BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki prinsip agar mahasiswa memiliki peran dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang mengalami perubahan yang menonjol ialah perubahan gaya hidup dalam masyarakat. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor terjadinya pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit degeneratif. Beberapa penyakit yang termasuk dalam penyakit degeneratif antara lain penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, gagal ginjal dan kanker. Proporsi penyebab kematian PTM pada orangorang berusia kurang dari 70 tahun yaitu penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes. Penyakit degeneratif yang paling ditakuti oleh masyarakat Indonesia karena dapat menyebabkan kematian bahkan kematian mendadak ialah penyakit kardiovaskuler (Handajani dkk, 2010) Penyakit kardiovaskuler yang utama dan banyak menyebabkan kematian adalah penyakit jantung koroner (PJK) dan hipertensi (Handajani dkk, 2010). Menurut data WHO 2002 dalam penelitian Sulviana (2008), jumlah individu yang meninggal akibat PJK ialah sebanyak 1.332.000 untuk umur 15-59 tahun dan 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas. PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama baik di negara-negara 1

industri maupun negara-negara berkembang dan prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ada berbagai faktor yang merupakan penyebab terjadinya PJK antara lain faktor genetik, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, aktivitas fisik, dan dislipidemia. Dislipidemia dapat menjadi faktor tunggal terjadinya PJK pada seseorang (Waspadji et al., 2010) Dislipidemia merupakan suatu perubahan kadar normal komponen lipid darah. Komponen lipid darah meliputi kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL. Kadar normal untuk masing-masing komponen lipid darah antara lain kolesterol total <200 mg/dl, kolesterol LDL <130 mg/dl, kolesterol HDL 40 mg/dl dan trigliserida <150 mg/dl (NCEP ATP III, 2002). Pada dislipidemia, terjadi ketidaknormalan kadar komponen lipid darah, dapat meningkat (untuk kolesterol, trigliserida, LDL) atau menurun (untuk HDL) (Tapan, 2005). Di Indonesia prevalensi dislipidemia belum terdaftar dengan baik, namun diperkirakan prevalensinya terus meningkat. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan prevalensi dislipidemia di Indonesia mencapai 14% (Ginting, 2011). Prevalensi dislipidemia di Yogyakarta khususnya di kalangan karyawan UGM juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data GMC Health Center, kasus dislipidemia pada karyawan UGM khususnya PNS UGM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah kasus dislipidemia yang terjadi pada tahun 2009 ialah 443 kasus dan menduduki peringkat 6 dari 10 besar penyakit yang diderita karyawan PNS UGM. Pada tahun 2010, jumlah kasus meningkat menjadi 667 kasus dan menduduki peringkat 5 (Ginting, 2011). Dan pada tahun 2013, prevalensi dislipidemia pada karyawan UGM yang melakukan medical check up ialah 37,7% yaitu 825 kasus dislipidemia (Data CMC, 2013). Pada 2

penelitian yang dilakukan oleh Kreisberg dan Oberman dalam Ginting (2011), menyatakan bahwa dislipidemia disebabkan oleh obesitas, kurang beraktivitas, tinggi konsumsi lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat serta rendahnya konsumsi serat. Tingginya konsumsi lemak jenuh dapat terjadi salah satunya dari kebiasaan ngemil atau snacking makanan berlemak. Snacking dapat didefinisikan sebagai asupan makanan tambahan yang dikonsumsi dalam keadaan tidak lapar. Kebiasaan snacking yang diterapkan dalam jangka waktu lama akan menjadi salah satu penyebab obesitas yang merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia (Saputra & Budiman, 2010). Data dari National Health and Nutrition Examination Survey dalam penelitian Liu et al. (2012), menemukan bahwa prevalensi snacking meningkat dari 71% menjadi 97% antara tahun 2003 dan 2006 di Amerika Serikat. Perkembangan snack di Indonesia juga sangat pesat bahkan diperkirakan bahwa pertumbuhan penjualan snack meningkat 20% dari 2008 hingga 2013 (Hariyadi, 2011). Pesatnya perkembangan snack di Indonesia terjadi karena snacking ( ngemil ) merupakan salah satu bagian dari budaya kehidupan di Indonesia. Hal ini terlihat pada cara menjamu tamu yaitu tuan rumah akan menyajikan makanan ringan/snack foods untuk tamu sebagai bentuk penghormatan. Begitu pula dalam acara formal seperti rapat, mulai dari rapat kantor bahkan sampai rapat pemerintah sering juga disajikan snack foods untuk para peserta rapat. Terdapat beberapa jenis snack foods yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Salah satu jenis snack yang sering dikonsumsi ialah snack yang buat dengan cara digoreng yang sering disebut gorengan. 3

Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng dalam minyak. Masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goreng untuk mengolah makanan baik untuk lauk maupun makanan kecil. Data persentase kebiasaan makan pada individu berumur diatas 35 tahun di Jakarta Selatan menunjukkan kebiasaan makan gorengan 60%, masakan daging yang digoreng 44,8%, masakan ikan yang digoreng 94,3%. Sebagian zat gizi pada bahan makanan yang digoreng akan rusak selama penggorengan, namun makanan yang digoreng memiliki rasa lebih gurih dan mengandung kalori lebih banyak serta kandungan lemak yang lebih banyak (Paramitha, 2012). Asupan lemak total perhari masyarakat perkotaan sebesar 21,96% - 26,52% dan pedesaan sebesar 19,08%. Kontribusi tertinggi asupan lemak total berasal dari makanan gorengan 70% (Sartika, 2008). Gorengan juga sering dijadikan sebagai makanan sajian dalam suatu acara termasuk dalam acara atau kegiatan yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada memiliki banyak program yang dikerjakan setiap tahunnya. Ada berbagai acara dan rapat yang diadakan setiap harinya bahkan dapat terjadi dalam satu hari ada beberapa acara. Dalam setiap acara umumnya disajikan snack sehingga karyawan akan mengkonsumsi snack tersebut. Dari snack yang disajikan, gorengan sering dianggap sebagai snack wajib yang harus ada dan sering menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi. Selain itu, gorengan juga sering dikonsumsi dalam makan utama sebagai lauk. Hal ini yang dapat menyebabkan tingginya tingkat konsumsi gorengan di kalangan karyawan UGM. Namun, tingkat konsumsi gorengan belum menjadi hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan sebab gorengan 4

seringkali dianggap sebagai makanan selingan yang tidak akan banyak berpengaruh terhadap asupan zat gizi setiap harinya. Padahal, makanan gorengan yang digoreng dengan minyak yang mengandung asam lemak jenuh jika dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh yang akhirnya akan meningkatkan profil lipid dalam darah (Ginting, 2008). Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan terhadap kejadian dislipidemia pada peserta GMC Health Center Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta? 2. Apakah ada hubungan antara asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. b. Mengetahui hubungan jumlah konsumsi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta 5

c. Mengetahui hubungan jenis gorengan yang dikonsumsi dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. d. Mengetahui hubungan asupan energi gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta. e. Mengetahui hubungan asupan lemak gorengan dengan kejadian dislipidemia pada peserta GMC-Health Center Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal. 2. Bagi Instansi terkait Memberikan data tentang hubungan pola konsumsi dan asupan gorengan dengan kejadian dislipidemia. Diharapkan data tersebut dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan dalam pemilihan makanan maupun snack yang akan dikonsumsi oleh karyawan di institusi tersebut (UGM). 3. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dalam hal penelitian serta meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah terutama tentang pengaruh pola konsumsi dan asupan gorengan terhadap kejadian dislipidemia. 4. Bagi Pembaca/Peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian lanjutan. 6

E. Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian sejenis tentang dislipidemia yang pernah dilakukan antara lain : 1. Penelitian Kelishadi et al (2004) yang berjudul Dietary Fat Intake and Lipid Profiles of Iranian Adolescents: Isfahan Health Heart Program-Heart Health Promotion from Childhood. Jenis penelitian adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dislipidemia pada remaja dan frekuensi asupan makanan lemak terhidrogenasi, fast food, cheese puffs dan potato chips. Asupan yang tidak tepat dari lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan pengamatan terhadap profil lipid serum pada remaja Iranian, kemungkinan menempatkan mereka pada peningkatan risiko CVD dan perlu pengembangan pedoman dan intervensi berbasis komunitas. Persamaan penelitian ini adalah jenis penelitian, dan variabel yang diteliti yaitu asupan lemak dan mengamati profil lipid responden. Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian, tempat penelitian dan variabel terikat yang diteliti. 2. Penelitian Sharma et al (2013) yang berjudul Dyslipidemia and Associated Risk Factors in A Resettlement Colony of Delhi. Jenis penelitian adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar individu dalam masyarakat yang memiliki dislipidemia, dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Situasi ini menuntut diadakannya program yang bertujuan mengurangi faktor risiko dan dianjurkan fokus pada perubahan perilaku dan promosi kesehatan yang menargetkan pada kelompok usia yang lebih muda. Persamaan 7

penelitian adalah jenis penelitian dan variabel dislipidemia. Perbedaan penelitian ialah subjek penelitian, lokasi penelitian, dan variabel bebas. 3. Penelitian Adhika Dwita Dibyareswati (2010) dengan judul Hubungan Antara Pola Konsumsi dan Asupan Lemak dengan Kejadian Dislipidemia pada Karyawan Shift di Joint Operating Body-Pertamina (Ogan Komering) Air Serdang Sumatera. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pola konsumsi dan asupan lemak dengan kejadian dislipidemia, namun dari hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa umur dan indeks massa tubuh memiliki hubungan yang signifikan dengan dislipidemia. Persamaan penelitian ini adalah jenis penelitian dan variabel terikat yang diteliti. Perbedaan penelitian ini ialah subjek penelitian, lokasi penelitian dan variabel bebas yang diteliti 4. Penelitian Hamdani Syah Putra Ginting (2011) dengan judul Konsumsi Makanan Tinggi Karbohidrat, Protein, Lemak sebagai Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang Melakukan Medical Check Up di GMC-Health Center Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan rancangan kasus kontrol. Jumlah responden 138 orang yaitu 69 orang sebagai kasus dan 69 orang sebagai kontrol. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dan lemak dengan kejadian dislipidemia pada dosen UGM yang melakukan medical check up di GMC Health Center, sedangkan asupan protein tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikat yang diteliti yaitu dislipidemia serta lokasi penelitian yaitu di GMC-Health Center Yogyakarta. Sedangkan 8

perbedaan penelitian ini adalah pada subjek penelitian, variabel bebas penelitian, dan desain penelitian. 5. Penelitian Hamdani Syah Putra Ginting (2008) dengan judul Pengaruh Asupan Lemak Jenuh terhadap Kejadian Dislipidemia pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian tersebut merupakan penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara asupan lemak jenuh yang tidak baik (tinggi) terhadap kejadian dislipidemia pada pasien rawat jalan di RS panti Rapih Yogyakarta. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikat yaitu kejadian dislipidemia. Perbedaan penelitian ini adalah rancangan penelitian, subjek penelitian, dan variabel bebas. 9