BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB I PENDAHULUAN. kinerja produk atau hasil yang pasien rasakan dengan harapannya. Dengan

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. orientasi tidak lagi pada produk yang dihasilkan, tetapi beralih ke orientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berkaitan dengan mutu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan standar yang telah ditetapkan perusahan dan standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat keberadaan perusahaan tersebut di tengah-tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi

DAFTAR ISI. Halaman : DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat baik dari sisi pelayanan maupun penemuaan-penemuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Uneversitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. maka diharapkan dapat tercapai suatu derajat kehidupan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan bauran...,rahmi Yuningsih, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan yang. 2000). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000).

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini. semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. multi level marketing. Saat ini terdapat lebih dari seratus perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit masa kini menghadapi berbagai tantangan berat, termasuk menghadapi era globalisasi di mana perubahan berlangsung

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN ASKESKIN, ASKES PNS, UMUM PADA PELAYANAN LOKET PENDAFTARAN RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 23 tahun 1992 Rumah Sakit adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kecenderungan menuntut kualitas pelayanan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

PENGARUH TARIF, FASILITAS DAN PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan faktor fundamental yang harus dibangun. atas pelayanan kesehatan. Rumah sakit adalah bagian yang amat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelayanan publik adalah bentuk kegiatan yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. banyak menstimulus terjadinya pergeseran dan perubahan pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. PERSI 1995 mengutip pendapat Ohmae (1992) menyebutkan bahwa perubahan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi sangat ketat baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang selalu mempunyai keinginan untuk sehat. Kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Menurut Azwar (1996)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut sudah mulai terlihat di Bali. namun disebabkan juga oleh faktor pendatang dari luar Pulau Bali.

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEGIATAN JASA RAWAT INAP DI RSU TIDAR MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, rumah sakit juga berkembang pesat

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SISKA HERTIANA J

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menunjang aktifitas yang semakin kompleks. Kondisi tersebut memicu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Muhammadiyah Yogyakarta sudah sesuai dengan undang-undang nomor 25 tahun 2009?

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN WARNET AURORA PABELAN KARTASURA SURAKARTA

DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN

BAB I PENDAHULUAN. pada sarana angkutan antar wilayah, kini tuntutan tersebut telah lebih berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rumah sakit menghadapi suatu masalah global akan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dari industri Rumah Sakit dapat dilihat dari tingginya tingkat investasi,

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. himpun agar pekerjaan yang dilakukan dapat dikendalikan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 8 yang

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. hambatan dikarenakan tidak adanya batasan antar negara. dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperoleh laba (Profit oriented),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat inap. diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan saran dalam CSI (Customer Satification Indeks) rawat inap

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Gizi Rumah Sakit menurut SK Menkes. No.134/Menkes/SK/IV/1978 terdiri dari 4 kegiatan yaitu : (1) kegiatan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi, termasuk era globalisasi jasa dan pelayanan. Di dalam setiap usaha, idealnya prioritas utama organisasi bisnis adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Pelanggan yang loyal sangat berharga, karena akan memberikan pemasukan secara terus-menerus dan biasanya mempunyai efek berantai. Misi dasar suatu organisasi bisnis tidak lagi sekedar berupa laba finansial, melainkan penciptaan nilai dan penambahan nilai (value creation and value adding) bagi pelanggan (Tjiptono, 2003). Persaingan bisnis yang semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun di pasar global berimbas juga pada pelayanan kesehatan rumah sakit yang pada hakikatnya termasuk ke dalam salah satu jenis industri, yaitu industri jasa kesehatan. Sebagai sebuah industri, rumah sakit terikat dengan kaidah-kaidah bisnis dengan berbagai peran fungsi manajerialnya. Di sisi lain, pelayanan rumah sakit adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri yang khas dan berbeda dengan pelayanan publik yang lain, sehingga memerlukan pendekatan khusus (Aditama, 2003). Di dalam pelayanan kesehatan, peran provider sangat dominan. Dengan consumer ignorance, sering terjadi supply induced demand, providerlah yang menentukan pelayanan apa yang harus dibeli oleh pasien. Sementara kebutuhan pasien akan kesembuhan dan kesehatan mendorong mereka tetap membutuhkan pelayanan kesehatan (Thabrany 2001 dalam Suparman 2003). Perubahan perilaku dan demand masyarakat yang semakin meningkat terhadap pelayanan kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas, telah menggeser orientasi pelayanan dari orientasi produk ke orientasi pasien sebagai konsumen (consumer oriented). Pasien ikut menentukan produk apa yang mereka butuhkan. Sebagai konsekuensinya, rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang merata, berkualitas, terjangkau serta responsif terhadap kebutuhan keluarga dan masyarakat. Kepuasan pelanggan akan menciptakan loyalitas yang akan memberikan profit kepada perusahaan dalam

2 jangka panjang. Kepuasan pelanggan, mutu pelayanan dan loyalitas merupakan tiga hal yang saling terkait erat bagi pelanggan. Kebanyakan teori dan praktek pemasaran, termasuk di rumah sakit lebih terpusat kepada seni menarik pelanggan baru daripada mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Sebenarnya, biaya yang harus dikeluarkan akibat konsumen yang hilang lebih tinggi daripada biaya untuk mempertahankan konsumen. Biaya konsumen yang hilang ini dapat terdiri atas biaya kesempatan (opportunity loss) ditambah biaya untuk mendapatkan kembali konsumen tersebut atau biaya mencari konsumen baru. Kunci retensi pelanggan adalah kepuasan (Kotler, 2002). Loyalitas pelanggan merupakan salah satu indikator keberhasilan pemasaran pelayanan rumah sakit. Idealnya loyalitas pelanggan terbentuk karena mutu pelayann dan kepuasan yang diterimanya. Selain itu upaya membangun hubungan dengan memperlakukan pelanggan secara prima akan memberikan manfaat yang besar bagi rumah sakit. Pemasaran dengan menciptakan keunggulan jalinan relasi merupakan teknik yang telah banyak diterapkan pada rumah sakit besar (Supriyantoro, 2003 dalam Ars0 2004). Pelanggan rumah sakit di masa yang akan datang adalah mereka yang dilayani hari ini. Mereka akan tetap menjadi pelanggan atau tidak sangat ditentukan oleh bagaimana efektivitas rumah sakit menghadapi ancaman utama sukses bisnis, yaitu hubungan yang bebas dan erat dengan pelanggan (consumer promiscuity). Penjualan yang terus dilakukan akan percuma, sumber daya menjadi sia-sia, biaya operasional tinggi, bila tidak mampu mengelola dan mempertahankan loyalitas pelanggan (James 1995 dalam Arso 2004). Loyalitas berkaitan dengan value dan trust. Bukan hanya perusahaan, pelanggan akan mempertimbangkan keuntungan untuk mempertahankan hubungan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Dalam menuju loyalitas, pelanggan akan mempunyai harapan yang digantungkan terhadap penyedia pelayanan untuk merealisasikan pelayanan yang dijanjikan (Sirdeshmukh, et al, 2002 dalam Arso 2004). Instalasi rawat jalan merupakan salah satu proses dari sistem pelayanan di rumah sakit, saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan karena makin mahalnya biaya rawat inap, dan makin berkembangnya

3 teknologi kedokteran. Oleh karena itu beberapa pelayanan kesehatan tidak lagi memerlukan rawat inap (Rijadi, 1997). Terlaksananya proses pelayanan rawat jalan melibatkan berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal rumah sakit serta faktor pendukung. Faktor internal dari sisi pemberi pelayanan rawat jalan (provider) meliputi ketersediaan pelayanan, dokter dan perawat, serta fasilitas tempat pelayanan yaitu kenyamanan dan kebersihan. Faktor eksternal rumah sakit menyangkut pengguna pelayanan rawat jalan (user) dengan beragam karakterisrtik dan perilaku seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dalam keluarga, need dan manfaat yang dicari. Faktor pendukung yang memungkinkan penggunaan rawat jalan sekaligus memilih tempat pelayanan sesuai yang diminati diantaranya pendapatan, penyandang dana, waktu tunggu, asal wilayah (jarak) dan waktu perjalanan. Rumah Sakit Pertamina Jaya diresmikan pada tanggal 2 April 1979 oleh dr. Amino Gondohutomo yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Pertamina. Rumah Sakit Pertamina Jaya termasuk rumah sakit dengan tipe C plus yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 2 Jakarta Pusat dan berdiri di atas lahan dengan bangunan 5.594 m². Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur PT RSPP No. KPTS 0006/RS000/2000-SO tanggal 1 Januari 2000, RS Pertamina Jaya telah resmi memiliki hak otonomi dan secara otomotis RS Pertamina Jaya dituntut untuk mampu mandiri dan membiayai dirinya melalui berbagai upaya, salah satunya adalah upaya meningkatkan jumlah pasien Non Pertamina (akuisisi) dan mempertahankan jumlah pasien Pertamina dan Non Pertamina yang suda ada (retensi). Instalasi rawat jalan merupakan salah satu sumber revenue centre bagi RSPJ. Instalasi rawat jalan merupakan instalasi yang sangat strategis sebagai sumber revenue centre bagi RSPJ. Instalasi rawat jalan memiliki berbagai kompleksitas yang beragam karena di dalam instalasi rawat jalan terdapat bermacam-macam poliklinik untuk memenuhi pelayanan kesehatan terhadap pasien. Jumlah pasien poliklinik rawat jalan akan berdampak pada pendapatan RSPJ. Apabila jumlah pasien poliklinik rawat jalan meningkat maka pendapatan RSPJ juga akan meningkat. Namun, berdasarkan sumber data di RSPJ dapat

4 diketahui bahwa jumlah pasien rawat jalan RSPJ belum mencapai target yang ditetapkan terutama pasien non pertamina. Berdasarkan data dari Laporan Manajemen Bisnis yang peneliti dapatkan selama proses magang di RSPJ yaitu jumlah pasien umum non pertamina pada tahun 2005 sebanyak 1974, tapi pasien yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2006 hanya 1049, sehingga dapat dilihat tingkat retensi hanya sebesar 53,1%. Jumlah pasien umum non pertamina pada tahun 2006 sebanyak 2091, namun pasien lama yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2007 hanya 1030, sehingga dapat dilihat tingkat retensi hanya sebesar 49,3%. Jumlah pasien umum non pertamina pada tahun 2007 sebanyak 1847, namun pasien lama yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2008 hanya 1130, sehingga dapat dilihat bahwa tingkat retensi hanya sebesar 61%. Gambar 1.1 Pasien Umum Non Pertamina 2500 2000 1500 1000 Pasien Baru Pasien Lama Jumlah Pasien 500 0 2005 2006 2007 2008 Gambar 1.2 Retensi Pasien Umum Non Pertamina Tingkat Retensi 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% Tingkat Retensi 20.00% 10.00% 0.00% 2006 2007 2008

5 Jumlah pasien spesialis non pertamina rawat jalan pada tahun 2005 sebanyak 3422, tapi pasien yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2006 hanya 1487, sehingga dapat dilihat tingkat retensi hanya sebesar 43,5%. Jumlah pasien spesialis non pertamina pada tahun 2006 sebanyak 3478, namun pasien lama yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2007 hanya 1538, sehingga dapat dilihat tingkat retensi hanya sebesar 44,2%. Jumlah pasien spesialis non pertamina pada tahun 2007 sebanyak 3094, namun pasien lama yang kembali berobat ke RSPJ pada tahun 2008 hanya 1599, sehingga dapat dilihat bahwa tingkat retensi hanya sebesar 52%. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat gambar grafik jumlah pasien dan retensi di bawah ini. Gambar 1.3 Pasien Spesialis Non Pertamina 3500 3000 2500 2000 1500 1000 Pasien Baru Pasien Lama Jumlah Pasien 500 0 2005 2006 2007 2008 Gambar 1.4 Retensi Pasien Spesialis Non Pertamina Tingkat Retensi 52.00% 50.00% 48.00% 46.00% 44.00% Tingkat Retensi 42.00% 40.00% 38.00% 2006 2007 2008

6 Berdasarkan data data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat retensi pelanggan non pertamina RSPJ pada tahun 2006, 2007, dan 2008 belum mencapai target sebsesar 80%. Bahkan dapat dilihat bahwa pencapaian tingkat retensi yang ada masih cukup jauh dari target yang ditetapkan. Tingkat retensi yang belum mencapai target menggambarkan bahwa masih cukup banyak terjadi lost patient (pasien yang tidak melakukan kunjungan ulang ke pelayanan kesehatan RSPJ). Salah satu cara untuk meningkatkan jumlah kunjungan adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi pasien berkunjung ulang ke rumah sakit. Dengan demikian rumah sakit akan dapat mempersiapkan diri terhadap faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan kunjungan ulang dan sebagai persiapan untuk menghadapi kompetitor yang akan datang dengan strategi yang lebih tepat. Didasarkan pada pertimbangan hal-hal tersebut peneliti mencoba melakukan analisis mengenai kejadian pasien yang tidak melakukan kunjungan ulang ke pelayanan rawat jalan (lost patient) di poliklinik rawar jalan RSPJ 1.2 Rumusan Masalah Perilaku masyarakat terhadap kesehatan sangat berpengaruh terhadap frekuensi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Instalasi rawat jalan sebagai salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang berkontribusi bagi pendapatan rumah sakit harus menyelenggarakan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pasien. Namun, penggunaan instalasi rawat jalan di RSPJ sendiri belum berfungsi secara maksimal dalam pemberian pelayanan kepada pasien, sehingga masih cukup banyak pasien yang tidak kembali lagi berobat ke RSPJ (lost patient) terutama pasien non pertamina. Sampai saat ini, belum ada informasi mengenai penyebab terjadinya lost patient di instalasi rawat jalan di RSPJ. Oleh sebab itu penulis akan melakukan penelitian mengenai lost patient poliklinik rawat jalan RS Pertamina Jaya. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan dalam penelitian ini adalah: a. Apa alasan pasien sehingga menjadi lost patient di poliklinik instalasi rawat jalan RSPJ?

7 b. Faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian lost patient di poliklinik rawat jalan RSPJ? c. Bagaimana gambaran persepsi pasien tentang faktor internal poliklinik instalasi rawat jalan RSPJ? d. Bagaimana persepsi pasien mengenai provider kesehatan lain? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran kejadian lost patient di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Pertamina Jaya Tahun 2008. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui alasan pasien yang menjadi lost patient di poliklinik rawat jalan RSPJ b. Mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian lost patient di poliklinik rawat jalan RSPJ c. Mengetahui gambaran persepsi pasien tentang poliklinik instalasi rawat jalan RSPJ d. Mengetahui persepsi pasien mengenai ketersediaan provider kesehatan lain 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Rumah sakit Pertamina Jaya sebagai informasi untuk perbaikan manajemen khususnya bagi instalasi rawat jalan RSPJ dalam memberikan pelayanan sehingga rumah sakit dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, meningkatkan performance dan kualitas pelayanan rawat jalan, meningkatkan penggunaan jasa berulang pada rawat jalan, serta mengantisipasi kejadian lost patient. 1.5.2 Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman berharga dalam melakukan penelitian dan menerapkan teori dan fungsi manajemen, terutama mengenai lost patient.

8 1.5.3 Bagi Lembaga Pendidikan Program sarjana reguler FKM UI peminatan Manajemen Rumah Sakit memperoleh masukan sebagai evaluasi dari hasil belajar mengajar di program ini dan keberhasilannya dalam penerapan di lapangan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada alasan pasien hilang non pertamina yang tidak lagi melakukan kunjungan ulang ke pelayanan rawat jalan RSPJ karena kejadian lost patien dapat menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian lost patien di poliklinik rawat jalan RSPJ. Jenis penelitian dan kegiatan yang akan dilakukan antara lain pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terhadap tidak terjadinya kunjungan ulang ke poliklinik instalasi rawat jalan RSPJ. Penelitian diadakan pada bulan Mei Juni 2009 dengan populasi seluruh pasien non pertamina di poliklinik rawat jalan yang hilang selama tahun 2008 di RS Pertamina Jaya di Jalan Ahmad Yani No. 2 Jakarta Pusat.