.2.2 Kedudukan Dumping dan Antidumping dalam Pasal VI GATT Dalam GATT jelas bahwa kedudukan dumping ialah sebagai tindakan persaingan tidak sehat (Unfair Trade Practice) karena telah menyalahi prinsip MFN. MFN merupakan klausul yang mensyaratkan perlakuan non-diskriminasi dari suatu negara terhadap negara lainnya. 9 Akibat paling praktis dari dumping ialah menyempitnya pangsa pasar negara importir, sedangkan dampak luasnya adalah sebagai berikut. Penyempitan pangsa pasar negara importir mengakibatkan penurunan pendapatan produsen negara importir, kemudian penurunan tersebut lebih jauh menyebabkan penurunan daya bayar perusahaan terhadap ongkos tenaga kerja, penurunan kemampuan pembiayaan perusahaan akhirnya penurunan daya produksi dan daya ekspor. Akibat lebih jauhnya adalah pengangguran dan menurunnya daya hidup perusahaan tentunya di negara importir. Menurunnya perekonomian suatu negara yang diakibatkan oleh dumping jelas akan berimbas pula pada negara-negara lainnya. Hal ini lah yang mendasari dianggapnya dumping sebagai Unfair Trade Practice dalam GATT. 10 Kemudian pengaturan antidumping dalam Pasal VI GATT dimaksudkan sebagai suatu kebijakan untuk mengatasi dumping, menurut kententuan tersebut pada umumnya setiap negara anggota GATT yang terkena dumping dapat melakukan tindakan pembalasan berupa pembebanan kewajiban antidumping yang seimbang. Penafsiran mengenai ketentuan tersebut nyatanya telah disalahgunakan bagi negara produsen terutama negara-negara berkembang, praktik antidumping yang umumnya dilakukan oleh negara-negara industri maju sering kali menjadi sumber kerugian dan perdagangan yang tidak adil. Antidumping tidak selalu dipergunakan sebagaimana tujuannya, tetapi lebih sering digunakan sebagai tindakan untuk melindungi pasar domestiknya. Hal-hal yang sering dilakukan adalah menjatuhkan tuduhan dumping tanpa alasan yang patut dan kemudian menolak produk yang berasal dari negara-negara berkembang yang kebetulan berkedudukan sebagai negara eksportir. Hal ini tentu mengakibatkan kesenjangan 9 Huala Adolf, 2011, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, h.58. 10 Ida Bagus Wyasa Putra, loc.cit. 4

perekonomian dalam perdagangan internasional. Sehingga praktik antidumping yang sedemikian rupa hakikatnya juga merupakan unfair trade practice. 11 III. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni sebagai berikut : 1. Dumping dan Antidumping diatur dalam beberapa instrumen internasional, salah satunya diatur dalam General Agreement on Tariffs And Trade (GATT) khususnya dalam Pasal VI. 2. Dalam Pasal VI GATT, dumping merupakan unfair trade practice DAFTAR PUSTAKA Buku : sedangkan antidumping merupakan kebijakan untuk menanggulangi tindakan dumping, akan tetapi penafsiran yang salah pada Pasal VI GATT menyebabkan tindakan antidumping dapat digolongkan menjadi unfair trade practice sehingga dumping maupun anti dumping tergolong ke dalam unfair trade practice atau bentuk persaingan yang tidak sehat. Huala Adolf, 2011, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta. Ida Bagus Wyasa Putra, 2008, Aspek-aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung. Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, 2004, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan,Jilid I, Indeks, Jakarta Barat. Sudargo Gautama, 1992, Masalah-masalah Perdagangan, Perjanjian, Hukum Perdata Internasional dan Hak Milik Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Instrumen Internasional: General Agreement on Tariffs And Trade (GATT) Undang-Undang: Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Tidak Sehat. 11 Opcit, h.10. 5