I. PENDAHULUAN. daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1998

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/2/PBI/2001 TENTANG PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ini hendaknya direspons oleh seluruh anak bangsa, tanpa terkecuali

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

No. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 52 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG

PERTANGGUNG JAWABAN PEMEBRIAN DANA EKONOMI KERAKYATAN OLEH DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi. kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. 1. Kebijakan yang diberikan PT. Bank Nagari Cabang Sijunjung dalam. a. Kredit Kepada Masyarakat yang Berpenghasilan Tetap (Kredit

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR : 3 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR 44 TAHUN 2018 TENTANG PENGALOKASIAN DAN TATA CARA PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2018

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 35 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

Potensi Daerah Kalimantan Timur di sektor Pertanian dalam arti luas yang di dalamnya terdapat sub sector seperti Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 17C TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH GUBERNUR BANK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TENTANG. memperluas. pembiayaan; Undang-Undang. 2. Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Penunjukan

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang ekonomi kerakyatan sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat Bandar lampung, telah ditempuh berbagai terobosan antara lain melalui pemberdayaan UKM dan Koperasi serta pemberian bantuan modal bergulir. Keberadaan perindustrian, perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah (KUKM) diharapkan bisa berperan dalam menumbuhkan sector perekonomian daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi jumlah kemiskin. Peranan Usaha Kecil Mikro (UKM) di kota Bandar lampung memang diakui sangat penting didalam perekonomian masyarakat kota Bandar lampung, terutama dalam aspek aspek, seperti peningkatan jumlah angkatan kerja, peningkatan produk domestik regional bruto, dan peningkatan eksport non migas. Telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam membantu perkembangan usaha kecil melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan usaha kecil yang salah satunya melalui peraturan

2 Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil yang pokok-pokonya meliputi : (i) (ii) Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK, Bank wajib mencantumkan rencana pemberian KUK dalam rencana kerja anggaran tahunan (RKAT), (iii) Bank wajib mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui laporan keuangan publikasi, (iv) (v) Plafon KUK disesuaikan menjadi Rp 500.000.000, per nasabah, Bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia, dan (vi) Pengenaan sangsi dan insentif dalam rangka pencapaian kewajiban KUK dihapuskan. (Tiktik SP dan Abd. Rachman S, 2002, 33) Melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil, Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Koperasi memberikan pinjaman dana perkuatan modal Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Usaha Kecil Mikro (UKM). Sumber dana pinjaman ini dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi. Persyaratan pencairan dan pinjaman APBD Propinsi Lampung Tahun 2003 adalah sebagai berikut: 1. Proposal yang telah disempurnakan (kegiatan usaha, ijin, agunan) 2. Jaminan asli yang dilengkapi dengan tafsiran nilai (untuk tanah dan bangunan dilampirkan copy pembayaran PBB) 3. Surat pernyataan atau surat kuasa penyerahan jaminan (bermeterai Rp 6.000) 4. Rekomendasi dari Dinas/Instansi Pembina

3 5. Copy surat-surat ijin usaha yang dimiliki 6. Copy rekening PT. Bank Lampung (selanjutnya disebut Bank Lampung) terdekat dengan domisili LKM/UKM dan BMT (Baitul Maal wat Tamwil) 7. Kuitansi (bermeterai Rp 6.000) 8. Berita Acara penyerahan pinjaman 9. Khusus untuk Koperasi dan BMT dan LKM: " Copy anggaran dasar dan rumah tangga " Badan hukum/surat keterangan pendirian " Susunan pengurus dan pengawas " Daftar anggota calon peminjam 10. Dibuat rangkap 2 dan dimasukkan dalam stop map folio " BMT: warna hijau " LKM/UKM: warna kuning Gambar 1 menunjukkan alur prosedur kredit LKM/UKM dan BMT. Setelah syarat 1-10 dilengkapi oleh calon debitur maka diserahkan ke Dinas Koperindag, Propinsi Lampung. Dokumen persyaratan tersebut akan dinilai oleh tim verifikasi dan selanjutnya akan diikuti dengan kunjungan lapangan. Apabila memenuhi syarat, maka tim verifikasi akan merekomendasikan kepada Kepala Dinas. Persetujuan pemberian kredit selanjutnya ditentukan oleh Kepala Dinas dengan mendengarkan masukan dari tim verifikasi. Cek akan diberikan kepada debitur dengan membawa persyaratan asli. Cek dapat dicairkan di Bank Lampung.

4 Gambar 1. Proses Persetujuan Kredit Sumber : SIPUK BI Tim verifikasi menilai kelayakan usaha dengan memperhatikan beberapa variabel yang masing-masing variabel memiliki bobot, yaitu: kelembagaan (bobot 20%), peluang usaha (bobot 10%), rencana dan pemanfaatan dana (bobot 10%), operasional usaha (20%), permodalan usaha dan jaminan (bobot 20%) dan kemampuan membayar (20%). Disperindag dan koperasi kota Bandar lampung mencatat perkembangan UKM pada tahun 2002-2009 meningkat dari 77,817 unit menjadi 109,201 unit. Dari data tersebut, usaha kecil menengah kota Bandar Lampung mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 4,55%. Perkembangan jumlah UKM di Kota Bandar Lampung dari tahun 2002-2009 dapat dilihat pada table 1.

5 Tabel 1. Perkembangan Jumlah UKM Kota Bandar Lampung Tahun 2002-2009 Tahun Jumlah UKM (Unit) Pertumbuhan (%) 2002 77,817 0 2003 82,258 4,44 2004 86,370 4,11 2005 90,917 4,54 2006 95,421 4,50 2007 101,786 6,36 2008 105,046 3,26 2009 109,201 4,15 Rata-Rata 4,55 Sumber : Dinas Koperasi, UKM. Perindag Kota Bandar Lampung Berdasarkan data dari disperindag kota Bandar Lampung, dikatakan bahwa sebagian besar UKM mengalami kesulitan modal, sehingga sebagian besar besar UKM menginginkan kucuran kredit untuk modal kerja mereka sehingga mereka dapat meningkatkan produktifitas usaha mereka. Jumlah unit usaha merupakan banyaknya satuan usaha yang dimiliki. Sumber modal usaha merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi perkembangan UKM. Sumber modal usaha UKM dapat berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari bank. Dinas Koperasi, UKM. Perindag kabupaten / kota Bandar Lampung 2009 mencatat, total modal usaha dari 109,201 unit UKM mencapai 15% yang menggunakan pinjaman dari program KUK(perbankan), 28% menggunakan pinjaman dari program non KUK (lembaga kredit non bank) seperti dari rentenir, keluarga, koperasi, dll selebihnya yaitu sekitar 37% yang memiliki modal sendiri. Jumlah unit usaha dapat mempengaruhi permintaan kredit UKM, dimana semakin banyak jumlah unit usaha kecil dan menengah yang beroperasi, maka permintaan akan kredit cenderung semakin meningkat dengan asumsi jumlah kredit usaha kecil yang terdapat di bank terbatas sedangkan jumlah unit

6 usaha kecil semakin meningkat. Untuk mengetahui perkembangan jumlah alokasi KUK yang terdapat di Bank Pembangunan Daerah Lampung, dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Alokasi Kredit Usaha Kecil Di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Lampung Tahun 2002-2010 Tahun KUK (Juta Rp) 2002 13,355 2003 15,420 2004 17,053 2005 17,392 2006 20,367 2007 29,966 2008 30,231 2009 37,314 Sumber : Laporan Keuangan BI Tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Tingkat suku bunga pinjaman dapat berpengaruh terhadap permintaan kredit oleh UKM. Tingkat suku bunga kredit yang tinggi cenderung akan membuat permintaan kredit UKM menurun, dan sebaliknya jika tingkat suku bunga kredit turun akan membuat permintaan kredit UKM naik. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga kredit akan mempengaruhi tingkat pengembalian pinjaman oleh UKM. Namun menurut partono & Rachman,2000 para pengusaha kecil dan menengah yang meminjam kredit untuk usahanya tidak mempersoalkan tingkat suku bunga pinjaman. Untuk mengetahui perkembangan tingkat suku bunga pinjaman kredit usaha kecil dapat di lihat pada Tabel 3.

7 Tabel 3. Tingkat Bunga Kredit Usaha Kecil BPD di kota Bandar Lampung Tahun 2002-2009 Tahun Tingkat Suku Bunga (%) 2002 17,84 2003 15,93 2004 13,71 2005 14,05 2006 15,97 2007 14,21 2008 14,05 2009 12,41 Sumber : Laporan Keuangan BI Para ahli ekonomi Neo Klasik menjelaskan bahwa dalam hal investasi, maka tingkat suku bunga merupakan faktor penentu bagi naik turunnya suatu investasi. Jika tingkat suku bunga naik maka investasi akan turun, sebaliknya jika suku bunga turun, maka investasi akan naik. Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa apabila tingkat bunga turun misalnya dari i1 ke i2 akan menyebabkan permintaan investasi meningkat dari I1 ke I2, dan demikian pula sebaliknya bila tingkat bunga yang berlaku mengalami kenaikan misalnya dari i2 menjadi i1, maka permintaan investasi akan menurun dari I2 menjadi I1. Gambar 2. Tingkat Suku Bunga Dan Investasi Sumber : Muana Nanga,2001

8 Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata rata penduduk di suatu daerah. Tigkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan standard kehidupan umum yang berlaku didalam masyarakat. Seseorang yang memiliki pendapatan yang relatif tinggi mudah mencukupi kebutuhan hidupnya serta menikmati kemewahan. Jadi Tidaklah mengherankan jika orang yang memiliki pendapatan yang tinggi menikmati standard hidup yang tinggi pula. Pendapatan perkapita dapat mempengaruhi permintaan kredit oleh UKM dimana jika pendapatan masyarakat naik, maka konsumsi masyarakat akan naik, sehingga ini memicu para pengusaha kecil menengah untuk meningkatkan produksinya, yang mana peningkatan produksi usaha membutuhkan tambahan modal, sehingga para pengusaha akan cenderung meminjam pinjaman untuk modal peningkatan usahanya. Untuk melihat tingkat pendapatan perkapita kota Bandar Lampung, dapat dilihat dari table 3. Tabel 4. Pendapatan Perkapita Kota Bandar Lampung Tahun 2002-2009 Tahun Pendapatan Per Kapita 2002 6,215,785 2003 7,065,782 2004 7,605,819 2005 8,561,475 2006 10,421,955 2007 12,868,253 2008* 15,771,680 2009** 19,383,401

9 Sumber : Badan Pusat Ststistik Kota Bandar Lampung Ket : *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Oleh Karena itu, maka dengan adanya peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 diharapkan UKM di kota Bandar lampung dapat mengatasi masalah permodalan yang sebagian besar dihadapi oleh UKM, serta dapat mengembangkan usahanya. Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis mengenai pertimbangan permintaan kredit oleh UKM, yang banyak didasarkan atas pertimbangan mengenai tingkat suku bunga pinjaman bank/kredit, pendapatan per kapita, dan jumlah unit usaha. Kesemuanya akan diangkat dalam skripsi berjudul Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit UKM Di Bandar Lampung periode 2004-2009 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah Pengaruh Pendapatan Perkapita, Jumlah Unit Usaha, dan tingkat suku bunga pinjaman terhadap Permintaan Kredit Usaha Kecil (KUK) di Bandar Lampung. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menghitung bagaimanakah pengaruh Pendapatan, Per Kapita, Jumlah Unit Usaha dan tingkat suku bunga pinjaman terhadap permintaan kredit usaha kecil menengah di Bandar Lampung.

10 1.4.Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai Pengaruh, Pendapatan Per Kapita, Jumlah Unit dan Tingkat Suku Bunga pinjaman terhadap permintaan kredit usaha kecil menengah di Bandar Lampung. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi pembaca yang memerlukannya. 1.5. Kerangka Pemikiran KUK adalah kredit atau pembiayaan dari bank untk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif. Secara garis besar fungsi kredit dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan daya guna (utility) dari uang, (2) meningkatkan daya guna (utility) dari barang, (3) meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (4) sebagai salah satu alat stabilisasi ekonomi, (5) akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, (6) sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, dan (7) sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

11 Pertimbangan pengusaha untuk mengambil kredit usaha kecil tidak terlepas dari faktorfaktor tingkat suku bunga kredit, pendapatan yang mereka peroleh dan juga jumlah unit usaha yang mereka miliki. Tingkat suku bunga kredit dapat berpengaruh permintaan kredit oleh UKM. Tingkat suku bunga kredit yang tinggi cenderung akan membuat permintaan kredit UKM menurun, dan sebaliknya jika tingkat suku bunga kredit turun akan membuat permintaan kredit UKM naik. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga kredit akan mempengaruhi tingkat pengembalian pinjaman oleh UKM. Pendapatan perkapita dapat mempengaruhi permintaan kredit oleh UKM dimana jika pendapatan masyarakat naik, maka konsumsi masyarakat akan naik, sehingga ini memicu para pengusaha kecil menengah untuk meningkatkan produksinya, yang mana peningkatan produksi usaha membutuhkan tambahan modal, sehingga para pengusaha akan cenderung meminjam pinjaman untuk modal peningkatan usahanya. Sumber modal usaha merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi perkembangan UKM. Sumber modal usaha UKM dapat berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari bank. Untuk modal usaha yang berasal dari bank, pemilik UKM tentunya memperhatikan jumlah unit usaha yang beroperasi. Semakin banyak jumlah unit usaha yang dimiliki, maka permintaan kredit usaha cenderung akan naik.

12 1.6. Hipotesis Diduga bahwa pendapatan per kapita, dan jumlah unit usaha berpengaruh positif terhadap permintaan kredit usaha kecil di Bandar Lampung, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit usaha kecil di Bandar Lampung.