BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat yang berada di kawasan non-perbatasan di Indonesia. Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Melayu di Atas Tiga Bendera: Konstruksi Identitas Nasionalisme Masyarakat Perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. pada dewasa ini, tentunya kita ketahui bahwa MEA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Desa Laut Dendang merupakan salah satu daerah pinggiran Kota Medan. Hal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Labuhan Deli berada di pesisir Sumatera Timur dimana letaknya

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB V KESIMPULAN & SARAN. penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

PEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS GALANG BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Kepulauan Riau

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR KEPULAUAN RIAU

Kasino Hotel di Bintan Kasino Hotel BAB I PENDAHULUAN. Suwanti Latar belakang

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Bab V ini peneliti ingin menyimpulkan keseluruhan dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JABATAN PELAJARAN WILAYAH PERSEKUTUAN KUALA LUMPUR. 2 ½ jam Dua jam tiga puluh minit JANGAN BUKA KERTAS SOALAN INI SEHINGGA DIBERITAHU

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

Ini Dia, 5 Kota dengan Konsep Water Front City Terbaik Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

Batam Dalam Data

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

lib.archiplan.ugm.ac.id

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Peta Pulau Ambon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara persinggahan. Negara Indonesia menjadi negara. Hal ini pula yang menjadi suatu kendala bagi Negara Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang baik kepada tamunya yang datang, baik berupa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kediri adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbagisasi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. sewa. Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi perjalanan bus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kesimpulan. Bab Sembilan

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Pokok Bahasan 1 RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Fast food restaurant di Kota Padang. Dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi. Keberadaan new media yang semakin mudah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Masyarakat perbatasan di Pulau Penawar Rindu, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam membayangkan nasionalisme itu secara khas dan berbeda dengan masyarakat yang berada di kawasan non-perbatasan di Indonesia. Masyarakat perbatasan dalam membayangkan nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari pertalian atau kedekatan budaya dengan masyarakat dari negara tetangga Singapura dan Malaysia. Selain ikatan dan kedekatan budaya, masyarakat perbatasan juga mesti berhadapan dengan kondisi perekonomian atau relasi ekonomi yang cenderung masih didominasi oleh dua negara tetangga tadi, Singapura dan Malaysia. Dalam hal pertalian atau kedekatakan budaya, dalam membayangkan nasionalisme terhadap Indonesia, masyarakat perbatasan tidak bisa dilepaskan dari Melayu sebagai simpul pengikat secara sosial dan budaya yang sudah menyejarah sejak berabad silam di kawasan perbatasan ini. Melayu dan kemelayuan menjadi raison d etre bagi masyarakat perbatasan untuk mendefinisikan diri mereka secara sosial dan politik yang berelasi dengan banyak hal dan kepentingan yang sifatnya tidak saja domestik tapi juga lintas-negara. Melayu tersebar pada tiga kawasan tersebut yang berbeda sama sekali secara geopolitik. Orang Melayu yang berada di Pulau Penawar Rindu merupakan warga negara Indonesia, yang berinteraksi secara intens dengan sesama orang Melayu 1

yang merupakan warga negara dari Singapura dan Malaysia. Selain interaksi, masyarakat perbatasan juga melakukan mobilitas yang cukup tinggi ke negara tetangga, seperti masih memiliki ikatan kerabat di negeri seberang. Kondisi seperti ini sudah dipraktikkan sejak masa lalu ketika hubungan Indonesia dengan Malaysia dalam keadaan mesra dan hangat (pra-konfrontasi dengan Malaysia). Pun jika ingin membingkainya dalam perspektif sejarah, sejak zaman Kesultanan Malaka pada abad 14-15, masyarakat di tiga kawasan ini sudah berbaur dan terbuka dengan berbagai perbedaan etnis dan agama. Sementara itu, dalam hal relasi ekonomi, masyarakat perbatasan di Pulau Penawar Rindu, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam sangat bergantung kepada Singapura dan Malaysia. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari mulai dari kebutuhan primer maupun tersier pada umumnya disediakan atau didatangkan dari Singapura dan Malaysia. Hal ini dikarenakan oleh kondisi dan kebijakan pemerintah daerah tentang Batam sebagai pelabuhan bebas dan kawasan ekonomi bebas. Masyarakat perbatasan sebenarnya bisa mengkonsumsi barang-barang yang diproduksi oleh industri dalam negeri. Jika pusat perindustrian Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa maka biaya distribusi produk tersebut untuk sampai ke Belakang Padang cukuplah tinggi, dan sudah bisa dipastikan harga barang-barang tersebut melambung lebih tinggi ketika sampai di Pulau Penawar Rindu. Tentu saja kondisi ini memberatkan masyarakat perbatasan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya masyarakat perbatasan lebih memilih mengkonsumsi produkproduk keluaran Singapura dan Malaysia karena memang lebih murah ketika dibandingkan dengan produk serupa yang didatangkan dari Jakarta. Praktik jual 2

beli atau barter antar-negara yang dilakukan oleh masyarakat perbatasan bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini sudah terjadi sejak masa lalu di mana sekat-sekat teritori atau batas negara tidak menjadi penghalang bagi masyarakat perbatasan berinteraksi dengan negara tetangga. Hal lainnya ialah, penetapan Batam sebagai kawasan pelabuhan bebas dan ekonomi bebas, yang berimplikasi terhadap semakin luasnya produk-produk dari negara Singapura dan Malaysia beredar di Belakang Padang atau Kepulauan Riau secara umum. Proses pembayangan nasionalisme pada masyarakat perbatasan tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah masa lampau di mana Melayu pernah menjadi identitas bersama pada tiga kawasan besar: Kepulauan Riau di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Meski kemudian dipisahkan oleh tiga negara, bersetia kepada Melayu sebagai identitas bersama masih terjadi. Pertalian dan kedekatan bersama di bawah payung Melayu mengalahkan kekuatan ideologi negara dan teritori yang memisahkan masyarakat perbatasan, baik Indonesia, Singapura maupun Malaysia. Pengalaman sejarah dan pengalaman kultural bersama inilah yang kemudian memberikan warna, corak, atau kekhasan tersendiri bagi masyarakat perbatasan ketika membayangkan atau mendefiniskan nasionalisme tersebut. Pembacaan lain, bayangan nasionalisme masyarakat perbatasan mengalami semacam ambiguitas dengan kontradiksi-kontradiksinya. Satu sisi sangat cinta pada Indonesia, di sisi lain juga ingin menjadi bagian Singapura atau Malaysia. Keinginan untuk menjadi bagian dari Singapura atau Malaysia tetap ada tapi hanya sebatas persoalan kesejahteraan dan bayangan akan kerlap-kerlip 3

kemodernan Singapura daripada Kota Batam yang tampak lebih sendu dan gelap. Di balik sikap yang mendua tadi, rasa nasionalisme itu dijelaskan melebihi dari sekadar pemenuhan kebutuhan ekonomi yang memang ditopang oleh negara tetangga. Masyarakat perbatasan mengaku mencintai dan membela Indonesia dengan kondisi yang terbelah, karena pada saat yang bersamaan juga beririsan dengan kemelayuan yang sifatnya lintas negara. 5.2 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian tentang bayangan identitas nasionalisme masyarakat perbatasan hanya melingkupi mencakup satu kawasan masyarakat kecil yakni Pulau Penawar Rindu di Kecamatan Belakang Padang, di antara ratusan pulau di yang ada di sekitar Pulau Batam. Sementara itu, masih ada banyak pulau kecil yang didiami oleh masyarakat di perbatasan yang berpotensi besar untuk diteliti dengan tema serupa. Kedua, keterbatasan akses guna menjumpai masyarakat dengan komunitas kecil yang tersebar di pulau-pulau kecil di sekitar kawasan perbatasan di Pulau Batam. Keterbatasan akses ini disebabkan oleh minimnya transportasi laut komersial datang dan pergi ke pulau-pulau kecil tersebut. Ketiga, penelitian ini menuntut penelitian lanjutan dengan kajian yang lebih komprehensif dan sekaligus mendalam mengingat kawasan perbatasan Pulau Batam adalah kawasan dengan karakteristik yang berbeda dengan kawasan perbatasan lainnya di daerah dan kepulauan di Indonesia. Terakhir, penetapan Batam sebagai kawasan pelabuhan bebas dan ekonomi bebas yang jauh lebih dulu dicanangkan ketimbang pencetusan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015, 4

menawarkan banyak peluang penelitian yang bertema tentang ekonomi-politik, nasionalisme, maupun identitas di kawasan perbatasan ini. 5