IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Katalog BPS:

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

BAB IV GAMBARAN UMUM

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

KONDISI UMUM BANJARMASIN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Transkripsi:

50 50 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, menurut geografis terletak pada koordinat 131-133,5 0 Bujur Timur dan 5-6,5 Lintang Selatan, dan menurut administrasi Kabupaten Maluku Tenggara berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tual dan Provinsi Papua Bagian Selatan; - Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura; - Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tual, Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar; - Sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Aru. Luas wilayah Kabupaten Maluku Tenggara kurang lebih 7.856,70 km 2 yang terdiri atas luas lautnya kurang lebih 3.180,70 km 2 dan luas daratanya 4.676,00 km 2.. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terdiri atas 1 Gugusan Kepulauan yaitu Gugusan Kepulauan Kei yang terdiri atas Kepulauan Kei Kecil dan Pulau Kei Besar. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Kei Besar 1.272,05 km 2, sedangkan Kecamatan Kei Kecil Barat yang paling kecil wilayahnya yaitu 426,70 km 2. Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luas Kabupaten Maluku Tenggara Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Daratan Luas Perairan Luas Total (km²) (km²) (km²) Kei Kecil 1.167,69 492,52 1.660,21 Kei Kecil Barat 426,70 629,30 1.056,00 Kei Kecil Timur 547,04 497,35 1.044,39 Kei Besar 1.272,05 523,78 1.795,83 Kei Besar Utara Timur 721,86 328,42 1.050,28 Kei Besar Selatan 540,67 709,32 1.249,99 Jumlah 4.676,00 3.180,70 7.856,70 Sumber : BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara 2010. Letak geografis Kabupaten Maluku Tenggara yang terdiri atas pulau-pulau kecil dianggap sangat strategis karena sebagai pusat penghubung antara ibukota Provinsi Maluku dengan Kabupaten Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat,

51 51 serta dengan daerah luar seperti provinsi Papua, Papua Barat, NTT, dan Jawa Timur serta terletak pada jalur Arafuru Rim yang menghubungkan antara wilayah negara Australia dengan negara-negara di Asia Pasifik. Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi 6 kecamatan yang meliputi 1 kelurahan, 87 desa induk dan 104 anak Desa/Dusun. lebih terinci telihat pada Tabel 9. Tabel 9. Ibukota Kecamatan, Banyaknya Desa Induk Anak Desa dan Kelurahan menurut Kecamatan Kecamatan Ibu Kota Banyaknya Desa Induk Anak Desa Kelurahan Kei Kecil Langgur 21 15 1 Kei Kecil Barat Ohoira 8 2 - Kei Kecil Timur Rumat 13 16 - Kei Besar Elat 21 41 - Kei Besar Utara Holat 9 21 - Kei Besar Selatan Weduar 14 9 - Jumlah 87 104 1 Sumber : Bappeda Maluku Tenggara 2009. 4.2. Topografi Kondisi topografi di Kabupaten Maluku Tenggara cukup beragam, mulai dari kondisi yang relatif datar, berbukit ataupun dataran tinggi. Secara umum kepulauan Kei Kecil relatif datar dimana kondisi berbukit hanya ditemukan dibagian utara pulau tersebut. Puncak tertinggi adalah Bukit Masbait dimana ketinggian ±115 m diatas permukaan laut (di desa Kelanit). Berbeda dengan kepulauan Kei Kecil, Pulau Kei Besar merupakan pulau yang berbukit dan bergunung yang membujur sepanjang pulau dari ujung Utara ke Selatan, ketinggian rata-rata 500 m dengan puncak tertinggi Gunung Dab, yang memiliki ketinggian 800 m dari permukaan laut. Sebaran rata-rata kedalaman perairan laut (4 mil dari garis pantai) di Kei Kecil (Nuhu Roe) adalah 100 m atau rata-rata slop 1,5 persen yaitu di Pulau Kei Kecil Bagian Barat. Sebaran rata-rata kedalaman di Pulau Kei Besar (Nuhu Yut), 100 m berada di bagian Barat Laut, sedangkan bagian Barat Daya dan

52 52 bigian Timur kedalaman rata-rata lebih dari 300 m. Kemiringan daratan pulau (Island Flat) di Pulau Kei Kecil berkisar antara 0 persen - 40 persen, sedangkan untuk Pulau Kei Besar kemiringan daratan pulau adalah curam (15 persen 40 persen) sampai dengan sangat curam (> 40 persen). 4.3. Kondisi Musim, Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban Berdasarkan data BPS Maluku Tenggara tahun 2010 keadaan musim Timur berlangsung dari bulan April sampai dengan Oktober. Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Februari. Musim hujan pada bulan Desember sampai dengan Februari. Bulan Oktober sampai dengan Maret bertiup angin Barat Laut. Musim Pancaroba berlangsung bulan Maret /April dan Oktober/Nopember. Bulan April sampai dengan Oktober, bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras. Bulan April sampai dengan September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan. Bulan Oktober sampai dengan Maret bertiup angin Barat Laut. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil, sedangkan di Pulau Kei Besar diatas 3.000 mm per tahun. Tahun 2009 curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.615 mm per tahun atau rata-rata 217,91 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 193 hari atau rata-rata 16,1 hari hujan per bulan. Suhu rata-rata untuk tahun 2009 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur adalah 27,50 ºC dengan suhu minimum 22,20 ºC dan maksimum 32,50 ºC. Kelembaban rata-rata 83,30%, penyinaran matahari ratarata 66,30% dan tekanan udara rata-rata 1.010,20 milibar.variasi ekstrim curah hujan berhubungan dengan sistem angin musim. Musim kering (Musim Timur) berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Oktober dimana angin bertiup dari Timur Tenggara ke Utara Barat Laut. Musim hujan (Musim Barat) berlangsung dari Desember sampai dengan Maret, dimana angin bertiup dari Utara Barat Laut ke Timur Tenggara. Pola angin lokal juga berpengaruh memodifikasi pola umum tersebut. Selama periode transisi, April sampai dengan Juli dan Nopember, komponen angin tidak menentu. Tabel 10, Gambar 9 dan Gambar 10, terlihat bahwa curah hujan tertinggi (597 mm) maupun hari hujan terbanyak (24 hari)

53 53 terjadi pada bulan April. Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Nopember (29 0 C), sedangkan Oktober merupakan bulan yang mengalami penyinaran matahari terpanjang. Tabel 10. Data Klimatologi Bulanan (2005 2008) Suhu/ Temperatur 0 C Jumlah Rata Rata Bulan Rata2 Maksimum Minimum Curah Hujan Hari Hujan Penyinaran (mm) (hari) Matahari(%) Januari 27,6 32,2 22,2 310 20 63 Februari 27,3 31,3 22,6 226 21 60 Maret 26,7 32,0 22,1 328 21 67 April 27,1 33,3 20,1 597 24 58 Mei 27,2 31,8 21,8 188 18 65 Juni 27,8 31,3 22,0 260 12 62 Juli 26,5 31,0 22,1 110 18 56 Agustus 26,8 31,4 22,7 18 6 74 September 27,7 32,4 22,4 9 4 79 Oktober 28,8 34,2 22,4 112 17 87 Nopember 29,0 34,7 23,8 48 12 77 Desember 27,6 34,0 21,8 409 20 47 Sumber : Stasiun Meteorologi 2009 Gambar 9. Diagram Sebaran Curah Hujan di daerah Penelitian Gambar 10. Diagram Sebaran Hari Hujan di daerah Peneliti

54 54 4.4. Sebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk tidak merata pada setiap wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara yang berpengaruh terhadap jalannya pembangunan pada wilayah tersebut. Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan faktor kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Malulku Tenggara dan ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian. Umumnya di suatu daerah pada pusat kota, sebaran penduduk yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei Kecil sebagai pusat kota di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara dapat ditunjukkan oleh Tabel 11. Tabel 11. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km 2 Kecamatan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan (km²) (jiwa) Penduduk per km² Kei Kecil 1.167,69 39.400 34 Kei Kecil Barat 426,70 6.280 15 Kei Kecil Timur 547,04 11.137 20 Kei Besar 1.272,05 26.896 21 Kei Besar Utara Timur 721,86 11.905 16 Kei Besar Selatan 540,67 9.463 18 Jumlah 4.676,00 105.081 20,66 Sumber: Data Bappeda, Kabupaten Maluku Tenggara 2010. Pada Tabel 11. terlihat bahwa sebaran penduduk terbesar ada di Kecamatan Kei Kecil. Tingginya sebaran penduduk di Kecamatan Kei Kecil merupakan konsekuensi dari keberadaannya sebagai pusat pemerintahan, politik, sosial budaya, pendidikan dan perekonomian, sehingga dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan masyarakat. Sementara itu, jika jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah, maka akan terlihat kepadatan penduduk pada wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan daya dukung (carrying capacity) wilayah. Wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai 34 per km 2 yang berarti setiap 1 (satu) km 2 didiami sekitar 34 jiwa. Kepadatan penduduk berikutnya yaitu Kecamatan Kei Besar dengan tingkat kepadatan 21 per km 2.

55 55 4.5. Nelayan Nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara menurut kategori nelayan, terdiri atas nelayan perorangan dan kelompok nelayan yang tersebar di 6 kecamatan. Kecamatan Kei Besar memiliki jumlah nelayan terbesar yaitu 2.049 orang dan Kecamatan Kei Kecil Barat memiliki jumlah nelayan terkecil yaitu 644 orang. Pada tahun 2007 secara keseluruhan jumlah nelayan perorangan mengalami peningkatan dari 15.600 orang menjadi 15.675 orang, namun terjadi penurunan di tahun 2008 menjadi 7.069 orang dan terus mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi 6.325 orang (Tabel 12). Tabel 12. Jumlah Nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara Kecamatan RumahTangga Nelayan Nelayan Kelompok Nelayan (jumlah KK) (orang) (kelompok/org) 1. Kei Kecil 594 1.305 285 2. Kei Kecil Barat 350 644 163 3. Kei Kecil Timur 414 681 182 4. Kei Besar 1.007 2.049 293 5. Kei besar Utara 544 787 165 6. Kei besar Selatan 465 859 177 2009 3.374 6.325 1.265 2008 3.125 7.069 764 2007 3.979 15.679 625 2006-15.600 575 Sumber : DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2010. Berbeda dengan kelompok nelayan dimana terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2006 sampai 2009. Berdasarkan hasil survei dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab penurunan nelayan perorangan ini dipengaruhi oleh nelayan sambilan tambahan yang sudah beralih profesi. Sementara penyebab dari kelompok nelayan yang mengalami peningkatan adalah bantuan dari pemerintah daerah lebih ditujukan kepada kelompok nelayan dan bukan pada nelayan perorangan. 4.6. Ekonomi Pembangunan ekonomi daerah meskipun telah menghasilkan berbagai kemajuan, namun masih jauh dari harapan terutama untuk mewujudkan perekonomian yang tangguh dan berdaya saing serta dapat meningkatkan

56 56 kesejahteraan rakyat. Tantangan yang masih harus dihadapi adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan. Dengan memperhatikan proyeksi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan berbagai kebijakan pembangunan dan pembangunan daerah serta peningkatan kualitas peran beberapa sektor penting ekonomi daerah yang selama ini memberikan kontribusinya, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi daerah akan berada dalam kisaran 10 % di tahun 2025. Kemampuan suatu daerah untuk mengelola potensi ekonominya dapat tergambar dengan penggunaan indikator-indikator ekonomi makro. Indikator yang sering digunakan dalam mengevaluasi pembangunan sektor ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Maluku Tenggara menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2009 tercatat sebesar Rp.366.884.760,00. Bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp.332.906.290,00 maka terdapat kenaikan sebesar Rp.33.978.480,00 atau 10,21%. Gambar 11. memperlihatkan PDRB Kabupaten Maluku Tenggara atas dasar harga berlaku. PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009 atas dasar harga berlaku 2000 tercatat sebesar Rp.209.115.990,00, sedangkan tahun 2008 tercatat sebesar Rp.199.558.570,00 atau naik sebesar 4,79% dari keadaan perekonomian tahun 2008. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2009 atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 4,79%, stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 4,62% dan tahun 2007 sebesar 4,96% (Gambar 11) walau ada kecenderungan mengalami perlambatan. Gambar 11. PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Atas Dasar Harga Berlaku.

57 57 Agregasi dari laju pertumbuhan ekonomi tiap-tiap sektor menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009 sebesar 4,79% serta memiliki pertumbuhan sektoral dengan kisaran antara 3,36% - 8,03% dan secara rata-rata laju pertumbuhannnya cukup stabil dibandingkan dengan keadaan tahun 2008 dan tidak ada sektor mengalami perubahan signifikan. Pada Gambar 12, memperlihatkan agregasi laju pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sampai dengan 2008 mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan y = -0,13x + 265,80 dengan nilai koefisisen determinan R 2 = 0,627. Persamaan ini diperoleh nilai intersep (α) sebesar 265,80 dan nilai slope (β) sebesar -0,13x. Gambar 12. memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara yang menurun. Gambar 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara yang ditunjukkan oleh distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Perekonomian Maluku Tenggara secara garis besar merupakan perekonomian yang berbasiskan pada sektor-sektor jasa (Sektor Tertier), yang memberikan kontribusi sebesar 54,96 % (154.838,24 juta rupiah), dengan ditumpu oleh Sektor Primer, sebesar 42.20 % (201.634,85 juta rupiah), sementara kontribusi Sektor Sekunder kecil, hanya sebesar 2,84 % (10.411,68 juta rupiah) terlihat pada Gambar 13.

58 58 Gambar 13. Distribusi PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Secara Sektoral, Sektor Pertanian adalah penyumbang terbesar dalam perekonomian daerah ini dengan sub sektor andalannya yakni Perikanan. Pada tahun 2009 konstribusi Sektor Pertanian sebesar 41,77% dengan konstribusi terbesar dari sub sektor Perikanan yakni 24,89%. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai kontribusi sebesar 33,00%. Kontribusi sebesar 15,76% yang merupakan kontribusi terbesar ketiga diperoleh dari Sektor Jasa-jasa dan 14,17% diantaranya berasal dari Sub Sektor Pemerintahan Umum. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada posisi keempat memberikan kontribusi sebesar 3,36%, posisi kelima oleh sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 2,84%. Sektor-sektor lainnya memberikan kontribusi sebesar 3,27%, dengan kontribusi terkecil dari Sektor Industri Pengolahan sebesar 0,23%. Tingkat kemakmuran penduduk Kabupaten Maluku Tenggara yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita penduduk cenderung naik secara konstan disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Tingkat Pendapatan Perkapita Berdasarkan Gambar 14. pendapatan perkapita penduduk Maluku Tenggara tahun 2008 tercatat sebesar Rp.3.164.009,44 dan tahun 2009 sebesar

59 59 Rp.3.415.550,77 atau naik 7,95%. Pendapatan perkapita penduduk tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 cenderung meningkat. Hal ini ditunjukan oleh persamaan y = 23623x - 5E+08 dengan nilai koefisien determinan R 2 = 0,996. Pendapatan perkapita riil tanpa dipengaruhi kenaikan harga barang dan jasa dapat diketahui dari pendapatan perkapita dari sisi penghitungan atas dasar harga konstan tahun 2000. Pendapatan perkapita tahun 2009 sebesar Rp.1.921.366,41 atau naik 2,64% dibandingkan dengan tahun 2008. Pendapatan perkapita riil (Gambar 14), terlihat cenderung meningkat walaupun kenaikannya tidak signifikan. Hal ini ditunjukan oleh persamaan y = 48428x - 1E+08 dengan nilai koefisien determinan R 2 = 0,994. 4.7. Pengembangan Daerah dan Alokasi Sumberdaya Perikanan Potensi sektor kelautan dan perikanan Maluku Tenggara yang besar jika dikelola dengan sebaik-baiknya diperkirakan di masa datang akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam 20 tahun kedepan permintaan konsumsi perikanan nasional dan internasional diperkirakan akan terus meningkat baik yang bersumber dari perikanan tangkap maupun budidaya. Namun demikian pembangunan sektor perikanan dihadapkan dengan sejumlah tantangan. Besarnya potensi tidak diikuti dengan besarnya minat masyarakat untuk berusaha dan menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai usaha yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Hal ini terlihat dari produksi perikanan masyarakat rendah, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Apalagi jika dikemudian hari pasar dunia lebih berorientasi pada konsumsi perikanan budidaya ketimbang perikanan tangkap. Disisi lain praktek-praktek illegal fishing dan cara-cara pengelolaan potensi kelautan dan perikanan yang merusak ekosistem masih terus berlangsung. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan pada masa mendatang memerlukan dukungan politik dan pemihakan yang nyata dari seluruh pemangku kepentingan, yang tentunya menjadi tantangan seluruh komponen masyarakat di daerah ini. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2009, jumlah jenis ikan karang di perairan Kei Kecil dan Kei Besar adalah sebanyak 256 spesies yang tergolong kedalam 116 genera dan 35 famili. Famili-

60 60 famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 10 antara lain Pomacentridae (48 spesies), Labridae, Chaetodontidae (19 spesies), Serranidae, Achanthuridae dan Scaridae. Secara umum daerah yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya adalah kecamatan Kei Kecil, karena perairan di wilayah ini memenuhi persyaratan budidaya laut. Sedang Kecamatan Kei Besar, luasan daerah terlindung dari pengaruh perubahan iklim terbatas sehingga kawasan yang cocok untuk budidaya hanya di sekitar Teluk Elat, Teluk Ngafan dan Teluk Wairat. Daerah pengembangan dan komoditi budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara yang potensial untuk dikembangkan disajikan pada Tabel 13. Jenis komoditi yang umumnya dibudidaya antara lain ikan kerapu, rumput laut, ikan kakap, teripang dan kerang (mutiara dan lola). Ikan kerapu dapat dikembangkan hampir di setiap lokasi potensial, sedangkan rumput laut bisa dikembangkan di perairan pulau-pulau sepuluh. Komoditas yang dikembangkan pada budidaya kerapu adalah kerapu bebek dan kerapu macan. Tabel 13. Lokasi Pengembangan dan Komoditi Budidaya yang Dikembangkan di Kabupaten Maluku Tenggara Kecamatan Lokasi Pengembangan Komoditi yang dikembangkan Kei Kecil: Teluk Rosemberg Kerapu, Teripang, Baronang, Rumput Laut Kei Kecil Barat: Teluk Kolser Dudun Wahan Teluk Ewu Teluk Levun Selat Bararan Pulau sepuluh Kerapu, Teripang, Baronang, Rumput Laut Teripang, Baronang, Rumput Laut, mutiara Kerapu, Teripang, Baronang, Rumput Laut, Kepiting Kerapu, Rumput Laut Kerapu, Teripang, Baronang, Rumput Laut, mutiara Kerapu, Teripang, Baronang, Rumput Laut, Mutiara Kei Kecil Timur Uf kerapu, teripang, Rumput Laut Kei Besar Teluk Elat Kerapu, Baronang, Rumput laut Kei besar Utara Teluk Wairat Kerapu, Teripang, Baronang Kei besar Selatan Teluk Ngafan Kerapu, teripang Sumber :DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009

61 61 Potensi pembenihan (hatchery) ikan kerapu untuk kegiatan budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara dapat diperoleh dari Balai Budidaya Laut yang berada di Teluk Un. Kegiatan ini diperlukan untuk mendukung kegiatan budidaya ikan kerapu karena kedepan secara kuantitas benih dari alam diperkirakan sangat tidak memadai. 4.8. Produksi Perikanan Terdapat ± 21 jenis ikan yang secara berkelanjutan merupakan produksi di daerah Maluku Tenggara. Produksi per jenis ikan berfluktuasi selama periode 2007-2009. Beberapa jenis ikan mengalami tren produksi negatif pada tahun 2008-2009 yaitu pada ikan kembung, tembang, tengiri, layur, teri, cucut dan lencam. Produksi ikan yang terdiri atas ikan pelagis, ikan pelagis besar dan ikan demersal di Kabupaten Maluku Tenggara berfluktuasi dari tahun ke tahun, yang dapat dilihat dari produksi selama tahun 2007 2009 (Tabel 14). Tabel 14. Produksi Ikan Menurut Jenis 2007-2009 Jenis Ikan 2007 2008 2009 (Ton) (Ton) (Ton) Udang 454,30 7,20 11 Cakalang 252,00 311,30 273,10 Tuna 6,00 4,50 39 Tenggiri 1.357,00 560 185,30 Kembung 3.332,00 391,40 319,70 Julung 247,00 255 260 Teri 614,00 660,60 - Selar 2.117,00 707,40 735 Layang 1,943,00 646,70 671,20 Cucut 2.892,00 411,10 329,20 Tongkol 3.753,00 349,10 510,20 Kerapu 136,80 71,70 1.093,20 Lemuru 448,00 403,50 450,80 Lencam 2.225,00 640,10 612,60 Kakap 529,00 236,40 1.708 Merah Bambangan 1.150,00 418,20 - Ekor Kuning 476,00 496 3.422,30 Cumi / Sotong 230,00 113 204,50 Kurisi 6.086,00 1.723,80 - Rumput Laut - 343 449,50 Lain Lain 132.536,80 80.734,10 65.140,30 Jumlah 160.784,90 89.484,10 65.140,30 Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009.

62 62 Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Pemenuhan permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas. Jenis ikan kerapu yang cenderung dibudidaya oleh masyarakat nelayan adalah ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini dikarenakan harga per kilogram ikan kerapu bebek jauh lebih mahal dibandingkan dengan jenis ikan kerapu lainnya. Di Indonesia, ikan kerapu bebek ini dikenal juga sebagai ikan kerapu tikus atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam. Daerah penyebaran ikan kerapu bebek di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Maluku. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar. Dengan tingginya permintaan dan harga jual ikan kerapu, maka usaha budidaya ikan kerapu ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan devisa negara melalui hasil ekspor. Negara yang menjadi tujuan ekspor ikan kerapu adalah Hongkong, Taiwan. Harga ikan kerapu bebek di tingkat pembudidaya untuk tujuan ekspor mencapai nilai jual Rp.300.000,00 per kilogramnya. Tabel 15. menyajikan perkembangan ekspor menurut jenis komoditi. Sementara rumput laut memiliki nilai jual Rp.8.000,00 per kilogram dalam kondisi kering (susut 70 %). Daerah yang menjadi tujuan pasar rumput laut adalah Surabaya dan Makasar. Pembangunan suatu kawasan budidaya khususnya budidaya ikan kerapu harus tetap berpijak pada konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), baik secara ekologis, ekonomi maupun sosial. Nilai ekologis kawasan budidaya kerapu diusahakan harus tetap baik dan dipertahankan, sehingga tetap terpelihara secara lestari tidak menimbulkan pencemaran,

63 63 terpeliharanya keanekaragam hayati, stabilitas siklus hidrologi, siklus biogeokimia dan iklim. Tabel 15. Perkembangan Ekspor Menurut Jenis Komoditas 2008-2009 Jenis Komoditi Volume (Kg) Nilai/Volue (U$$) 2008 2009 2008 2009 Hasil Industri Ikan Beku (Tuna/ Cakalang) Ikan Beku Lainnya 89.100.259,20 38.802.198 26.996.765,98 11.960.938 Ikan Beku Fillet Udang Beku Cumi Beku 307.967,45 58,40 119.327,31 26,28 Pertanian/Laut Ikan Hidup 14 26.000,00 91 169.000,00 Jumlah 89.434.226,65 38.874.598 27.285.093,29 12.078.218 Sumber : DKP Kabupaten Maluku tenggara 2009. Secara ekonomi keberadaan kawasan budidaya ikan kerapu harus dapat meningkatkan pendapatan, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan multiplier effect baik secara lokal maupun regional. Secara sosial keberadaan budidaya ikan kerapu harus memberikan kesempatan berusaha dan distribusi pendapatan secara adil (Dahuri 2000) dan tidak menimbulkan konflik kepentingan. Dengan demikian, maka dalam mengembangkan kawasan budidaya ikan kerapu perlu adanya sinkronisasi dan koordinasi antar sektor yang berbasis perencanaan pengelolaan ruang (spasial) hal ini berfungsi sebagai pedoman bagi masyarakat perikanan dan pemerintah pada saat sekarang maupun masa mendatang. Misi perikanan budidaya yang hendak diwujudkan adalah sistem usaha budidaya yang mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menguntungkan, berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam merealisasikan misi ini, maka pola pembangunan perikana budidaya seyogyanya berdasarkan pada : (1) potensi dan kesesuaian wilayah untuk komoditas budidaya, (2) kemampuan dan aspirasi masyarakat setempat dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi budidaya, (3) pendekatan sistem bisnis perikanan budidaya secara terpadu, dan (4) kondisi serta pencapaian hasil pembangunan perikanan budidaya selama ini. Upaya pemanfaatan secara terpadu berarti dengan mempertimbangkan berbagai keselarasan dengan aktivitas ekonomi lainnya yang sudah ada. Optimal

64 64 berarti pemanfaatan potensi lahan yang ada harus sesuai dengan daya dukung lingkungan, sehingga usaha budidaya laut yang dikembangkan dapat dikembangkan dalam jangka panjang (berkelanjutan). Kondisi parameter lingkungan merupakan kriteria utama dalam penilaian kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu dan budidaya rumput laut, disamping aspek lainnya seperti aspek sosial dan ekonomi masyarakat.