BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Susi Ardiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 40 Undang-Undang RI No 20 Tahun 2013 Pendidik dan Kependidikan berkewajiban :

BAB I PENDAHULUAN. cerdas sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran secara ilmiah. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses kompleks yang mencakup berbagai komponen pendidikan seperti kurikulum, pendidik, peserta didik, sumber ajar serta alat peraga. Dalam Sistem Pendidikan Nasional (2003) menyatakan bahwa Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis, dan mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan pendidikan. Selain itu pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan pendapat di atas, maka proses pembelajaran yang bermakna sangat diperlukan demi terwujudnya pendidikan yang berkualitas agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mempelajari hal-hal baru yang akan diperlukan bagi masa depannya kelak serta menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif dan bertanggung jawab. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan yang memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena di Sekolah Dasarlah awal mula kemampuan dasar anak dikembangkan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain Sekolah Dasar merupakan pondasi awal untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan anak agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari aspek kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Mata

2 pelajaran IPA pun merupakan salah satu upaya agar siswa dapat mempelajari serta mencintai alam sekitarnya, mengetahui asal mula terjadinya alam semesta, mengetahui gejala yang terjadi di lingkungannya dan lain-lain. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar mempunyai arti yang sangat penting bagi siswa karena dengan mempelajari IPA, siswa pertama kali diajarkan tentang gejala-gejala alam yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena pembelajaran IPA harus mudah dipahami dan dibuat lebih menarik dengan menggunakan pendekatan dan metode yang bermakna. Melihat hal-hal diatas, tentunya para pendidik yang mengajar di Sekolah Dasar harus memiliki keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran agar lebih bermakna dan menarik bagi siswa. Namun, kenyataan di sekolah menunjukkan gambaran tentang metode pembelajaran yang masih konvesional seperti penggunaan metode ceramah dan penugasan yang mengakibatkan hasil belajar siswa di bawah kriteria ketuntasan minimum. Di SDN 2 Suntenjaya khususnya di kelas V yang berjumlah 26 orang, dilihat dari nilai hariannya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA berada pada rata-rata 57,5 dan 50% dari jumlah siswa nilainya masih di bawah KKM yaitu masih di bawah 65, sedangkan peneliti mentargetkan setidaknya sekitar 80% dari jumlah siswa kelas V mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan kegiatan belajar mengajar di SDN 2 Suntenjaya, masih banyak guru menggunakan metode yang kurang inovatif dalam memberikan materi pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V sehingga siswa merasa jenuh dan pembelajaran pun kurang bermakna padahal mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang menyenangkan, apalagi jika siswa dihadapkan pada objek yang nyata atau melakukan percobaan secara langsung. Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, maka dalam setiap pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa serta menggunakan pendekatan dan metode yang tepat agar hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3 Beberapa tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukakan oleh Piaget dalam Syaodih ( 2007:1.15) yaitu : 1. Periode Sensori Motorik ( dari lahir - usia 2 tahun ). 2. Periode Pra Operasional ( dari usia 2-7 tahun ). 3. Peroide Operasional Konkrit ( dari usia 7 tahun - 11 tahun ). 4. Periode Operasional Formal ( dari usia 11 tahun 15 tahun ). Berdasarkan tahapan perkembangan kognitif diatas, maka usia siswa kelas 5 termasuk pada tahap operasional konkrit. Pada tahapan ini anak mulai berpikir logis yang dikaitkan dengan obyek nyata. Dengan mengetahui tahap perkembangan siswa, peneliti dapat menentukan pendekatan yang cocok bagi siswa agar hasil belajarnya dapat meningkat dan diharapkan tidak di bawah KKM lagi. Sebagaimana tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pembelajaran harus diarahkan ke pemberian kesempatan pada siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar yang bermakna. Dengan menemukan pengetahuan sendiri, siswa akan lebih lama ingat suatu pembelajaran dibanding hanya dengan mendapat pengetahuan dari gurunya. Inkuri sebagai salah satu pendekatan yang dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik melalui teknik menemukannya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih kongkrit. Menurut Jauhar (2011:65) menyatakan bahwa: Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif. Menurut Chiapetta dan Adams dalam Jauhar (2011:78) menyatakan bahwa inkuiri sangat berperan dalam mengembangkan:

4 1. Pemahaman fundamental mengenai konsep, fakta, prinsip, hukum dan teori. 2. Keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan dan pemahaman mengenai fenomena alam. 3. Pembentukan sikap positif terhadap sains. 4. Pemerolehan pengertian mengenai sifat-sifat sains. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan inkuiri, siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan melakukan penyelidikan untuk mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu pendekatan inkuiri cocok untuk pembelajaran IPA karena dapat mendorong siswa berfikir kritis dan terampil dalam memperoleh pengetahuan tentang IPA. Disertai dengan percobaan, sehingga siswa dihadapkan langsung pada objek yang nyata. Pendekatan seperti ini lebih bermakna bagi siswa daripada hanya mendengarkan ceramah dari gurunya. Selain itu pendekatan inkuiri berpusat pada siswa (student center), artinya dalam pembelajaran siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri serta berfikir kritis agar dapat memecahkan masalahnya sendiri. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena penelitiannya dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas, yaitu permasalahan rendahnya nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa kelas V khususnya pada mata pelajaran IPA. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka penelitian difokuskan pada PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Semester II SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat

5 cahaya pada Siswa Kelas V Semester II SDN 2 Suntenjaya Lembang. Masalah tersebut dijabarkan ke dalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V dengan menggunakan pendekatan inkuiri? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V dengan menggunakan pendekatan inkuiri? 3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan inkuiri? C. Hipotesis Tindakan Apabila penerapan pendekatan inkuiri pada materi sifat-sifat cahaya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V dengan menggunakan pendekatan inkuiri. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V dengan menggunakan pendekatan inkuiri. 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V pada materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan inkuiri. E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat teoritik Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dalam pembelajaran IPA khususnya dan sebagai bahan sumbang saran dalam

6 meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Dengan diterapkannya pendekatan inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru 1) Diharapkan dapat menambah wawasan baru mengenai pendekatan pembelajaran agar lebih inovatif. 2) Diharapkan dapat mengembangkan potensi. 3) Diharapkan dapat mengembangkan kualitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran. b. Bagi siswa 1) Diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran IPA. 2) Diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan informasi dan memecahkan masalah yang di dapat. 3) Sebagai masukan bagi siswa dalam memahami dan menguasai teori secara mendalam melalui pengalaman belajar yang lebih kongkrit. c. Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah guna meningkatkan kualitas pendidikan di SDN 2 Suntenjaya khususnya hasil belajar siswa Kelas V pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. d. Bagi Peneliti 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam menerapkan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. 2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pemikiran dalam mengukur langsung hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. 3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal peneliti ketika terjun langsung menjadi guru kelas. F. Batasan Masalah Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Ruang lingkup pembatasan masalah

7 dalam penelitian ini diambil dari Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan di atas, maka penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran ini adalah dengan cara melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat dan bahan yang mudah dijangkau siswa sehingga siswa dapat menemukan konsepnya sendiri melalui bimbingan guru. Hasil penelitian yang diharapkan adalah meningkatnya hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran melalui tes evaluasi. Hasil belajar IPA yang dimaksud adalah segala hasil belajar yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. G. Definisi Operasional Dalam bagian ini, dijelaskan tentang definisi dari masing-masing variabel yang dapat dijadikan kata kunci penelitian ini. Adapun kata kunci tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Inkuiri Menurut Sagala (2007:196) menyatakan bahwa Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. yaitu : Menurut Jauhar (2011:69) pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis, a. Inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. b. Inkuiri bebas, pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. c. Inkuiri bebas yang dimodifikasikan, pendekatan ini merupakan modifikasi dari inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas.

8 Jadi dalam pendekatan inkuiri, pembelajaran berpusat pada siswa (student center), siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar. Peran guru disini hanya sebagai fasilitator dan membimbing pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun fokus penggunaan inkuiri dalam penelitian ini adalah menggunakan inkuiri terbimbing. 2. Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak hasil belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini yaitu nilai hasil evaluasi siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri, apakah nilainya mengalami peningkatan atau tidak. 3. Pembelajaran IPA Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:106) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sejalan dengan hal tersebut, maka Ilmu Pengetahuan Alam dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang di dalamnya mengkaji tentang gejala-gejala yang ada di alam dan kumpulan pengetahuan faktual yang dalam melaksanakan pembelajarannya diwujudkan secara nyata. 4. Materi sifat-sifat cahaya Materi sifat-sifat cahaya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dipelajari siswa kelas V semester II. Sifat-sifat cahaya menurut Sulistyanto (2008:125):

9 a. Merambat lurus b. Menembus benda bening c. Dapat dipantulkan d. Dapat dibiaskan Materi sifat-sifat cahaya sangat bermanfaat bagi siswa karena bisa digunakan dalam kehidupan mereka. Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemberian materi sifat-sifat cahaya harus dilaksanakan dengan orientasi pada kehidupan nyata. H. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dikatakan berhasil atau mencapai tujuan yang diinginkan apabila 88,5% dari jumlah siswa kelas V SDN 2 Suntenjaya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau mencapai nilai 65 pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Peneliti mentargetkan 88,5% karena di kelas terdapat 3 siswa yang lambat dalam belajar dan kurang lancar dalam membaca.