BAB I PENDAHULUAN. merupakan infeksi sekunder dari bakteri. 4. Indonesia (IDAI) imunisasi campak diberikan pada bayi usia 9-12 bulan.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

Campak-Rubella (MR) Sayangi buah hati Anda dengan Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penularan penyakit campak terjadi dari orang ke orang melalui droplet respiration

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah


BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

Campak-Rubella (MR) Sayangi buah hati Anda dengan Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan campak adalah salah satu dari penyebab kematian pada anak-anak walaupun ada vaksin yang terjangkau dan aman. Pada tahun 2014, ada 114.900 kematian yang di sebabkan olah campak diseluruh dunia, sekitar 314 kematian perhari atau 13 kematian per jam. 1 Sementara menurut survei yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kejadian campak di Jawa Tengah adalah 490 kasus per tahun 2013, urutan ke sembilan dari 33 provinsi di Indonesia. 2 Selain itu, dampak dari penyakit campak sendiri dapat berakibat kematian. 3 Dampak-dampak lain akibat penyakit campak adalah otitis media, pneumonia interstitial, dan pneumonia bakterial yang merupakan infeksi sekunder dari bakteri. 4 Imunisasi campak adalah salah satu upaya pencegahan dari penyakit campak. 4 Sesuai dengan rekomendasi WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) imunisasi campak diberikan pada bayi usia 9-12 bulan. 1,5 Imunisasi campak merupakan suatu proses memasukan virus campak yang sudah dilemahkan kedalam tubuh guna merangsang sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit campak. 4 Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan memberikan imunisasi wajib, dan imunisasi campak termasuk salah satunya. 6 Rekomendasi IDAI imunisasi campak perlu diberikan booster pada saat usia anak 24 bulan, atau jika sudah 1

2 diberikan vaksin MMR pada usia 15 bulan, maka tidak perlu diberikan vaksin campak ulangan. 5 Pemberian imunisasi sendiri dapat memberikan efek samping yang disebut dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Menurut Departemen Kesehatan RI, KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. 6 Jenis-jenis KIPI Campak adalah demam, ruam, limfadenopati, rhinitis, batuk, kejang demam dan masih banyak lainya. 7 Demam telah dilaporkan sebagai kejadian serius dan tidak serius pasca pemberian imunisasi bagi semua usia. 8 Kejadian demam pasca imunisasi campak diperkirakan merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus hidup campak yang dilemahkan dan diinjeksi kedalam tubuh. Dengan adanya virus asing ini menstimulasi pirogen sitokin dalam tubuh, seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), Tumor Necrosing Factor (TNF) dan interferon, yang melepaskan asam arakidonat dan dimetabolisme menjadi prostaglandin E2, dan menyebabkan peningkatan termostat pada hipotalamus anterior sehingga terjadi demam. 4 Peningkatan suhu yang tinggi menyebabkan perubahan keseimbangan membran sel neuron dan terjadinya difusi ion K + dan ion Na + melalui membran. Terjadinya difusi menyebabkan lepasnya muatan listrik dan terjadinya kejang. 9

3 Faktor risiko terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi belum diketahui secara pasti namun beberapa penelitian telah dilakukan dan dipublikasikan tentang faktor genetik terhadap KIPI. Central Disease Control (CDC) di Amerika Serikat memiliki tanggung jawab utama untuk melakukan penelitian terhadap risiko genetik terhadap KIPI. 10 World Health Organizaton Regional Office for Africa (WHO AFRO) menyatakan bahwa anak dengan gizi buruk adalah indikasi untuk dilakukannya imunisasi. 11 Growth faltering adalah apabila kurva pertumbuhan berat badan anak mendatar atau menurun hingga memotong lebih dari 2 kurva persentil. 12 Secara tipikal, growth faltering terjadi pada usia 6 bulan ke atas karena pada usia ini terjadi perubahan konsumsi makanan anak yang biasanya tidak adekuat baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sekitar 130 juta anak dibawah usia 5 tahun memiliki berat badan dibawah rata-rata, dengan prevalensi tertinggi ada di Asia Timur dan Afrika bagian Sub-Sahara. 13 Dalam jangka waktu yang pendek growth faltering dapat menghambat respon imunitas tubuh, dan meningkatkan terjadinya kejadian infeksi berat dan mortalitas bayi. Terlebih lagi pada growth faltering berkelanjutan dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan kemampuan kognitif dan psikomotorik, mengurangi aktivitas fisik, gangguan perilaku dan kesulitan belajar. Faktor risiko terjadinya growth faltering pada anak sendiri adalah intrauterine growth retardation (IUGR), penyakit kongenital, kesulitan makan, dan kesulitan tidur. 14

4 1.2. Rumusan masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah : apakah growth faltering dapat mempengaruhi kejadian demam dan kejang demam pasca imunisasi campak? 1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum Membuktikan pengaruh growth faltering terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi pada anak pasca imunisasi campak. 1.3.2. Tujuan khusus 1.3.2.1. Membuktikan pengaruh growth faltering terhadap kejadian demam. 1.3.2.2. Membuktikan pengaruh growth faltering terhadap kejadian kejang demam. 1.3.2.3. Membuktikan pengaruh faktor perancu bayi berat lahir rendah terhadap kejadian kejang demam pasca imunisasi campak. 1.4. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan tentang pengaruh growth faltering terhadap kejadian demam dan kejang demam pasca imunisasi campak. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pertumbuhan balita dan pengaruh pertumbuhan tersebut terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi campak.

5 1.5. Orisinalitas Penelitian Tabel 1. Orisinalitas Penelitian Judul Peneliti Metode Hasil Effects of age on the risk of fever and seizures following immunization with measlescontaining vaccines in children 15 Rowhani- Rahbar, A, Fireman B, Lewis E, Nordin J, Naleway A, Jacobsen SJ, Jackson LA, Tse A, Belongia EA, Hambridge SJ, Weintraub E, Baxter R, Klein NP. Rancangan penelitian cohort retrospective. Sampel didapat dari 8 tempat Data Vaksin dengan total 840,348 anak usia 12-23 bulan yang telah menerima vaksin campak Dalam analisis terhadap semua vaksin yang mengandung campak, meningkatnya risiko kejang pada durasi 7-10 hari interval risiko lebih tinggi pada anak yang lebih tua Risiko relatif terhadap demam pasca imunisasi juga lebih tinggi secara signifikan pada anak dengan usia lebih tua daripada usia lebih muda.

6 Judul Peneliti Metode Hasil The Effect of Micronutrient Deficiencies on Child Growth: A Review of Results from Community- Based Supplementation Trials 16 Juan A. Rivera, Christine Hotz, Teresa González- Cossío, Lynette Neufeld, Armando García- Guerra Penelitian terhadap komunitas, randomized, kontrol plasebo dengan supplementasi mikronutrien dilakukan untuk mengetahui mikronutrien mana yang menjadi penyebab growth faltering. Ada bukti kuat mengenai defisiensi Zinc dengan growth faltering. Defisiensi vitamin A dan defisiensi besi juga memliki pengaruh terhadap growth faltering, apabila sangat berat. Pada penelitian ini, yang membedakan dengan penelitian - penelitian sebelumnya adalah tempat, metode penelitian, variabel. Penelitian akan dilakukan di puskesmas daerah Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif dan menggunakan variabel growth faltering dengan variabel perancu bayi berat lahir rendah.