Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah di Lahan Kering Dataran Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TATA CARA PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

Potensi Pengembangan Tanaman Pangan Alternatif Ditinjau dari Aspek Biofisik di Kota Ternate

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

Evaluation Of Land Suitability For Rainfed Paddy Fields (Oryza sativa L.) In Muara Sub District North Tapanuli Regency

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan tanaman kopi di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

Karakteristik Lahan Gambut dan Pola Agroforestri Di Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran

Transkripsi:

Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah di Lahan Kering Dataran Rendah Wahyu Adi Nugroho dan M. Anang Firmansyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail: wahyuadinugroho_34@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan bawang merah di Kalimantan Tengah, khususnya Palangka Raya lebih banyak dilakukan di dataran rendah karena wilayahnya yang didominasi dataran rendah berupa gambut dan pasir. Miskinnya kandungan hara pada tanah pasir memerlukan input, termasuk pupuk organik yang lebih tinggi dibandingkan tanah tidak berpasir. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga April 2016, di lahan kering dataran rendah Kelurahan Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah di lahan kering dataran rendah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi dengan petak utama adalah jenis pupuk kandang dan anak petak adalah dosis pupuk kandang. Jenis pupuk kandang (pukan) terdiri dari tiga taraf, yaitu: pukan ayam, pukan puyuh, dan pukan walet, sedangkan dosis pukan terdiri dari 4 taraf, yaitu: 0 t/ha, 4 t/ha, 8 t/ha, dan 12 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, baik pada umur 15, 28, dan 42 HST. Sedangkan perlakuan jenis pupuk kandang tidak terdapat pengaruh yang nyata, baik terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas, maupun hasil panen. Hasil panen basah bawang merah pada perlakuan pukan walet cenderung paling tinggi, yaitu sebesar 1,59t/ha, sedangkan pukan ayam dan pukan puyuh berturut-turut sebesar 0,82t/ha dan 1,41t/ha. Penggunaan pukan dengan dosis di atas 4 t/ha cenderung menurunkan hasil panen, dimana pada dosis 4 t/ha sebesar 1,75t/hasedangkan pada dosis 8 t/ha dan 12 t/ha adalah 1,36t/hadan 1,29t/ha. Kata Kunci: Allium ascalonicum, lahan kering, pupuk kandang. Pendahuluan Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan komoditas yang memegang peranan cukup strategis di masyarakat, khususnya Kalimantan Tengah. Kebutuhan konsumsi bawang merah di Kalimantan Tengah pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 5.272 ton dan semakin meningkat pada tahun berikutnya, seiring laju pertambahan jumlah penduduk (Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015). Sementara produksi bawang merah di Kalimantan Tengah masih terbatas sehingga potensi pengembangan bawang merah sangat prospektif untuk dilakukan. Pengembangan bawang merah telah dirintis di provinsi Kalimantan Tengah pada akhir tahun 2012, dengan dilakukannya demplot bawang merah di lahan marjinal di luar musim, tepatnya saat musim penghujan di Kota Palangka Raya. Hasil demplot menunjukkan bahwa dengan teknologi yang tepat bawang merah dapat dikembangkan di lahan marjinal dengan curah hujan tinggi seperti gambut dan pasir kuarsa (Firmansyah dan Anto, 2013). Kota Palangka Raya yang memiliki luas wilayah 267.851 Ha hampir seluruhnya merupakan dataran rendah, dengan komposisi tanah terbesar adalah organosol (gambut) seluas 141.088 Ha dan tanah pasir seluas 89.955 (BPS Kota Palangkaraya, 2014). Keberhasilan uji coba bawang merah di lahan pasir kuarsa menjadi pendorong untuk dilakukan studi lebih lanjut untuk memanfaatkan potensi luasnya lahan pasir di Palangka Raya untuk pengembangan bawang merah. 896 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Demplot uji coba yang dilakukan pada musim kemarau tahun 2013 di Palangka Raya dengan varietas Super Philips memperoleh hasil panen basah mencapai 27,3 t/ha di lahan pasir kuarsa. Hasil ini lebih tinggi daripada pertanaman sebelumnya pada musim penghujan (MH) tahun 2012 yang hanya sebesar 17,1 t/ha (Firmansyah dan Mokhtar, 2014). Penelitian yang dilakukan Suparman (2015) pada musim kemarau tahun 2013 di lahan marjinal lahan kering dataran rendah berupa pasir kuarsa di Palangka Raya menunjukkan bahwa bawang merah varietas Pikatan, Pancasona, dan Trisula mampu berproduksi cukup tinggi, masing-masing sebesar 8,25/ha, 7,63 t/ha, dan 7,07 t/ha. Namun, sebagai tanah marjinal tanah pasir kuarsa selain bertekstur kasar, juga sangat miskin hara dan daya memegang unsur hara juga sangat rendah, sumber unsur hara umumnya berasal dari lapisan organik di permukaan tanah. Penambahan unsur hara mutlak diperlukan, termasuk pupuk organik (pupuk kandang, kompos) yang relatif lebih banyak diperlukan dibandingkan tanah yang tidak berpasir (Firmansyah dan Anto, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah di lahan kering dataran rendah. Metodologi Penelitiandilaksanakan di Kelurahan Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah pada bulanfebruari sampaidenganapril 2016. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual di lokasi penelitian diperlukan data iklim berupa curah hujan yang diperoleh dari BP3K Tangkiling, Bukit Batu, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Sedangkan data suhu udara diperoleh dari data BPS Kota Palangka Raya (BPS Kota Palangka Raya, 2015) Pengambilan contoh tanah di lokasi penelitian dilakukan secara komposit pada kedalaman 0-20 cm. Sifat tanah yang dianalisis yaitu: ph H 2 O, C Organik, N total, K-dd, Na-dd, Ca-dd, Mgdd, Kejenuhan Basa (KB), Kapasitas Tukar Kation (KTK), Al-dd, H-dd, P Bray I, dan tekstur. Pupuk kandang yang dianalisis berasal dari tiga jenis, yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang burung puyuh, dan pupuk kandang burung walet. Sifat kimia pupuk kandang (pukan) yang dianalisis yaitu ph, C organik, N total, P potensial, dan K potensial. Analisis tanah maupun analisis pupuk kandang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru, Kalimantan Selatan Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) dengan perlakuan jenis pupuk kandang sebagai petak utama dan perlakuan dosis pupuk kandang sebagai anak petak. Perlakuan petak utama yaitu jenis pupuk kandang, terdiridari: P1 (pukan ayam); P2 (pukan puyuh); P3(pukan walet). Sedangkan Perlakuan anak petak yaitu dosis pupuk kandang, terdiri atas: D0= 0 t/ha; D1= 4 t/ha; D2= 8 t/ha; dan D3= 12 t/ha. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Petak percobaan berukuran 1 m 2 dengan jarak tanam sekitar 15 cm x 20 cm. Petak percobaan dilakukan pada bedengan setinggi 15 cm, pupuk dasar ditabur merata seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar berupa dolomit sebanyak 0,5 t/ha. Pemupukan susulan pertama dilakukan dengan dosis 111 kg/ha NPK 16:16:16, sedangkan pemupukan susulan kedua dilakukan dengan dosis 166 kg/ha NPK 16:16:16. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 897

Bawang merah yang ditanam adalah varietas Bima Brebes, dipanen pada umur 60 hari setelah tanam (HST) yang ditandai daun mulai menguningsecara merata, pangkal daun kempes, dan umbi bawang telah nampak bernas/berisi (Firmansyah et al., 2014) Pengamatan dilakukan pada lima tanaman contoh setiap petak satuan percobaan pada umur 15, 28, dan 42 HST meliputi tinggi tanaman, jumlah tunas, dan jumlah tanaman terserang penyakit dihitung per petak. Pada umur 60 HST, tanaman contoh bawang merah dipanen dan ditimbang bobot basahnya. Data pengamatan seluruh para meter pertumbuhan dan produksi bawang merah dianalisis menggunakan analisis of variance (ANNOVA). Untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilakukanuji DMRT (Duncan s Multiple Range Test) padataraf kepercayaan 5 % (Gomez dan Gomez 1984). Hasil dan Pembahasan Kondisi Curah Hujan Kegiatan penelitian dilakukan pada saat musim penghujan, tepatnya dimulai padaakhir Februari hingga Dasarian III April 2016. Curah hujan selama penelitian sebesar 782,7 mm (Gambar 1).Curah hujan tertinggi terjadi pada awal pertanaman, yaitu pada Dasarian III Februari sebesar 208,4 mm. Sedangkan pada dasarian I Maret, pada saat tanaman berumur 4-10 HST curah hujan turun menjadi 61,6 mm. Selanjutnya pada dasarian berikutnya curah hujan cenderung stabil pada kisaran 90,4 sampai dengan 114 mm. Pada Dasarian II Maret hingga dasarian I April curah hujan melebihi 100 mm. Gambar 1. Kondisi curah hujan dasarian III Februari hingga Dasarian III April 2016 selama penelitian bawang merah di Kelurahan Banturung, Palangka Raya Kandungan Hara Tanah dan Pupuk Kandang Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa parameter kimia tanah lokasi penelitian memiliki nilai rendah hingga sedang, kecuali Kandungan C organik sangat rendah, dan P tersedia sangat tinggi (0). Selain itu Al dd juga tidak ada. Kandungan C organik yang sangat rendah pada tanah membutuhkan tambahan C organik dari luar, salah satunya dengan pemupukan pupuk kandang sebagai sumber C organik. Sedangkan tingginya P tersedia di dalam tanah disebabkan 898 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

efek residu pemupukan P pada pertanaman sebelumnya, mengingat pupuk P memiliki sifat slow release. Berdasarkan hasil analisis kandungan hara dalam pupuk (Tabel 2), pukan walet memiliki kandungan C organik, N total, dan kadar air yang jauh lebih tinggi dibandingkan pukan ayam dan pukan burung puyuh. Kandungan C organik pukan walet mencapai tiga kali lipat pukan ayam dan pukan puyuh, bahkan N totalnya mencapai enam kali lipat kedua jenis pukan. Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi penelitianpengaruh jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah di Kelurahan Banturung, Palangka Raya. Sifat kimia/fisik tanah Satuan Nilai Kriteria(Eviati dan Sulaeman 2009) Reaksi Tanah ph aktual (ph H 2 O) - 5,53 agak masam C Organik % 0,974 sangat rendah N Total % 0,384 sedang Basa dapat ditukar cmol (+)/kg Kdd 0,342 rendah Na dd 0,252 rendah Ca dd 5,616 sedang Mg dd 0,799 rendah Kejenuhan Basa cmol (+)/kg 49,99 sedang KTK cmol (+)/kg 14,02 rendah Kemasaman dapat ditukar cmol (+)/kg Al dd 0 - H dd 1,578 - P Tersedia (P Bray I) ppm P 60,306 sangat tinggi Tekstur lempung berpasir Pasir % 82,22 Debu % 11,27 Liat % 6,50 Tabel 2. Hasil analisis pupuk kandang pada penelitian pengaruh jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah di Kelurahan Banturung, Palangka Raya. Sifat kimia/fisik Satuan Pukan ayam Pukan puyuh Pukan walet ph 7,82 8,83 8,45 C organik % 17,65 16,53 53,61 N total % 1,918 2,018 13,76 P potensial (P 2 O 5 ) % 3,208 4,537 3,877 K potensial (K 2 O) % 2,725 4,359 1,516 Kadar Air % 22,34 34,95 57,21 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 899

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Lokasi penelitian ditinjau dari kelas kesesuaian lahan aktual memiliki kelas S3 rc/nr, yaitu sesuai marginal (S3) dengan kendala media perakaran dan retensi hara. Kendala media perakaran dikaitkan dengan tekstur tanah di lokasi penelitian. Tekstur tanah termasuk lempung berpasir yang didominasi fraksi pasir sebesar 82%. Tanah pasir umumnya kurang mendukung pertumbuhan tanaman karena keterbatasan kemampuan menyimpan unsur hara dan air. Retensi hara di lokasi penelitian menjadi kendala dengan adanya reaksi tanah yang tergolong agak masam (5,53). Reaksi tanah atau ph berhubungan dengankelarutan unsur hara dalam tanah, ph juga berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam merombak bahan organik maupun dalam berbagai proses transformasi kimia di dalam tanah (USDA Natural Resources Conservation Service 1998). Tabel 3. Kelas kesesuaian lahan aktual lokasi penelitian pengaruh jenis dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah di Kelurahan Banturung, Palangka Raya. Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Nilai Kelas kesesuai an lahan aktual Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 20-25 25-30 30-35 > 35 25-30 S2 18-20 15-18 < 15 Ketersediaan air (wa) Curah hujan pada masa 800-350 - 600 600-800 pertumbuhan (mm) 1.600 > 1.600 782,7 S2 300-350 230-500 < 250 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase Media perakaran (rc) Tekstur baik, agak terhambat halus, agak halus, sedang agak cepat, sedang terhambat sangat terhambat, cepat - agak kasar kasar agak cepat lempung berpasir Bahan kasar (%) < 15 15-35 35-55 > 55 < 15 S1 Kedalaman tanah (cm) > 50 30-50 20-30 < 20 >50 S1 Gambut: Ketebalan (cm) < 60 60-140 140-200 > 200 - Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan Kematangan < 140 140-200 200-400 > 400 - saprik+ saprik, hemik+ hemik, fibrik+ fibrik - Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) > 16 16 14,02 S2 Kejenuhan basa (%) > 35 20-35 < 20 49,36 S1 ph H2O 6,0-7,8 5,8-6,0 < 5,8 5,53 S3 7,8-8,0 > 8,0 C-organik (%) > 1,2 0,8-1,2 < 0,8 0,97 S2 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 2 2-3 3-5 > 5 - Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < 20 20-35 35-50 > 50 - Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > 75 50-75 30-50 < 30 - S2 S3 900 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan S1 S2 S3 N Nilai Kelas kesesuai an lahan aktual Bahaya erosi (eh) Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30 < 8 S1 Bahaya erosi sangat rendah - sangat sangat berat rendah sedang berat rendah S1 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 - - > F0 F0 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 > 40 < 5 S1 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15-25 > 25 < 5 S1 Kelas kesesuaian lahan aktual Sumber: Djaenudin et al. 2011 S3 - rc/nr Pertumbuhan Tanaman Hasil uji annova menunjukkan bahwa perlakuan dosis hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, baik pada umur 15 HST, 28 HST, dan 42 HST. Sedangkan perlakuan jenis pupuk kandang tidak terdapat pengaruh yang nyata, baik terhadap tinggi tanaman maupun jumlah tunas. Pemberian pukan tampak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman bila dibandingkan tanpa pemberian pukan (dosis 0 t/ha), baik pada umur 15 HST, 28 HST, maupun 42 HST. Namun tinggi tanaman antar perlakuan dosis 4 t/ha, 8 t/ha, dan 12 t/ha tidak ada perbedaan yang nyata satu sama lain. Hasil penelitian Firmansyah et al. (2015) di lahan alluvial Brebes menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah, tetapi berpengaruh terhadap hasil umbi bawang merah. Tabel 4. Rerata tinggi tanaman, jumlah tunas, dan bobot panen tanaman bawang merah pada umur 15, 28, dan 42 HST di Kelurahan Banturung, Palangka Raya. Perlakuan Pupuk Kandang (Pukan) Pukan Ayam (P1) Pukan Puyuh (P2) Pukan Walet (P3) Rerata tinggi tanaman (cm) Rerata jumlah tunas 15 HST 28 HST 42 HST 15 HST 28 HST 42 HST Rerata bobot tanaman bawang merah Bobot basah efisiensi lahan 100%, t/ha Bobot kering efisiensi lahan 69%, t/ha 23 a 31,83 a 31,8 a 5,35 a 6,65 a 6,92 a 0,82 a 0,57 a 23,69 a 31,77 a 31,3 a 5,02 a 6,4 a 6,5 a 1,41 ab 0,98 ab 23,87 a 32,03 a 31 a 5,09 a 6,55 a 6,74 a 1,59 b 1,10 b Dosis 0 t/ha (D0) 21,67 a 28,67 a 27 a 5,27 a 6,63 a 6,26 a 0,71 a 0,49 a 4 t/ha (D1) 23,71 b 31,9 b 32,9 b 5,22 a 6,36 a 7,07 a 1,75 c 1,21 c 8 t/ha (D2) 24,36 b 33,21 b 31,8 b 4,89 a 6,44 a 5,99 a 1,36 abc 0,94 abc 12 t/ha (D3) 24,34 b 33,74 b 32,2 b 5,24 a 6,71 a 7,57 a 1,29 abc 0,89 abc Keterangan: Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf nyata 5% Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 901

Hasil Panen Bawang Merah Panen bawang merah dilakukan pada umur 60 HST. Berdasarkan uji annova, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap hasil. Namun, bila dilihat perbedaan antar perlakuan, perlakuan pukan walet berbeda nyata dengan pukan ayam namun tidak berbeda nyata dengan pukan puyuh. Pukan walet cenderung memberikan hasil tertinggi dibandingkan pukan ayam dan pukan puyuh, yaitu sebesar 1,59 t/ha. Penggunaan dosis pukan di atas 4 t/ha justru cenderung menurunkan hasil panen. Pada dosis 4 t/ha hasil panen yang diperoleh 1,75 t/ha,sedangkan pada dosis 8 t/ha dan 12 t/ha adalah 1,36 t/hadan 1,29 t/ha. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk kandang diikuti dengan peningkatan bobot umbi panen (Latarang dan Syakur 2006;Mayun 2007; Budianto et al., 2015; Firmansyah et al.,2015). Penurunan hasil panen pada dosis di atas 4 t/ha diduga erat kaitannya dengan kenaikan kuantitas serangan penyakit tanaman bawang merah pada dosis pupuk kandangyang tinggi. Kesimpulan 1. Perlakuan dosis hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, baik pada umur 15 HST, 28 HST, dan 42 HST. Sedangkan perlakuan jenis pupuk kandang tidak terdapat pengaruh yang nyata, baik terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas, maupun bobot basah bawang. 2. Bobot basah bawang merah pada perlakuan pukan walet cenderung paling tinggi dibandingkan pukan ayam dan pukan puyuh, yaitu sebesar 1,59t/ha, sedangkan pukan ayam dan pukan puyuh berturut-turut sebesar 0,82t/ha dan 1,41t/ha. 3. Penggunaan dosis pukan di atas 4 t/ha cenderung menurunkan hasil panen, dimana pada dosis 4 t/ha sebesar 1,75t/ha sedangkan pada dosis 8 t/ha dan 12 t/ha adalah 1,36t/ha dan 1,29t/ha. Daftar Pustaka BPS Kota Palangka Raya, 2014. Palangka Raya Dalam Angka 2014, Palangka Raya: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. BPS Kota Palangka Raya, 2015. Palangka Raya Dalam Angka 2015, Palangka Raya: Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. Budianto, A., Sahiri, N. dan Madauna, I.S., 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu. Jurnal Agrotekbis, 3(4), pp.440 447. Djaenudin, D. et al., 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian 2nd ed., Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Eviati dan Sulaeman, 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk 2nd ed., Bogor: Balai Penelitian Tanah. Firmansyah, I. et al., 2015. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah dengan Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati pada Tanah Alluvial ( The Growth and Yield of Shallots with Organic Fertilizers and Biofertilizers Application in Alluvial Soil ). Jurnal Hortikultura, 25(2), pp.133 141. Firmansyah, M.A. et al., 2014. Uji Adaptasi Bawang Merah di Lahan Gambut Pada Saat Musim Hujan di Kalimantan Tengah (Adaptation Test of Shallots at Peat Land During the Rainy Season in Central Kalimantan). Jurnal Hortikultura, 24(2), pp.114 123. 902 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Firmansyah, M.A. dan Anto, A., 2013. Teknologi Budidaya Bawang Merah Lahan Marjinal di Luar Musim, Palangka Raya: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah. Firmansyah, M.A. dan Mokhtar, M.S., 2014. Kisah Sukses Merintis Pengembangan Bawang Merah di Kalimantan Tengah, Jakarta: IAARD Press. Gomez, A. a dan Gomez, K. a, 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research 2nd ed., John Wiley and Sons, Inc. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015. Road Map Pengembangan Bawang Merah dan Cabai Merah di Kalimantan Tengah Tahun 2016-2020, Palangka Raya: Kerjasama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah. Latarang, B. dan Syakur, A., 2006. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang. Jurnal Agroland, 13(3), pp.265 269. Mayun, I.A., 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritrop, 26(1), pp.33 40. Suparman, 2015. Uji Adaptasi Bawang Merah di Lahan Marginal Kalimantan Tengah. In Prosiding Seminar Nasional Peran Inovasi Teknologi dan Jasa Lingkungan Budaya Subak dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Denpasar: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. USDA Natural Resources Conservation Service, 1998. Soil Quality Indicators: ph, Washington, DC. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 903