BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

BAB 1 PENDAHULUAN. setidaknya pernah mengalami satu kali nyeri kepala dalam satu tahun. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PRESBIOPI DENGAN DERAJAT DAN FREKUENSI NYERI KEPALA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh. Mengontrol kehamilan secara rutin dan menjelaskan keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan yang kabur atau penurunan penglihatan. adalah keluhan utama yang terdapat pada penderitapenderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia. Melalui mata

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan adalah salah satu indera yang sangat penting bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan. akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KELUHAN NYERI ULU HATI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSD. DR. SOEBANDI

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. panjang, sehingga fokus akan terletak di depan retina (Saw et al., 1996). Miopia

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diatasi (American Academy of Ophthalmology, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan seringkali dikeluhkan ke dokter. Nyeri kepala. patologis (suatu penyakit) (M.I Widiastuti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Insomnia merupakan suatu kesulitan kronis dalam. memulai tidur, mempertahankan tidur / sering terbangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. dunia menderita skizofrenia selama hidupnya, biasanya bermula dibawah usia 25 tahun, berlangsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah, dan leher (Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2008). Sebagian besar penyakit memiliki gejala nyeri kepala, baik penyakit ringan hingga penyakit berat dan penyakit yang mengancam nyawa. (Wahyuningsih, 2011). Nyeri kepala berdampak pada timbulnya penderitaan dalam hidup, menurunkan kualitas hidup, meningkatkan ketidakmampuan melakukan aktivitas, dan menambah beban sosial-ekonomi. Penelitian yang dilakukan pada pekerja di Amerika Serikat, melaporkan sebanyak 220,140 pekerja mengalami nyeri kepala migrain dan sebanyak 1,1 juta pekerja tidak mengalami nyeri Penelitian memperkirakan beban penyakit nasional akibat nyeri kepala migrain sebesar 12,7 miliar US dollar per tahun untuk biaya kesehatan dan 12 miliar US dollar per tahun untuk biaya non-kesehatan (ketidakhadiran, ketidakmampuan jangka pendek, dan kompensasi pekerja) (Thomson Medstat, 2006). Selain itu, secara tidak langsung, nyeri kepala berulang berdampak pada keharmonisan keluarga, kehidupan sosial dan pekerjaan (World Health Organization, 2004). 1

2 Prevalensi nyeri kepala di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 45 juta orang di Amerika Serikat menderita nyeri kepala kronik dan berulang (Stanley J. Swierzewski, 2011). Studi epidemiologi pada suatu populasi di sebuah negara berkembang melaporkan bahwa 90% dari populasi pernah mengalami nyeri kepala, paling tidak sekali dalam hidupnya (Smith, 2004). Di negara berkembang, nyeri kepala menyerang dua pertiga dari populasi pria dan 80% populasi wanita (World Health Organization, 2004). Data dari penelitian di Indonesia menyebutkan 37-51% anak berumur 7 tahun mengalami nyeri Prevalensi ini meningkat sebesar 57-82% pada anak berumur 15 tahun (Pusponegoro, 2009). Prevalensi ini diperkirakan meningkat seiring bertambahnya usia. Nyeri kepala dapat disebabkan karena kelainan mata ataupun keadaan yang lainnya. Penyebab kelainan mata yang dapat memberikan keluhan nyeri kepala diantaranya adalah galukoma akut, kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, neuritis, juling, dan presbiopi (Ilyas, 2010). Presbiopia adalah suatu kondisi penglihatan berupa lensa mata yang kehilangan fleksibilitas, sehingga terjadi kesulitan untuk memfokuskan penglihatan pada objek dekat. Keadaan ini dimulai pada usia 40 tahun atau lebih. Berkurangnya elastisitas lensa mengakibatkan pembiasan sinar pada mata menjadi abnormal. Penderita presbiopi akan mengalami kesulitan dalam memfokuskan bayangan-bayang benda yang letaknya dekat dengan mata (American Optometric Association, 2006). Prevalensi presbiopi secara langsung berkaitan dengan proporsi jumlah orang berusia 40 tahun atau lebih dalam suatu populasi. Hal ini disebabkan karena presbiopi adalah kelainan mata yang berkaitan seiring bertambahnya usia. US Census Bureau

3 mengemukakan pada tahun 2006 bahwa sebanyak 112 juta orang di Amerika pada usia lebih dari 40 tahun menderita presbiopia. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat dalam kurun waktu 10 tahun kedepan (US Census Bureau dalam Mancil et al. 2010). Nyeri kepala akibat kelainan refraksi seperti presbiopi disebut sebagai nyeri kepala sekunder. Hal ini tercantum dalam International Headache Classification 2004, akan tetapi bukti-bukti secara ilmiah yang menyatakan hubungan keduanya masih sedikit dan lemah. Pada tahun 2002, Gil-Gouveia dan Martins menyebutkan adanya hubungan antara hipermetropi dengan nyeri kepala pada subyek yang sehat tanpa koreksi lensa atau subyek yang sehat dengan koreksi lensa yang salah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ketegangan otot siliaris diduga menjadi penyebab nyeri kepala akibat kelainan refraksi (Eckhart LB et al. dalam Hendricks et al. 2007). Pendapat lain menyebutkan bahwa mekanisme melibatkan kontraksi yang lama dari otot-otot di sekitar alis mata, kulit kepala, dan otot leher dalam usahanya untuk memfokuskan sebuah objek (Tanner JM dalam Hendrick et al. 2007). Hal ini menjelaskan bahwa meskipun nyeri kepala merupakan beban yang serius, namun hubungannya dengan kelainan refraksi masih belum jelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk membahas masalah pada kelainan mata yaitu presbiopi serta kaitannya dengan nyeri

4 Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikitpun jua bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya [QS.46: 26] B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Apakah terdapat hubungan antara presbiopi dengan frekuensi dan derajat nyeri kepala? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum : menentukan hubungan antara presbiopi dengan nyeri Tujuan Khusus : a. Menentukan hubungan antara presbiopi dengan derajat nyeri b. Menentukan hubungan antara presbiopi dengan frekuensi timbulnya nyeri c. Menentukan prevalensi nyeri kepala yang dialami penderita presbiopia.

5 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : D.1. Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai nyeri kepala sebagai gejala yang menyertai kelainan mata. D.2. Subyek Penelitian dan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang ada tidaknya hubungan antara presbiopia dengan frekuensi dan derajat nyeri D.3. Ilmu Kedokteran Merupakan sarana proses pendidikan, khususnya dalam hal melakukan penelitian dan meningkatkan pengembangan ilmu kedokteran di bidang neurologi dan oftalmologi.

6 E. KEASLIAN PENELITIAN Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut: Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Judul Metode Hasil Keterangan 1. Relationship Between Habitual Refractive Errors and Headache Complaints in Schoolchildren. (2007) Hendricks et al. 2. The Correlation Between Migraine Headache and Refractive Errors. (2006). Harle and Evans. 3. The Correlation Between Headache and Refractive Errors. (2008) Akinci et al. Studi Cross Sectional. Subyek : 487 anak usia 11-13 tahun. Studi Kasus Kontrol. Subyek : 25 pasien kelompok migrain dan 25 pasien kelompok kontrol. Studi Kasus Kontrol. Subyek : 310 pasien nyeri kepala dan 843 kelompok kontrol. 70% pasien melaporkan keluhan nyeri Hubungannya menunjukkan kemungkinan kelainan refraksi sebagai faktor resiko nyeri kepala pada anak-anak. Kelompok migrain diketahui memiliki derajat astigmatisma yang lebih tinggi. Astigmatisma tipe kompound dan campuran, anisometropia, dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi sebelumnya ditemukan lebih banyak pada pasien dengan nyeri Tidak diteliti apakah derajat kelainan refraksi mempengaruhi derajat nyeri Tidak diteliti apakah derajat kelainan refraksi mempengaruhi derajat nyeri Tidak diteliti apakah derajat kelainan refraksi mempengaruhi derajat nyeri E.1.Relationship Between Habitual Refractive Errors and Headache Complaints in Schoolchildren. (2007). Hendricks et al. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional pada 487 anak usia 11-13 tahun. Semua subyek penelitian dilakukan pemeriksaan mata menggunakan autorefractometer. Diagnosis riwayat nyeri kepala diperoleh dari hasil kuesioner. Pemeriksaan mata kanan pada subyek menghasilkan data 15% miopia (< -0,50 D),

7 12% hiperopia (> +0,50 D), dan 33% astigmatisma (>0,25 D). Sebanyak 70% subyek melaporkan riwayat nyeri kepala sejak setahun yang lalu. Pada semua subyek, ditemukan berbagai macam hubungan antara jenis kelamin, komponen sferis/silinder pada kelainan refraksi dan nyeri Hubungan yang ditemukan antara nyeri kepala dan kelainan refraksi mengindikasikan bahwa kelainan refraksi dapat menjadi faktor resiko nyeri kepala pada anak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian ini meneliti kelainan mata berupa gangguan akomodasi, yaitu presbiopia, dengan nyeri Selain itu, penelitian ini juga menentukan hubungan antara derajat presbiopia dengan derajat dan frekuensi nyeri E.2. The Correlation Between Migraine Headache and Refractive Errors (2006). Harle and Evans. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kontrol pada 25 individu kelompok migrain dan 25 individu kontrol (tanpa migrain). Kelompok migrain memiliki derajat astigmatisma yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (C, p=0,01; C 0, p=0,01; C 45, p=0,05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian ini meneliti kelainan mata berupa gangguan akomodasi, yaitu presbiopia, dengan nyeri Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Selain itu, penelitian ini juga menentukan hubungan antara derajat presbiopia dengan derajat dan frekuensi nyeri

8 E.3. The Correlation Between Headache and Refractive Errors. (2008. Akinci et al. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kontrol pada 300 individu nyeri kepala dan 843 individu kontrol. Semua subyek penelitian dilakukan pemeriksaan autorefraktometer, sementara pemeriksaan oftalmologi lengkap dilakukan pada subyek dengan nyeri Hasil pengukuran menunjukkan kelainan refraksi, anisometropia, dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi sebelumnya. Prevalensi kelainan refraksi lebih tinggi pada individu dengan nyeri kepala (p=0,002). Prevalensi anisometropia dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi sebelumnya juga lebih tinggi pada individu dengan nyeri kepala (p<0,001 untuk keduanya). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian ini meneliti kelainan mata berupa gangguan akomodasi, yaitu presbiopia, dengan nyeri Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Selain itu, penelitian ini juga menentukan hubungan antara derajat presbiopia dengan derajat dan frekuensi nyeri Sampai saat ini penelitian tentang nyeri kepala dan kelainan refraksi sudah banyak dilakukan. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini melihat hubungan antara derajat presbiopi terhadap derajat dan frekuensi nyeri kepala menggunakan Visual Analog Scale (VAS).