BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah aparat pemerintah daerah provinsi Lampung,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bekerja di sektor publik khususnya di institusi kepolisian. Dipilihnya institusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan daerah pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada

BAB III METODE PENELITIAN. lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Teknik pemilihan

III. METODE PENELITIAN. pada rumah sakit se-bandar Lampung. Penulis tertarik mengambil Rumah Sakit

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di kantor pemerintah kota (pemkot)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survey atas perusahaan jasa yaitu perbankan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Universitas Lampung yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi

Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kasubbag. Keuangan atau Anggaran yang dianggap mampu serta mewakili untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah anggota kepolisian. Alasan studi ini dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi (population) yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi di Kota

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Pemilihan dinas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III. Metode Penelitian. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pos

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROVINSI JAWA TENGAH RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian adalah rencana yang mencakup penelitian secara

KEPUTUSAN GUBERNUR BANTEN NOMOR : /Kep.673-Huk/2011 TENTANG

BAB III METODE PENELITAN

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro, 199: 115). Populasi dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB III METODE PENELITIAN

URUSAN DESENTRALISASI

GUBERNUR LAMPUNG, KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG TENTANG

BAB V PENUTUP. Dari hasil pengujian dan analisis statistik dalam penelitian ini, dapat diambil

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 33 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERNUR LAMPUl'fG,

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory,

BAB III METODE PENELITIAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

BAB 4 ANALISIS DATA. 52 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah metode purposive sampling dimana sampel dipilih sesuai

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

PUBLIKASI KINERJA SERETARIAT DAERAH TAHUN 2016

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 3 METODE PENELITIAN

ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD KABUPATEN BLORA TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2008

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

DATA JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS-DINAS PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BERDASARKAN RAPERDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH YANG MENGACU PADA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB III METODE PENELITIAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (explanatory research).

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Transkripsi:

28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah aparat pemerintah daerah provinsi Lampung, pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling, dengan sampel yaitu aparat pemerintah daerah provinsi Lampung dengan syarat adalah pejabat yang menduduki jabatan pada level eselon III dan eselon IV yang sekaligus sebagai pejabat pembuat komitmen, karena pejabat-pejabat tersebut adalah pejabat yang mempunyai kegiatan dalam penganggaran dan sekaligus ikut dalam penyusunan anggaran serta sebagai pelaksana anggaran di Pemerintah Provinsi Lampung. Responden yang akan dijadikan sampel diambil dari 39 (tiga puluh sembilan) satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di Provinsi Lampung, yang terdiri dari 11 (sebelas) Biro (Tata Pemerintahan Umum, Otonomi Daerah, Organisasi, Pemberdayaan Perempuan, Umum, Bina Sosial, Hukum Bina Sosial, Hukum, Perekonomian, Administrasi Pembangunan, Keuangan, dan Perlengkapan & Aset Daerah), 18 (delapan belas) dinas (Pendidikan, Kesehatan, Pengairan & Pemukiman, Bina Marga, Pendapatan, Perhubungan, Komunikasi & Informatika, Sosial, Tenaga Kerja & Transmigrasi, Koperasi Usaha kecil & Menengah, Pertanian Tanaman Pangan & Holtikultura, Kebudayaan & Pariwisata, Pemuda &

29 Olahraga, Peternakan & Kesehatan Hewan, Kehutanan, Pertambangan & Energi, Kelautan & Perikanan, dan Perkebunan), 9 (sembilan) badan (Perencanaan Pembangunan Daerah, Pengelola Lingkungan Hidup, Penanaman Modal Daerah, Kesatuan Bangsa & Politik Daerah, Pendidikan & Pelatihan Daerah, Kepegawaian Daerah, Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa, Pengelola Perpustakaan Arsip & Dokumen Daerah, dan Ketahanan Pangan Daerah), 1 (satu) inspektorat, 2 (dua) kantor (Satuan Polisi Pamong Praja dan Sandi Daerah), 6 (enam) sekretariat (Perwakilan Pemerintah Provinsi Lampung, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Komisi Penyiaran Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian Kehutanan & Perikanan, dan Dewan Pembina Korpri), dan 2 (dua) rumah sakit (Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa). 3.2 Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (independen) yaitu partisipasi anggaran dan kejelasan tujuan anggaran, dua variabel terikat (dependen) yaitu kejelasan tujuan anggaran dan kinerja aparatur yang diukur dengan meggunakan skala likert 5 (lima) point, yaitu skala 5 sangat setuju, skala 4 setuju, skala 3 raguragu, skala 2 tidak setuju dan skala 1 sangat tidak setuju.

30 Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel Partisipasi Anggaran Kejelasan Tujuan Anggaran Kinerja Aparat Dimensi 1. Penyusunan Anggaran 2. Penyampaian Rencana Anggaran 3. Pembahasan 4. Persetujuan (Peraturan Menteri Dalam (Negeri No. 37 Tahun 2012) 1. Kejelasan Anggaran 2. Spesifik 3. Dapat Dimengerti (Kenis, 1979) 1. Sasaran 2. Standar 3. Kriteria (Srimindarti, 2006) 3.2.1 Partisipasi Anggaran Partisipasi anggaran yaitu tingkat pengaruh dan keterlibatan yang dirasakan oleh individu dalam proses perencanaan anggaran (Milani, 1975). Partisipasi anggaran tersebut menunjukkan luasnya partisipasi aparat pemerintah daerah. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Kenis (1979) yang kemudian dimodifikasi oleh Mardiasmo (1997) dan digunakan oleh Maryanti (2002), Munawar (2006) dan Istiyani (2009) dengan pengukuran skala likert 5 (lima) point dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju dan di bawah ini adalah pertanyan-pertanyaannya, yaitu :

31 Tabel 3.2 Pertanyaan Kuesioner Tentang Partisipasi Anggaran No. Uraian Pertanyaan/Pernyataan Jawaban 1. Saya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap proses penyusunan rencana anggaran. 2. Saya secara aktif terlibat dalam proses perencanaan bottom up sehingga memotivasi saya bekerja sesuai dengan tujuan Pemerintah Daerah. 3. Pendapat saya diterima ketika menetapkan perencanaan anggaran SKPD. 4. Rencana anggaran tidak akan ditetapkan sampai saya merasa puas. 5. Saya mengadakan pertemuan dengan staf saya untuk rencana anggaran. 6. Staf saya memberikan kontribusi dan partisipasi aktif dalam penyusunan rencana anggaran. 7. Pendapat saya tidak dipertimbangkan dalam proses penyusunan anggaran. 8. Karena kendala waktu, saya sering menetapkan anggaran yang tidak sesuai dengan DPA-SKPD (Daftar Perencanaan Anggaran-SKPD). 3.2.2 Kejelasan Tujuan Anggaran Kejelasan tujuan anggaran menunjukkan sejauh mana tujuan anggaran program dan kegiatan SKPD dinyatakan secara spesifik, jelas dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggung jawab terhadap anggaran (Kenis, 1979). Instrumen pengukuran diadopsi dari Maryanti (2002), Munawar (2006) dan Istiyani (2009)

32 yang mengadopsi instrumen Kenis (1979) dengan pengukuran skala likert 5 (lima) point dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Pertanyaannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Pertanyaan Kuesioner Tentang Kejelasan Tujuan Anggaran No. Uraian Pertanyaan/Pernyataan Jawaban 1. Saya mengerti tujuan RKA-SKPD (Rencana Kerja Anggaran-SKPD). 2. Saya menyadari bahwa tujuan RKA-SKPD merupakan hal yang penting dan perlu diprioritaskan. 3. Tujuan RKA-SKPD kadang-kadang tidak jelas dan membingungkan. 4. Saya memahami sepenuhnya tujuan RKA- SKPD. 5. Tujuan RKA-SKPD disesuaikan dengan RAPBD. 3.2.3 Kinerja Aparat Kinerja merupakan prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja seseorang. Kinerja aparat pemerintah daerah dalam penganggaran dinilai baik jika anggaran yang ditetapkan dapat dicapai dan dikendalikan. Variabel kinerja diadopsi dari instrumen yang digunakan Maryanti (2002), Munawar (2006) dan Istiyani (2009) dengan pengukuran skala likert 5 (lima) point dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Akan di ukur dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

33 Tabel 3.4 Pertanyaan Kuesioner Tentang Kinerja Aparat No. Uraian Pertanyaan/Pernyataan Jawaban 1. Target permulaan rencana anggaran selalu ditetapkan serendah mungkin. 2. Biasanya target yang ditetapkan mudah dicapai. 3. Saya selalu merevisi target anggaran yang ditetapkan setelah berjalan 6 bulan (perubahan). Saya perlu mengetahui penyebab 4. penyimpangan anggaran untuk kelompok maupun individu dalam unit saya. 5. Saya harus kerja keras untuk mencapai target setelah direvisi. 6. Atasan saya sering bersikap kritis terhadap penentuan target, karena ditetapkan terlalu rendah. 7. Proyek-proyek di unit kerja saya mengikuti kebutuhan dan prioritas masyarakat setempat. 8. Kebutuhan dan prioritas masyarakat setempat tidak dipertimbangkan pada saat merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek. 9. Kinerja saya baik atau pada umumnya dinilai baik jika anggaran yang ditetapkan dapat dicapai/dilaksanakan. 10. Kinerja saya baik atau pada umumnya dinilai baik jika anggaran yang ditetapkan dapat dikendalikan/diawasi. 11. Kinerja saya baik atau pada umumnya dinilai baik jika anggaran yang ditetapkan dapat dipertanggungjawabkan. 12. Untuk mengetahui perkembangan kinerja saya baik atau pada umumnya dinilai baik jika rencana dan realisasi anggaran dari tahun ke tahun dapat diperbandingkan.

34 3.3. Teknik Analisis Data Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan Struktural Equation Modeling (SEM). Menurut Smith & Langfield-smith (Smith & Langfield-Smith, 2004, p. 59-60) keuntungan menggunakan SEM adalah: 1. SEM memungkinkan berbagai hubungan antara variabel yang akan diakui dalam analisis dibandingkan dengan analisis regresi berganda, dan hubungan dapat rekursif, atau non-rekursif. Dengan demikian, SEM menyediakan peneliti dengan kesempatan untuk mengadopsi pendekatan yang lebih holistik untuk membangun model. 2. Kemampuan untuk menjelaskan efek dari kesalahan pengukuran estimasi variabel laten adalah perbedaan utama antara SEM dan kedua analisis jalur dan analisis regresi berganda. 3. SEM dapat mengatasi beberapa masalah dan keterbatasan yang melekat dalam analisis regresi ganda. Penulis memilih alat statistik yang tepat untuk pengujian variabel ini yaitu menggunakan Partial Least Square (PLS). Alasan penulis menggunakan PLS (Partial Least Square) adalah: 1. Data yang diolah dalam penelitian ini jumlahnya sedikit. 2. Penelitian ini menggunakan model prediksi bukan estimasi karena penelitian ini memprediksi dampak partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja aparatur.

35 Pengujian menggunakan Struktural Equation Modelling dengan menggunakan PLS dilakukan dengan dua tahapan yaitu pengukuran model dan pengukuran model struktural. 3.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Pengukuran model dilakukan dengan menguji reliabilitas dan validitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis Cronbach s Alpha dan Composite Reliability. Sesuai dengan aturan yang lazim dipakai bahwa Cronbach s alpha dan Composite Reliability menunjukan tingkat reliabilitas yang cukup baik apabila nilainya lebih dari 0,7 (Hulland, 1999). Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas data pada penelitian ini menggunakan SmartPLS dengan menguji validitas konvergen dan diskriminan. Validitas konvergen dihitung dengan melihat skor Average Variance Extracted (AVE). Nilai validitas konvergen sangat baik apabila skor AVE di atas 0.5 (Hulland, 1999). Validitas selanjutnya adalah validitas diskriminan. Tujuan pengujian hipotesis ini adalah untuk melihat apakah unik dan tidak sama dengan konstruk lain dalam model (Hulland, 1999). Untuk menguji validitas diskriminan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode Fornell-Larcker dan Cross-loading. Pengukuran dengan metode Fornell-Larcker dapat dilakukan dengan membandingkan square roots atas AVE dengan korelasi vertikal laten. Validitas diskriminan dikatakan baik apabila square root atas AVE sepanjang garis

36 diagonal lebih besar korelasi antara satu konstruk dengan yang lainnya. Selain itu, untuk mengukur validitas diskriminan menggunakan cross loadings semua item harus lebih besar daripada konstruk lainnya (Al-Gahtani, Hubona, & Wong 2007). 3.3.2 Pengukuran Model Struktural Pengukuran model struktural dilakukan dengan melihat path coefficient dan R 2. 1. Path Coefficient Tes Path Coefficient (β) digunakan untuk meyakinkan bahwa hubungan antar konstruk adalah kuat. Cara ini dinilai dengan menggunakan prosedur bootstrap dengan menggunakan 500 pergantian (e.g. Chenhall, 2004; Hartman & Slapnicar, 2009; Sholihin et al., 2011). Hubungan antar konstruk dikatakan kuat apabila path coefficients tersebut lebih besar dari 0,100 (Urbach & Ahlemann, 2010). Selanjutnya hubungan antara variabel latent dikatakan signifikan jika path coefficients ada pada level 0,050 (Urbach & Ahlemann, 2010). 2. Coefficient of Determination (R²) Teknik pengukuran ini menunjukkan konstruk endogen diuji untuk menguatkan hubungan antara konstruk eksogen dengan mengevaluasi R². R² digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel laten terhadap total varians. Sebagaimana peneliti sebelumnya menyatakan bahwa nilai R² dengan variabel endogen di atas 0,1 adalah yang dapat diterima (Falk, R. F., & Miller, N. B. 1992). 3.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis atas partisipasi anggaran, kejelasan tujuan anggaran dan kinerja aparatur pemerintah dilakukan dengan membandingkan hasil path

37 coeficient dengan t-tabel. Hipotesis dikatakan sangat signifikan apabila t hitung > t tabel pada derajat kebebasan 1%. Hipotesis dikatakan signifikan apabila t hitung > t tabel pada derajat kebebasan 5%, dan hipotesis dikatakan lemah apabila t hitung > t tabel pada derajat kebebasan 10%. Sedangkan hipotesis dikatakan tidak signifikan atau ditolak apabila t hitung < t tabel pada derajat kebebasan 10%. 3.5 Analisis Jalur Uji jalur dilakukan untuk menemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir (Sugiyono, 2008).Uji jalur dilakukan apabila seluruh hipotesis baik pengaruh langsung maupun tidak langsung menunjukan nilai positif.