TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, WAKTU MENONTON TELEVISI, DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS KESEHATAN ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE. n = Z 2 P (1- P)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan.

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

majemuk, serta kemampuan diri yang menyangkut proses berpikir, daya ingat, pengetahuan, tujuan dan aksi yang meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Transkripsi:

4 TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Prasekolah Kelompok anak usia prasekolah terdiri atas 2 kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dan usia 4-6 tahun (PERSAGI 1990). Usia prasekolah merupakan periode keemasan atau golden age dalam proses perkembangan anak. Pertumbuhan fisik dan motorik cukup pesat terjadi pada masa usia prasekolah yang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Pada usia ini, anak berusaha mengendalikan lingkungan dan belajar menyesuaikan diri secara sosial (Hurlock 1991). Perkembangan seorang anak tergantung pada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih. Anak seringkali mendapat kesulitan dalam hal makanan dan tidur, serta menyesuaikan diri dengan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting untuk menunjang aktivitasnya, sehingga pada masa ini anak memerlukan perhatian khusus serta penanganan baik dari segi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Hurlock 1991). Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada anak prasekolah adalah pertumbuhan fisik yang tidak optimal akibat kurang gizi. Kurang gizi pada masa ini menyebabkan gangguan pertumbuhan dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Sebaliknya, masalah kesehatan pada anak juga dapat disebabkan gizi lebih yang beresiko menyebabkan kegemukan dan menderita penyakit degeneratif (Santoso 2004). Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai potensi genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan ini akan dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi anak dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan zat gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar (Khomsan 1993). Anak usia prasekolah merupakan konsumen aktif, karena mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku, termasuk perilaku makan. Pergaulan dengan anak- anak yang lebih besar dapat menimbulkan anak senang jajan. Jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan gizi yang diperlukan bagi tubuhnya dan menyebabkan masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang (Uripi 2003).

5 penunjangnya. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem metabolisme basal. Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2003). Pemasukan energi tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang dapat berdampak pada kegemukan. Modernisasi yang terjadi saat ini melalui perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Memiliki waktu yang lebih banyak untuk menonton televisi, bermain komputer atau playstation telah menjadi bagian dari aktivitas yang dilakukan anak-anak. Hal ini menyebabkan energi yang dihabiskan lebih sedikit sedangkan makanan yang dikonsumsi jumlahnya sama, bahkan melebihi kebutuhan jika ditambah kebiasaan mengunyah makanan sambil menonton televisi (Wirakusumah 1994). Penilaian aktivitas fisik dapat diukur menggunakan empat dimensi utama, yaitu tipe, frekuensi, durasi, dan intensitas aktivitas fisik. Frekuensi aktivitas fisik adalah jumlah sesi aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika melakukan aktivitas fisik. Pola aktivitas pada anak lebih kompleks dan multidimensional dibandingkan pada orang dewasa (Sjostrom et al 2005). Penggolongan jenis aktivitas fisik anak-anak dalam FAO/WHO/UNU (2001) adalah tidur, sekolah, kegiatan ringan (duduk, berdiri, bermain ringan), kegiatan sedang (berjalan, menyapu, mengepel), dan kegiatan berat (mengangkat air, olahraga, berlari). Gaya hidup yang tidak tepat dan aktivitas fisik yang menurun akan berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang, terutama pada masa anak-anak. Saat ini para orang tua banyak yang memanjakan anak mereka dengan berbagai jenis pangan. Pengukuran aktivitas fisik pada anak- anak adalah penting untuk melihat penggunaan energi yang diperlukan untuk menentukan kecukupan konsumsi energi (Santoto 1994). Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam. dinyatakan dalam physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL

6 merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL = (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam Keterangan : Usia (tahun) PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu) Nilai PAL menurut berbagai intensitas aktivitas fisik yang umumnya dilakukan anak-anak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai PAL untuk anak-anak berdasarkan usia dan jenis kelamin Jenis kelamin Nilai PAL Ringan Sedang Berat 1-6 Laki-laki, perempuan 1,45 1,60 1,90 Sumber : Shetty (1996) dan Torrun (1996) dalam Sjostrom et al 2005 Tingkat aktivitas fisik akan mempengaruhi kebutuhan dan pengeluaran energi seseorang. Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen seperti angka metabolisme basal (AMB), aktivitas fisik, dan pengaruh dinamika khusus makanan (Almatsier 2003). AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan energi per kilogram berat badan pada anak usia prasekolah lebih rendah dibandingkan pada usia batita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mereka lebih lambat dibandingkan pada saat mereka bayi sehingga kebutuhan energinya pun turun dari 100 kkal/kg berat badan menjadi 90 kkal/kg berat badan. Penggunaan energi dalam tubuh anak terdiri atas : a) 50% untuk metabolisme basal atau sekitar 55 kkal/kg/hari; b) 5-10% untuk Specific Dynamic Action (SDA); c) 12% untuk pertumbuhan; d) 25% untuk aktivitas fisik atau sebanyak 15-25 kkal/kg/hari; dan e) 10% terbuang melalui feses (PERSAGI 1990). Waktu Menonton Televisi Menurut Sumarwan (2002) televisi telah menjadi medium yang sangat banyak menciptakan budaya popular. Televisi adalah medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga, berita, dan iklan komersial. Televisi di Indonesia telah menciptakan budaya hiburan bagi masyarakat. Pada saat ini hampir sebagian besar tayangan televisi menampilkan beragam hiburan yang menarik untuk semua usia.

7 Televisi menggabungkan hal-hal yang menarik dan merupakan salah satu hiburan yang paling popular selama masa kanak-kanak. Bagi sebagian anak prasekolah dan bahkan yang lebih tua, menonton televisi merupakan kegiatan bermain tambahan. Akan tetapi, kebanyakan anak menggunakan waktu untuk menonton televisi lebih banyak dibandingkan kegiatan bermain lainnya. Daya tarik terhadap televisi sangat berbeda-beda pada setiap tingkatan usia (Hurlock 1980). Rata-rata anak prasekolah menghabiskan waktu untuk menonton televisi sebanyak setengah dari waktu kerja orang dewasa selama seminggu. Sejak anak berusia 3 tahun sampai masuk sekolah pada usia 6 tahun terjadi peningkatan yang tajam dalam jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat anak terhadap televisi, yaitu usia, jenis kelamin, intelegensi, status sosioekonomi, prestasi akademik, penerimaan sosial, dan kepribadian anak (Hurlock 1980). Intensitas alokasi waktu yang digunakan untuk menonton TV di setiap daerah dan juga keluarga menunjukkan variasi meskipun secara keseluruhan cukup intens, yaitu lebih dari satu jam per hari. Anak-anak di Sumatera Utara menghabiskan waktu untuk menonton televisi mulai dari satu jam hingga lebih dari empat jam per hari. Rata-rata waktu anak menonton televisi di Propinsi DI Yogyakarta relatif sedikit, yaitu di bawah dua jam per hari. Fenomena ini tak lepas dari kebijakan pemerintah setempat yang kondusif melalui pembiasaan jam belajar di rumah sehingga kesempatan untuk menonton televisi dapat dikurangi. Meskipun lama menonton televisi sangat beragam, namun hampir semua orang tua memiliki kekhawatiran yang sama terhadap dampak menonton televisi terhadap anak-anak sehingga orang tua berupaya untuk membatasai dengan cara melarang atau juga mengalihkan aktivitas anak ke aktivitas lainnya (Bappenas 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunstan et al tahun 2010, waktu menonton televisi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu ringan (<2 jam per hari), sedang ( 2 sampai <4 jam per hari), dan berat ( 4 jam per hari). Kegiatan menonton televisi adalah kegiatan rekreasi yang paling umum. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menonton televisi dan kesehatan, seperti aktivitas fisik, diet, dan status berat badan (Meyer et al 2008). Anak-anak yang menonton televisi cenderung menghabiskan lebih sedikit kalori per menit. Bagi anak dengan berat badan

8 normal, nonton televisi bisa menggerakkan 12% penurunan metabolisme dan turun sebanyak 16% bagi anak yang bertubuh gemuk (Dale 2001). Banyaknya aktivitas yang dilakukan, maka jenis-jenis makanan yang menyertai aktivitas itupun semakin banyak. Kegiatan menonton televisi mempengaruhi asupan gizi pada anak. Kegiatan menonton televisi anak dilakukan sambil mengemil atau makan (Novianan 2002). Konsumsi Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsier 2003). Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal/beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan memperoleh pangan adalah untuk mendapatkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Pada dasarnya keadaan gizi ditentukan oleh konsumsi pangan dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut (Hardinsyah dan Martianto 1989). Konsumsi pangan dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan. Karakteristik individu yang mempengaruhi konsumsi pangan meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan, pendapatan dan kesehatan. Karakteristik makanan berupa rasa, bentuk, warna, tekstur, dan penampilan akan mempengaruhi nafsu makan seseorang. Karakteristik lingkungan yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah musim, tingkat sosial masyarakat, pekerjaan dan jumlah keluarga (Harper et al 2009). Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan maupun kelompok. Tujuan dari survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu antara lain adalah metode recall 24 jam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-berturut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

9 optimal, dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Supariasa et al 2002). Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode recall 24 jam adalah (1) mudah dalam pelaksanaannya; (2) biaya relatif murah; (3) dapat mencakup banyak responden; dan (4) dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Adapun kekurangan metode recall 24 jam, yaitu (1) tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari jika hanya dilakukan recall sehari; (2) ketepatan sangat bergantung pada daya ingat responden; (3) responden perlu diberikan motivasi dan penjelasan tentang tujuan penelitian; dan membutuhkan tenaga yang terlatih (FKM-UI 2007). Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan, seperti menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta memproduksi substansial tertentu seperti hormon, enzim, dan antibodi. Pengelompokkan zat gizi berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil. Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi mikro terdiri atas vitamin dan mineral (Sulistyoningsih 2011). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Secara garis besar kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan diperoleh status gizi yang baik pula. Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi dengan tepat. Kekurangan zat gizi pada anak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan infeksi. Jika berlebih dapat menimbulkan obesitas (Uripi 2003). Energ i Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein. Setiap satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori, satu gram protein menghasilkan 4 kalori, dan satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme

10 dalam tubuh, yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh, dan gerakan otot untuk aktivitas (Uripi 2003). Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama sebesar 100-120 kkal/kg berat badan. Setiap tiga tahun pertambahan umur, kebutuhan energi anak turun 10 kkal/kg berat badan. Kebutuhan energi pada anak dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kebutuhan energi untuk anak menurut kelompok umur dan jenis kelamin Kelompok Umur Kebutuhan Energi (kkal/kg BB) (tahun) Pria Wanita 0-1 110-120 110-120 1-3 100 100 4-6 90 90 6-9 80-90 60-80 10-14 50-70 40-55 14-18 40-50 40 Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu bahan makanan sumber karbohidrat yang mengandung energi tinggi, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier 2003). Karbohidrat Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi utama. Selain sebagai penghasil energi, karbohidrat juga memiliki fungsi lain, yaitu membantu pengeluaran feses, sebagai cadangan energi, pemberi rasa manis pada makanan, pengatur metabolisme lemak, dan sebagai bagian dari struktur sel (Paath et al 2002). Sumber utama karbohidrat antara lain padi-padian, umbi-umbian, gula, tepung-tepungan, dan roti. Konsumsi sumber karbohidrat yang berlebih terutama gula pada anak-anak dapat menyebabkan obesitas dan mempercepat timbulnya aterosklerosis (pengapuran pembuluh darah) pada usia di atas 20 tahun. Karbohidrat yang berlebih akan diubah menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60%-70% dari total kebutuhan energi (Uripi 2003).

11 Protein Tubuh manusia terdiri atas berjuta-juta sel yang terbuat dari protein. Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah sebagai zat pembangun. Selain itu, protein juga mampu berfungsi sebagai zat pengatur, zat sumber tenaga, serta sebagai alat pertahanan tubuh saat terserang penyakit (Uripi 2003). Protein yang terdapat dalam makanan, baik yang berasal dari hewani maupun nabati akan diuraikan menjadi asam-asama amino di dalam saluran pencernaan oleh enzim dan cairan pencernaan. Selanjutnya, asam amino diserap dalam usus, kemudian diangkut ke hati untuk diolah menjadi bentuk lain sesuai keperluan tubuh (Sediaoetama 2006). Kekurangan protein ditandai dengan kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penurunan gerak reflek, dan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak. Fisisologis balita yang sedang dalam masa pertumbuhan memiliki kebutuhan Lema k Lemak dan minyak merupakan zat gizi yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi. Lemak terdiri dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak dapat larut pada zat pelarut tertentu. Lemak yang ada dalam makanan maupun tubuh dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama, yaitu trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid (Hartono 2006). Lemak terbagi menjadi dua menurut sumber pangan, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. daging, dan susu. Lemak hewani berasal dari binatang seperti telur, ikan, Lemak nabati bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Lemak memberikan cita rasa yang gurih, membuat tekstur makanan menjadi renyah, serta memberi kandungan kalori yang tinggi. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak (Sediaoetama 2006). Vitamin A Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak dan pelarut lemak. Vitamin A berperan penting dalam proses penglihatan, pertumbuhan, reproduksi, perkembangan tulang, kekebalan, dan mempertahankan jaringan epitel. Vitamin ini tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi (Sulistyoningsih 2011).

12 Kekurangan terhadap vitamin A dapat menyebabkan kerusakan kornea yang berakibat buruk pada kebutaan hingga kematian. Anak yang kekurangan vitamin A akan beresiko terhadap penyakit infeksi dan pernapasan, serta diare. Anak prasekolah yang menderita xeroftalmia akibat defisiensi vitamin A diperkirakan berjumlah 6-7 juta anak setiap tahun. Keracunan atau kelebihan vitamin A terjadi bila dikonsumsi dalam dosis tinggi dengan jangka waktu yang lama (Almatsier 2003). Sumber vitamin A terdapat dalam pangan hewani seperti hati, kuning telur, susu, dan mentega. Vitamin A mengandung karoten atau provitamin A yang merupakan pigmen kuning. Karoten terdapat dalam bahan makanan nabati, seperti papaya, wortel, bayam, brokoli dan seledri (Sediaoetama 2006). Vitamin C Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini berperan dalam pembentukan kolagen yang terdapat dalam tulang rawan, tulang, dan dentin. Vitamin C berbentuk asam askorbat yang berperan dalam proses penyembuhan luka, serta daya tahan tubuh melawan penyakit infeksi. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Peran vitamin C sebagai antioksidan juga dapat melindungi anak-anak dari pencemaran lingkungan. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan dan anemia (Winarno 1992). Sumber vitamin C adalah buah-buahan dan sayuran yang dimakan segar. Proses penyimpanan dan pengolahan pangan yang mengandung vitamin C perlu diperhatikan. Vitamin ini mudah rusak oleh pemanasan dan oksidasi udara. Penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan kehilangan vitamin C (Sulistyoningsih 2011). Vitamin D Vitamin D sangat penting bagi kesehatan tulang karena berperan dalam penyerapan kalsium di lambung dan saluran pencernaan, serta membantu pembentukan mineralisasi dalam tulang. Vitamin ini dapat disintesa dari jenis kolesterol tertentu yang terdapat di dalam jaringan di bawah kulit. Defisiensi vitamin D pada anak dapat menyebabkan penyakit rakhitis. Konsumsi berlebih

13 dari vitamin D dapat pula memberikan gejala hypervitaminosis D. Hal ini menimbulkan perkapuran di dalam jaringan (Sediaoetama 2006). Vitamin D yang berasal dari makanan, suplemen dan paparan sinar matahari bersifat inaktif secara biologis sehingga harus menjalani dua proses hidroksilasi di dalam tubuh untuk mengaktifkannya. Bahan makanan yang kaya akan sumber vitamin D ialah susu dan minyak ikan. Ikan salmon, kuning telur, keju, tuna dan udang merupakan bahan makanan hewani sumber vitamin D (Sulistyoningsih 2011). Kalsium (Ca) Kalsium merupakan mineral yang berperan dalam pertumbuhan dan kesehatan tulang serta gigi. Di samping itu, kalsium berperan dalam proses pembekuan darah serta pengaturan denyut jantung. Penyerapan kalsium dalam tubuh akan dipermudah bila kebutuhan akan vitamin D terpenuhi. Proses penyerapan mineral ini terjadi dalam usus (Uripi 2003). Bahan makanan sumber kalsium utama bagi anak-anak adalah susu. Susu nonfat termasuk salah satu sumber terbaik kalsium karena ketersediaan biologiknya yang tinggi. Bahan makanan yang kaya akan kalsium dan mudah diperoleh adalah kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe dan tahu), sayuran hijau, serta ikan yang dimakan bersama tulang (teri). Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan pengurangan pada masa dan kekerasan tulang yang sedang dibentuk (Almatsier 2003). Zat Besi (Fe) Zat besi merupakan senyawa essensial untuk pembentukan hemoglobin. Hemoglobin berperan dalam transportasi oksigen dari paru-paru menuju jaringan tubuh. Kekurangan akan zat besi dapat menyebabkan kurang darah, lemah dan lesu, serta tidak tahan terhadap serangan penyakit (Almatsier 2003), Sumber zat besi yang paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, dan telur. Serealia dan kacang-kacangan merupakan sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik yang rendah. Walaupun mineral ini terdapat luas di dalam makanan, banyak penduduk dunia yang mengalami kekurangan besi, termasuk Indonesia. Prevalensi anemia gizi pada kelompok usia balita mencapai 47% (Depkes 2000).

14 Tingkat Kecukupan Gizi Keadaan gizi seseorang dipengaruhi juga dengan tingkat kecukupan. Tingkat kecukupan ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan. Kuantitas menunjukkan jumlah masingmasing zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi status gizi yang kurang atau defisiensi. Gizi kurang dapat disebabkan oleh susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan badan. Kondisi ini terutama diderita oleh anak-anak yang sedang tumbuh pesat yaitu kelompok anak balita (Sediaoetama 2006). Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan, kemudian hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk persen (Hardinsyah dan Briawan 1994). Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Depkes (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan kelebihan ( 120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu kurang (<70% AKG) dan cukup ( 70-79% AKG). Status Gizi Anak Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbtion) dan penggunaan (utilization) zat gizi. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 2001). Status gizi adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi (Harper et al 2009). Prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik adalah menggunakan pengukuran antropometri, khususnya pengukuran berat badan. Ada beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran antropometrik, klinik dan laboratorik (Hartono 2006).

15 Pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan banyak dilakukan. Indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Supariasa et al 2002). Klasifikasi status gizi berdasarkan BB/U atau TB/U atau BB/TB dengan menggunakan nilai z-skor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi status gizi balita Indeks Kriteria Standar Z-skor Gizi buruk < -3,0 Gizi kurang -3,0 s/d < -2,0 BB/ U TB/U BB/TB Gizi baik -2,0 s/d 2,0 Gizi lebih > 2,0 Sangat Pendek Pendek < -3,0-3,0 s/d < -2,0 Normal -2,0 s/d 2,0 Tinggi >2,0 Sangat kurus < -3,0 Kurus -3,0 s/d < -2,0 Normal -2,0 s/d 2,0 Gemuk > 2,0 Sumber : Riskesdas (2007) Status Kesehatan Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang, penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan keadaan kesehatan seseorang (Herlina 2001). Keadaan lingkungan fisik menentukan tingkat kesehatan masyarakat yang hidup di dalamnya dan dapat diukur dalam angka kematian dan kesakitan penduduk (Depkes 1993). Kekurangan makanan yang bergizi pada anak menyebabkan anak mudah sekali terserang penyakit yang pada akhirnya berakibat pada gangguan kesehatan. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan terjadinya gangguan perkembangan intelegensi (Winarno 1992). Infeksi dan demam dapat menyebabkan turunnya nafsu makan anak atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan sehingga akan berdampak pada terjadinya kurang gizi pada anak. Anak yang sakit dan sedang dalam masa penyembuhan memerlukan asupan pangan yang cukup untuk meningkatkan status kesehatan yang memburuk. Kondisi kesehatan yang buruk pada anak sangat rawan karena pada periode ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan (Harper et al 2009).

16 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumberdaya manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah hasil dari konsumsi zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Pada dasarnya, status gizi merupakan refleksi dari makanan yang dikonsumsi dan dimonitor dari pertumbuhan fisik anak (Riyadi 2001). Status gizi dan status kesehatan saling mempengaruhi. Status gizi adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tingkat kecukupan gizi juga mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Sebaliknya jika konsumsi zat gizi berlebih atau kekurangan akan menimbulkan status gizi lebih atau kurang pada seseorang. Kekurangan atau kelebihan konsumsi zat gizi dari kebutuhan normal dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan sehingga mempengaruhi status kesehatan (Hardinsyah & Martianto 1992). Tingkat kecukupan gizi yang menunjukkan konsumsi pangan yang baik. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh faktor individu meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, serta aktivitas. Faktor keluarga yang mempengaruhi konsumsi pangan meliputi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan besar keluarga (Sukandar 2007). Konsumsi pangan seseorang dikatakan baik jika sudah memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan (Uripi 2003). Status gizi yang baik akan tercapai melalui konsumsi pangan yang memenuhi kebutuhan (Suhardjo 1996). Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan anak dipengaruhi oleh karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Aktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan pengeluaran energi yang sedikit. Ketidakseimbangan antara aktivitas fisik, pengeluaran energi dan konsumsi pangan akan berdampak pada status gizi dan status kesehatan. Perkembangan fasilitas-fasilitas berbasis teknologi menyebabkan terbatasnya gerak dan aktivitas. Hal ini menyebabkan meningkatnya waktu menonton televisi. Berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya waktu menonton televisi menyebabkan timbulnya berbagai masalah gizi dan kesehatan. Kegiatan menonton televisi anak biasa dilakukan sambil mengemil atau makan (Noviana 2002). Hubungan antara variabel penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

17 Karakteristik Anak Usia Jenis kelamin BB TB Karakteristik Keluarga Pekerjaan Pendapatan Pendidikan Besar keluarga Waktu MenontonTelevisi Aktifitas fisik Pengeluaran energi Kebutuhan energi dan zat gizi Konsumsi Pangan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi Status gizi Status kesehatan Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara aktifitas fisik, waktu menonton televisi, dan konsumsi pangan dengan status gizi dan status kesehatan. Keterangan : = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti