OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

PEMANFAATAN BUAH LIMPASU (Baccaurea lanceolata) SEBAGAI PENGENTAL LATEKS ALAMI

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH SUHU PIROLISIS TERHADAP SENYAWA POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON (PAH) DAN ASAM ORGANIK DARI ASAP CAIR CANGKANG KELAPA SAWIT SKRIPSI

I. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

OPTlMASl PEMURNIAN ASAP CAIR DENGAN METODA REDISTILAS1

KARAKTERISTIK KIMIA ASAP CAIR HASIL PIROLISIS BEBERAPA JENIS KAYU

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

TEKNOLOGI ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA, TONGKOL JAGUNG, DAN BAMBU SEBAGAI PENYEMPURNA STRUKTUR KAYU

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

Bab III Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

Keterangan: 1. Nama Penulis 2. Nama Dosen Pembimbing I 3. Nama Dosen Pembimbing II

KINERJA DAN ANALISIS TEKNO-EKONOMI ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH PERTANIAN TESIS OLEH SRI AULIA NOVITA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

PENINGKATAN KUALITAS ASAP CAIR DENGAN DISTILASI ABSTRAK. Kata kunci : Serbuk kayu gergajian, pirolisis, distilasi dan asap cair

OPTIMALISASI PENGGUNAAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN SEGAR

PENGARUH SUHU, WAKTU, DAN KADAR AIR BAHAN BAKU TERHADAP PIROLISIS SERBUK PELEPAH KELAPA SAWIT

KAJIAN TEKNOLOGI PRODUKSI ASAP CAIR DARI SABUT KELAPA ABSTRAK

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Kata Kunci : Asap cair, limbah, kelapa sawit, tandan kosong sawit

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum)

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

ISOLASI DAN PEMURNIAN ASAP CAIR BERBAHAN DASAR TEMPURUNG DAN SABUT KELAPA SECARA PIROLISIS DAN DISTILASI

II. DESKRIPSI PROSES

TEKNIK PENGOLAHAN BIO-OIL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK ASAP CAIR DARI PROSES PIROLISIS LIMBAH SABUT KELAPA MUDA [FUME CHARACTERISTICS LIQUID WASTE FROM THE PYROLYSIS YOUNG COCONUT FIBER]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kelapa menjadi Asap Cair sebagai Pengawet pada Industri Kayu dan Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG MENJADI ASAP CAIR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR DARI SERBUK GERGAJI KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KUALITAS IKAN LELE ASAP. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN

POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET

BAB 3 METODE PERCOBAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS JAKA DARMA JAYA 1, NURYATI 1, BADRI 2 1 Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan ABSTRAK Salah satu pemanfaatan tempurung kelapa supaya bernilai ekonomis yang tinggi adalah dibuat asap cair dengan proses pirolisis. Asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari hasil pirolisa kayu atau dibuat dari campuran senyawa murni. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pirolisis asap cair dan mengaplikasikannya sebagai koagulan lateks. Optimasi proses pirolisis dilakukan dengan melakukan variasi suhu dan waktu pirolisis sebagai berikut: perlakuan A (suhu 150 C waktu 1 jam), perlakuan B (suhu 150 C waktu 2 jam), perlakuan C (suhu 175 C waktu 1 jam), perlakuan D (suhu 175 C waktu 2 jam), perlakuan E (suhu 200 C waktu 1 jam) dan perlakuan F (suhu 200 C waktu 2 jam). Berdasarkan hasil pirolisis ini diketahui bahwa perlakuan dengan suhu 175 o C dan waktu 2 jam menghasilkan rendemen tertinggi (27,34 %) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada tahapan aplikasi asap cair sebagai koagulan latek diperoleh data kadar karet kering dengan menggunakan koagulan asap cair tempurung kelapa memberikan hasil yang bervariasi antara 39,69-41,24%. Asap cair yang diperoleh dari perlakuan suhu 175 C waktu 2 jam menunjukkan kadar karet kering tertinggi sebesar 41,24% dan asap cair yang diperoleh dari perlakuan suhu 150 C waktu 2 jam menunjukkan kadar karet kering terendah sebesar 39,69%. Kinerja koagulasi lateks oleh asap cair dari tempurung kelapa masih berada sedikit dibawah asap cair dari cangkang kelapa sawit dan asam formiat, asap cair dari tempurung kelapa. Akan tetapi data penelitian menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai koagulan latek yang ramah lingkungan dan ekonomis, mengingat ketersediaannya yang melimpah di wilayah Kalimantan Selatan. Kata kunci: Asap cair, latek, koagulan, tempurung, kelapa PENDAHULUAN Tempurung kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang berfungsi sebagai pelindung inti buah. Salah satu pemanfaatan tempurung kelapa adalah dijadikan asap cair sebagai koagulan lateks. Pemanfaatan asap cair mempunyai dua keuntungan, yaitu pertama mendorong masyarakat agar menggunakan asap cair tempurung kelapa sebagai pengganti koagulan lateks yang berbahan kimia, seperti tawas, urea, dan air aki, yang kedua adalah penyelesaian masalah limbah buah kelapa berupa tempurung. Pemanfaatan tempurung kelapa di Kabupaten Tanah Laut selama ini hanya digunakan sebagai pengganti kayu bakar yang biasanya digunakan untuk membakar ikan, selain itu harga dari tempurung kelapa relatif rendah. Korespondensi. Telp.: +6282350942818, Email: jakadj2010@gmail.com

Salah satu pemanfaatan tempurung kelapa supaya bernilai ekonomis yang tinggi adalah dibuat asap cair dengan proses pirolisis. Asap cair merupakan adalah produk pirolisis material organik dengan kondisi tanpa udara (Ardilla, D., dkk., 2015). Asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari hasil pirolisa kayu atau dibuat dari campuran senyawa murni (Maga, 1998). Menurut Hamm (1977), Asap cair mengandung sejumlah besar senyawasenyawa yang terbentuk oleh pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Kelompok-kelompok terpenting dari senyawa tersebut meliputi fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, lakton dan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH). Asap cair tempurung kelapa yang dihasilkan dari proses pirolisis diharapkan dapat diaplikasikan sebagai koagulan lateks. Pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai koagulan latek diharapkan bisa meningkatkan nilai ekonomis limbah tempurung kelapa serta mengatasi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh koagulan lateks sintetis atau kimiawi. METODE PENELITIAN Sampel Sampel yang digunakan adalah batok kelapa yang diperoleh dari tanaman rakyat kelapa dalam di wilayah kabupaten Tanah Laut. Sampel yang digunakan adalah batok kelapa yang sudah dibersihkan dari bagian daging dan sabut kelapa. Sedangkan sampel lateks yang digunakan adalah lateks cair dari petani karet Desa Damar Lima yang langsung diambil dari kebun Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat reaktor pirolisis, spatula, gelas beker, cawan petri, neraca analitik, ph meter/kertas ph, pipet volume, oven, alat penggiling karet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades dan gas elpiji. Pembuatan Asap Cair Sebanyak 1 kg tempurung kelapa dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran, daging dan sabut kelapa. Tempurung dimasukan ke dalam alat pirolisis ketika suhu mencapai 100 C dan didiamkan hingga terbentuk asap cair yang kemudian ditampung pada wadah penampungan. PAda penilitian ini dilakukan variasi perlakuan pada parameter temperature dan waktu pirolisis sebagai berikut: A = suhu 150 C waktu 1 jam B = suhu 150 C waktu 2 jam C = suhu 175 C waktu 1 jam D = suhu 175 C waktu 2 jam E = suhu 200 C waktu 1 jam F = suhu 200 C waktu 2 jam Aplikasi Asap Cair sebagai Penggumpal Lateks Sebanyak 3 (tiga) ml asap cair dicampurkan dengan 20 ml lateks segar yang sebelumnya telah diukur ph nya. Asap cair dan lateks dicampurkan dan dihitung waktu beku, kadar karet kering, serta dilakukan observasi warna, tekstur dan aroma. - Waktu Beku Perhitungan waktu beku dilakukan pada saat memasukan koagulan kedalam cairan lateks sampai lateks mengalami penggumpalan (beku).

- Kadar Karet Kering (K3) Latek cair yang diukur sebanyak 20 ml dan dimasukan kedalam gelas beker, lalu dicampurkan dengan asap cair hingga membeku. Karet beku kemudian digiling dan dioven selama 8 jam pada suhu 70 o C, lalu ditimbang sebagai massa sesudah pengeringan. Kadar karet kering diukur menggunakan rumus berikut: KKK = Massa sesudah pengeringan Massa sebelum pengeringan 100 % (Rivai, 1994) Perlakuan yang sama diulang untuk koagulan asap cair dari cangkang kelapa sawit dan asam formiat sebagai bahan perbandingan. - Ketahanan ph Asap Cair Asap cair dimasukan kedalam cawan petri sebanyak 20 ml kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 15 hari dan diukur perubahan ph. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Asap Cair Tempurung Kelapa dan Rendemen yang Dihasilkan Optimasi proses pirolisis asap cair dengan memvariasikan parameter suhu dan waktu pirolisis menghasilkan jumlah rendemen yang berbeda seperti dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 1. Kondisi pirolisis dan rendemen asap cair yang dihasilkan. Perlakuan Waktu Pembakaran Suhu ( C) Pembakaran Hasil Asap cair (ml) Rendemen(%) A 1 jam 150 253 25,81 B 2 jam 150 100 10,00 C 1 jam 175 175 17,85 D 2 jam 175 268 27,34 E 1 jam 200 250 25,00 F 2 jam 200 263 26,83 Proses optimasi pirolisis memperlihatkan bahwa perlakuan D (Suhu 175 o C dan waktu 2 jam) menghasilkan rendemen asap cair paling tinggi sebesar 28,6% dan perlakuan B (Suhu 150 o C dan waktu 2 jam) menghasilkan rendemen asap cair terendah sebesar 10%. Hal ini menunjukan bahwa parameter suhu dan waktu berpengaruh pada rendemen hasil akhir pirolisis. Rendemen yang diperoleh juga ditentukan oleh sistem kondensasi yang berjalan. Menurut Tranggono, dkk (1996) dalam wijaya, dkk (2008) bahwa pirolisis pada suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang terlalu lama akan menyebabkan pembentukan asap cair berkurang karena suhu dalam air pendingin semakin meningkat sehingga asap cair yang dihasilkan tidak terkondensasi secara optimal, prosen kondensasi akan berlangsung secara optimal apabila air dalam sistem pendingin tidak meningkat. Asap

cair hasil pirolisis bahan kayu dapat dihasilkan secara maksimum jika proses kondensasinya berlangsung secara sempurna (Demirbas, 2005). Fakta ini terlihat dari proses pirolisis pada suhu 175 o C menghasilkan rendemen asap cair yang lebih rendah dibandingkan pirolisis pada suhu dibawah 175 o C dengan waktu pirolisis 1 jam. Hal ini disebabkan proses kondensasi yang terjadi tidak optimal karena suhu yang digunakan tidak tepat. Selain dipengaruhi oleh waktu dan suhu, proses pirolisis juga sangat dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran bahan. Kadar air yang tinggi menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama dan hasil cairan akan rendah konsentrasinya (Agra, dkk., 1973). Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan, Semakin kecil ukuran bahan sehingga luas permukaan satuan massa semakin besar, sehingga dapat mempercepat perambatan panas keseluruh umpan (Budhijanto, 1993). Pengamatan Warna, Tekstur, Aroma dan Stabilitas ph Latek yang digumpalkan menggunakan asap cair tempurung kelapa menunjukkan bahwa pada hari pertama berwarna putih, dan pada hari kedua karet yang menggunakan koagulan asap cair tempurung kelapa dan asap cair cangkang kelapa sawit mengalami perubahan menjadi berwarna coklat. Menurut Ruswanto, dkk. (2000), karbonil mempunyai efek besar terjadinya pembentukan warna coklat produk asapan. Fenol juga memberikan kontribusi pada pembentukan warna coklat pada produk. Karet yang menggunakan koagulan asam formiat tetap berwarna putih dan agak kekuningan. pada hari ketiga dan keempat karet yang mengunakan asap cair tempurung kelapa maupun asap cair cangkang kelapa sawit mengali perubahan hitam dan hitam pekat mungkin karena teroksidari oleh udara, suhu, ruangan dan cahaya. Latek yang digumpalkan menggunakan asap cair tempurung kelapa dan cangkang sawit memberikan aroma khas asap cair. Sedangkan lateks yang digumpalkan menggunakan asam formiat memberikan aroma asam dan karet yang khas. Sedangkan dalam hal tekstur dapat diamati bahwa perubahan tekstur karet yang menggunakan koagulan berbahan asap cair memiliki keelastisan lebih baik dibandingkan karet yang digumpalkan dengan asam formiat. Selain itu, ph masing-masing asap cair menunjukkan stabilitas pada ph 2 hingga hari ke 5. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa asap cair tempurung kelapa berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif koagulan latek yang ramah ligkungan pengganti koagulan kimia asam semut, asam asetat, tawas atau bahkan pupuk TSP yang selama ini umum digunakan sebagai penggumpal lateks oleh para petani. Aplikasi Asap Cair sebagai Koagulan Lateks Asap cair yang diperoleh pada proses pirolisis selanjutnya diaplikasikan sebagai bahan penggumpal lateks segar (ph 6,81). Tabel 1. Menunjukkan hubungan data karakteristik asap cair (ph) dengan hasil aplikasinya sebagai koagulan lateks. Sebanyak 3 ml asap cair dimasukkan kedalam 20 ml lateks cair lalu diaduk hingga merata. Asap cair dan koagulan yang digunakan adalah asap cair yang berasal dari perlakuan A-F, asap cair cangkang sawit dan asam formiat. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa waktu penggumpalan berkisar antara 45,22 detik (Asap cair D) hingga 56,65 detik (Asap cair B). Kinerja penggumpalan lateks yang ditunjukkan asap cair A-F masih berada sedikit di bawah asap cair cangkang sawit dan asam formiat. Hal ini menunjukkan bahwa asap cair tempurung kelapa berpotensi untuk dikembangkan dan dioptimasi lebih lanjut sehingga menghasilkan kinerja penggumpalan karet yang optimal.

Tabel 2. Hubungan antara waktu beku, ph dan kadar karet kering Jenis Koagulan ph Asap cair Waktu beku Menit Detik Mili detik Kadar karet kering Asap cair A 2-50 15 40,59 Asap cair B 2-56 65 40,77 Asap cair C 2-46 61 39,69 Asap cair D 2-45 22 41,24 Asap cair E 2-51 27 36,77 Asap cair F 2-52 27 40,57 Asap cair cangkang sawit 2-33 45 34,95 Asam formiat 2 6 25 25 31,93 Keterangan: A = suhu 150 C waktu 1 jam B = suhu 150 C waktu 2 jam C = suhu 175 C waktu 1 jam D = suhu 175 C waktu 2 jam E = suhu 200 C waktu 1 jam F = suhu 200 C waktu 2 jam Data kadar karet kering dengan menggunakan koagulan asap cair tempurung kelapa juga memberikan hasil yang bervariasi antara 39,69-41,24%. Asap cair ang didapatkan dengan perlakuan suhu 175 C waktu 2 jam, menunjukkan kadar karet kering tertinggi sebesar 41,24% dan asap cair yang didapat dengan perlakuan 150 C waktu 2 jam menunjukkan kadar karet kering terendah sebesar 39,69%. Jika dibandingkan dengan kadar karet kering yang diperoleh dari penggumpalan menggunakan asap cair cangkang kelapa sawit (34,95%) dan asam formiat (31,93%) maka kadar karet kering menggunakan asap cair tempurung kelapa masih berada di bawah kinerja asap cair cangkang sawit dan asam formiat. Akan tetapi dengan data ini dapat disimpulkan bahwa asap cair tempurung kelapa berpotensi untuk dioptimasi dan dikembangkan lebih lanjut sebagai koagulan latek mengingat ketersediaannya yang melimpah di daerah Kalimantan Selatan. Hal ini juga menunjukkan bahwa asap cair dapat menggumpalkan lateks serta memiliki nilai plastisitas yang tinggi dan sifat fisik vulkanisat setara lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan oleh koagulan asam semut (Solichin, 2007). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa asap cair tempurung kelapa berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai koagulan latek yang ramah lingkungan dan ekonomis, mengingat ketersediaannya yang melimpah di wilayah Kalimantan Selatan. UCAPAN TERIMAKASIH Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Politeknik Negeri Tanah Laut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI atas bantuan dana penelitian melalui dana DIPA untuk Hibah Penelitian

DAFTAR PUSTAKA Agra, I.B., Wanirjati, S., dan Arifin, Z., 1973, Karbonatasi Tempurung Kelapa Disertai Penambahan Garam Dapur, From Teknik,1-24. Ardilla, D., Tamrin, Wirjosentono, B., Eddyanto, and Siregar, M. S. 2015. Determination of Phenol Content of Liquid Smoke of Palm Oil Shell: Characterizations by using of Gas Chromatography- Mass Spectra and Fourier Transformed Infra Red. Chem. Mater. Res. ISSN 2224-3224 (Print) ISSN 2225-0956 (Online) Vol.7 No.4, 2015 Budhijanto, 1993, Pirolisis Serbuk Gergaji Cetak Secara Semibatch, Penelitian SI, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Demirbas, A., 2005, Pyrolysis of ground beech Wood Irrelgular Heating Rate Condition, Analytical Applied and Pyrolysis Journal, 73, 39-43. Rivai, H., 1944, Asas Pemeriksaan Kimia, Penerbit Universitas Indonesia Ruswanto, Darmiji, P. dan Raharjo, S., 2000. Potensi Pencoklatan Asap cair dari kayu karet dari hasil reaksi dengan beberapa asam amino. Seminar Nasional Industri Pangan, Yogyakarta Solichin, M. 2007. Penggunaan Asap Cair Deorub dalam Pengolahan RSS. Jurnal Penelitian Karet, Vol.25(1) : 1-12. Tranggono, Suhardi, Bambang Setiadji, P. Darmadji, Supranto, Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Acair Dari Berbagai Jenis Kayu Dan Tempurung Kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan.