KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-658.IZ TAHUN 2003 TENTANG KEMUDAHAN KHUSUS KEIMIGRASIAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI,

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VISA TINGGAL TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

9 Oktober 2013 Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMROSESAN IZIN TINGGAL BAGI WARGA NEGARA ASING MAHASISWA, PENELITI DAN TENAGA KERJA ASING BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Wawan Anjaryono,SE,MH

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

IZIN TINGGAL KUNJUNGAN

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN MEMPEROLEH VISA DAN IZIN MASUK

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

Panelist: Friment FS Aruan SH,MH Widyaiswara Ahli Utama BPSDM Kemenkumham RI. 28 November 2017 Fairmont Hotel Jakarta

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

Berdasarkan Undang-undang Pasal 1 ayat (13) Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003:

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.970, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. Sanksi Administrasi.

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-IZ TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2016 TENTANG PERJANJIAN KERJA LAUT BAGI AWAK KAPAL PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

Transkripsi:

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

Latar Belakang Pasal 1 angka 1 pada UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yaitu Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Kebijakan Selektif (Selective Policy) Dengan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia yaitu Bahwa Berdasarkan Kebijakan Dimaksud Serta Dalam Rangka Melindungi Kepentingan Nasional Hanya Orang Asing Yang Memberikan Manfaat, Serta Tidak Membahayakan Keamanan Dan Ketertiban Umum Diperbolehkan Masuk Dan Berada Di Wilayah Indonesia, Tentunya Dengan Kewajiban Untuk Menghormati Dan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia Sebagai Bagian Kehidupan Universal.

SELECTIVE POLICY DIBERIKAN KEPADA ORANG ASING YANG DIPERBOLEHKAN MASUK DAN BERADA DI WILAYAH INDONESIA ORANG ASING YANG MEMBERIKAN MANFAAT ORANG ASING YANG TIDAK MEMBAHAYAKAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN UMUM

Peran Imigrasi Indonesia (Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010) PELAYANAN MASYARAKAT Tri Fungsi Imigrasi PENEGAKAN HUKUM DAN KEAMANAN FASILITATOR PEMBANGUNAN EKONOMI

Ruang Lingkup Itas Perairan adalah Izin tinggal terbatas yang diberikan kepada Nakhoda, Awak Kapal, atau Tenaga Ahli Asing yang bekerja di atas kapal laut atau alat apung, instalasi yang beroperasi di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. TERITORIAL REPUBLIK INDONESIA LAUT UDARA DARAT Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin tinggal - Pasal 48 ayat 1 UU No. 6 Tahun 2011-

Subjek Itas Perairan (Pasal 41 Peraturan Menteri Hukum dan HAM 27 tentang Izin Tinggal Keimigrasian Tahun 2014) Tenaga ahli asing, Nakhoda asing, Awak kapal asing yang bekerja di perairan Indonesia pada kapal laut/alat apung atau instalasi landas kontinen. Jenis Kapal Dan Alat Apung: 1. Kapal Ikan (pengangkut dan atau penangkap); 2. Kapal-kapal, Tanker dan Tramper (Kapal Angkutan Bebas, ex: Cargo); 3. Alat Pengeboran (RIG)/Drilling Vessel dan fasilitasnya (tagboat, utility boat); 4. Kapal untuk Penelitian (Research Vessel); 5. Kapal Pesiar/wisata (Cruise/yacht).

Fasilitas pada Itas Perairan (UU No.6 Tahun 2011 Pasal 43 huruf d dan Permen 27 tentang Izin Tinggal Keimigrasian Tahun 2014) 1. Orang asing sebagai tenaga ahli, nahkoda dan awak kapal/alat apung dapat memasuki wilayah Indonesia tanpa diwajibkan memiliki Visa, jika masuk dengan kapalnya setelah memperoleh Keputusan Itas Perairan; 2. Kepala Kantor Imigrasi atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk yang wilayah kerjanya membawahi tempat keberadaan Orang Asing yang bersangkutan dapat memberikan persetujuan kepada pemegang Itas Perairan untuk berada di wilayah darat paling lama 7 (tujuh) hari dalam rangka: a. kepentingan administrasi dengan kantor penjaminnya; b. berobat; c. maksud meninggalkan Wilayah Indonesia tidak dengan kapal/alat angkutnya; atau d. pendeportasian.

Izin Masuk Crew/ Awak Alat Angkut (UU Nomor 6 Tahun 2011) 1) Setiap orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia wajib memiliki Visa (Pasal 8 ayat 2 UU No. 6 Tahun 2011); 2) Setiap orang asing dapat masuk di wilayah Indonesia setelah mendapat Tanda Masuk (pasal 10 UU No. 6 Tahun 2011); 3) Dikecualikan dari kewajiban memiliki visa, kapten/nahkoda dan awak yang sedang bertugas pada alat angkut yang berlabuh di pelabuhan di wilayah Indonesia (Pasal 43 ayat 2 huruf d UU No. 6 Tahun 2011).

Instansi Pemberi Rekomendasi Itas Perairan (Kep Dirjen Nomor F-658.IZ.01.10 Tahun 2003 Pasal 7) 1) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk bidang penelitian; 2) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi untuk bidang minyak dan gas bumi; 3) Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap untuk bidang perikanan; 4) Deputi III Bidang Pengembangan Pariwisata untuk bidang kepariwisataan; 5) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk bidang angkutan laut; 6) Direktorat Riset dan Eksplorasi Sumber Daya Non Hayati Laut, Departemen 7) Kelautan dan Perikanan.

Peraturan pada Subjek Itas Perairan (Pasal 42 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Izin Tinggal Nomor 27 Tahun 2014) Orang Asing yang bermaksud bekerja di perairan sebagaimana dapat masuk ke wilayah Indonesia dengan cara: a) datang langsung bersama kapal laut atau alat apungnya; atau b) tidak dengan kapal laut atau alat apungnya dalam hal penambahan, pengurangan atau pengantian awak kapal/alat apung. Nakhoda, Awak Kapal, atau Tenaga Ahli Asing yang datang langsung dengan kapal laut atau alat apungnya dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa; Nakhoda, Awak Kapal, atau Tenaga Ahli Asing yang datang tidak dengan kapal laut atau alat apungnya harus mendapatkan Visa tinggal terbatas saat kedatangan. Visa tinggal terbatas saat kedatangan diberikan Tanda Masuk yang berlaku sebagai Itas saat kedatangan oleh Pejabat Imigrasi di TPI untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dalam rangka bergabung bekerja diatas kapal/alat angkut/alat apung/instalasi di wilayah perairan

ITAS Saat Kedatangan (Pasal 41 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 27 Tahun 2014) ITAS saat kedatangan dalam rangka bergabung bekerja di Kapal Laut, Alat Angkut, Alat Apung atau instalasi di wilayah Perairan dapat dipergunakan dalam rangka: a) Bergabung untuk bekerja di Alat Angkut, Kapal Laut, Alat Apung, instalasi di wilayah perairan (join untuk mendapatkan Itas Perairan) b) Selain sebagaimana dimaksud point a dapat juga: 1. melakukan pengawasan kualitas barang atau produksi; 2. melakukan inspeksi atau audit; 3. melayani purnajual; 4. memasang dan mereparasi mesin; 5. melakukan pekerjaan nonpermanen dalam rangka konstruksi; atau 6. melakukan pekerjaan yang bersifat darurat dan mendesak di wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi Indonesia.

Tata Cara Pemberian Itas Perairan (Peraturan Menteri Hukum dan HAM Izin Tinggal Nomor 27 Tahun 2014) Jangka waktu Itas diberikan sesuai dengan yang tercantum dalam Surat keputusan Direktur Jenderal tentang persetujuan Itas Perairan namun tidak boleh melampaui masa berlaku Paspor Kebangsaan atau Dokumen Perjalanan Orang Asing yang bersangkutan; Pemberian Itas Perairan dilaksanakan melalui 2 (dua) tahap meliputi: a. Penerbitan surat keputusan Direktur Jenderal tentang persetujuan pemberian Itas Perairan; dan b. Peneraan Itas Perairan oleh Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi wilayah kerja yang bersangkutan. Surat keputusan Direktur Jenderal tersebut diatas merupakan izin tinggal Orang Asing di wilayah Indonesia dan bukan merupakan izin untuk bekerja atau melakukan pekerjaan.

Persyaratan untuk permohonan Itas Perairan a. surat keagenan kapal, alat apung, atau instalasi; b. daftar awak kapal asing atau daftar tenaga ahli asing yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah; c. surat penjaminan dari Penjamin; d. Paspor Kebangsaan atau Dokumen Perjalanan Orang Asing yang bersangkutan yang sah dan masih berlaku, yang memuat Izin Tinggal Terbatas saat kedatangan dalam hal awak kapal datang tidak dengan kapal, alat apung, atau instalasinya; e. surat rekomendasi dari instasi terkait sesuai dengan kewenangannya; dan f. surat kuasa bermeterai cukup dalam hal permohonan melalui kuasa. Seluruh ABK/crew atau tenaga ahli asing yang memiliki izin tinggal Itas Perairan dan melakukan pekerjaanya diwajibkan memiliki Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) sesuai dengan peraturan dari Kemnaker

Penolakan Pemberian atau Perpanjangan Itas Perairan (Pasal 50 Per. Menteri Hukum dan HAM Izin Tinggal Nomor 27 Tahun 2014) a. namanya tercantum dalam daftar Penangkalan; b. Dokumen Perjalanannya diduga palsu; c. menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum atau diduga melakukan perbuatan yang melanggar norma kesusilaan yang berlaku di Indonesia; d. memberi keterangan yang tidak benar dalam memperoleh Visa; e. diduga terlibat dalam kejahatan internasional dan kejahatan transnasional terorganisasi; f. menunjukan perilaku yang membahayakan keamanan dan ketertiban umum; g. termasuk dalam daftar pencarian orang dari suatu negara asing; h. diduga terlibat dalam kegiatan makar terhadap pemerintahan Republik Indonesia; i. diduga terlibat kegiatan politik yang merugikan negara; atau j. tidak membayar biaya beban dan/atau biaya Keimigrasian, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban dari biaya beban dan/atau biaya Keimigrasian berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dinamika Itas Perairan di masa moratorium Informasi yang berkaitan dengan penghentian sementara (moratorium) perizinan penangkapan ikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 56/PERMEN-KP/2014 tanggal 03/11/2014 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 10/PERMEN-KP/2015 tanggal 24/04/2015 tentang perubahan atas Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN-KP/2014 Surat Edaran Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 66/DPB/TU.210.D5/I/2015 tanggal 07/01/2015

Dinamika Itas Perairan di masa moratorium(2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI telah ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Imigrasi dengan: Surat Direktur Italtuskim Nomor IMI.3.GR.01.12-4.2315 tanggal 27/11/2014 tentang dukungan pelaksanaan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI yang menyatakan bahwa sejak 21/11/2014 Ditjen Imigrasi sudah tidak menerbitkan Surat Keputusan tentang Persetujuan Pemberian Izin Tinggal Terbatas Perairan Terkait bagi ABK Asing Penangkap Ikan Surat PLT Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.GR.01.12-3689 tanggal 04/12/2014 yang menyatakan penghentian pelayanan pemberian, perpanjangan dan peneraan serta pemulangan bagi ABK asing kapal penangkap ikan

Dinamika Itas Perairan di masa moratorium(3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI telah ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Imigrasi dengan: Surat Edaran Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 66/DPB/TU.210.D5/I/2015 tanggal 07/01/2015 Mencabut penghentian sementara (moratorium) pemberian perizinan Surat Izin Kapal pengangkut ikan di Bidang Pembudidayaan Ikan Kementerian kelautan dan perikanan tetap memberlakukan penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara republik Indonesia sampai 31 Oktober 2015, kecuali pengangkut ikan di bidang pembudidayaan ikan.

DATA PENERBITAN IZIN TINGGAL BERDASARKAN JENIS IZIN KEIMIGRASIAN PERIODE JANUARI s.d JUNI 2017 JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JUMLAH ITK 23.082 22.123 26.083 23.966 29.360 20.393 145.007 Baru 6 5 12 6 14 5 48 Perpanjangan 23.076 22.118 26.071 23.960 29.346 20.388 144.959 KITAP 309 389 454 334 509 274 2.269 Alih 210 244 306 209 300 170 1439 Baru 3 3 3 5 4 4 22 Duplikat 4 4 5 9 9 2 33 Perpanjangan 92 138 140 111 196 98 775 KITAS 13.000 12.103 14.585 14.412 18.329 11.966 84.395 Alih 1.101 961 866 868 891 621 5.308 Baru 1.800 1.437 1.818 2.022 1.932 1.178 10.187 Suplikat 40 34 35 22 25 18 174 Pemberian Itas Online 4.901 4.588 5.318 5.604 6.384 3.970 30.765 Perpanjangan 5.158 5.083 6.548 5.896 9.097 6.179 37.961 JUMLAH 36.391 34.615 41.122 38.712 48.198 32.633 231.671 Keterangan: Jumlah ITAS perairan Dahsuskim sudah termasuk jumlah grand total KITAS per bulan Sumber database izin tinggal Pusdakim per tanggal 04 Juli 2017

DATA PENERBITAN ITAS PERAIRAN PERIODE JANUARI s.d JUNI 2017 JAN FEB MARET APRIL MEI JUNI JUMLAH PBHD LAIN-LAIN 284 133 155 413 210 147 1.342 PBHD LAIN-LAIN 1 TH 5 9 5 3 22 PBHD PERHUBUNGAN 335 260 379 418 326 209 1.927 PBHD PERHUBUNGAN 1 TH 3 1 2 6 PBHD PERIKANAN 1 8 9 PBHD PERTAMBANGAN 63 98 128 104 180 86 659 PBHD PERTAMBANGAN 1 TH 2 2 PPD LAIN-LAIN 116 98 112 144 94 69 633 PPD LAIN-LAIN 1 TH 6 6 PPD PERHUBUNGAN 138 113 181 136 236 84 888 PPD PERIKANAN 1 1 PPD PERTAMBANGAN 111 163 126 99 151 136 786 JUMLAH 1.056 866 1.100 1.314 1.208 737 6.281 Keterangan: PBHD = Peneraan Baru Dahsuskim PPD = Peneraan Perpanjangan Dahsuskim