BAB I PENDAHULUAN. 2006). Menurut UUD 1945 dalam Pratiwi (2013), BPK merupakan lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan auditor dibutuhkan untuk menunjang sikap-sikap yang. seharusnya dimiliki oleh auditor dalam menghadapi permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang berisi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. accountability dan performance accountability (Pusdiklat, 2010). Dengan pola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penjualan, kualitas produksi, serta memperluas pangsa pasar. Hal ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, pangsa pasar perusahaan. Secara umum ada tiga bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, serta sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Abstrak. Kata Kunci: independensi, skeptisisme, gender, materialitas, opini.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Diera global seperti sekarang ini, persaingan dalam usaha semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan-perusahaan besar yang menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kualitas audit adalah tingkat/derajat (baik buruknya) nilai mutu atas

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia, jumlah perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. punggung negara, karena pemerintahan melaksanakan fungsi-fungsi penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Opini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas Laporan Keuangan Kementerian Agama Tahun Hal ini menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemeriksaan terhadap laporan keuangan negara merupakan kegiatan rutin yang wajib dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk memastikan kewajaran dalam laporan keuangan yang telah disajikan. BPK adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan keuangan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006). Menurut UUD 1945 dalam Pratiwi (2013), BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dipertimbangkan oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan diresmikan oleh Presiden. Hasil dari kerja BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD. BPK merupakan auditor eksternal negara, sehingga pemeriksaan yang dilakukan akan lebih objekif dan independen. Auditor BPK dituntut untuk bekerja secara profesional, salah satu bentuk tingkat profesional seorang auditor adalah dengan memberikan opini atas laporan keuangan dengan tepat, independen, dan objektif. Dalam memberikan opini atas laporan keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap skeptis. Skeptisisme profesional adalah sikap kehati-hatian, cenderung tidak mudah untuk mempercayai data-data, maupun informasi yang diberikan. Standar profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisisme profesional adalah sikap seorang auditor yang selalu 1

mempertanyakan dan melakukan pemeriksaan terhadap bukti audit (IAI, 2011 dalam Triyanto 2014). Seorang auditor diharapkan memiliki sikap skeptis dalam mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan laporan keuangan, sehingga dapat terhindar dari kecurangan yang mungkin dilakukan. Skeptisisme profesional ini harus ditanamkan pada diri auditor karena banyak kecurangan yang awalnya tidak diketahui oleh auditor karena auditor tidak memiliki sikap skeptis. Penelitian Beasley (2001) dalam Kushasyandita (2012) ditemukan hasil bahwa selama 11 periode (Januari 1987 Desember 1997) salah satu penyebab auditor mengalami kegagalan pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan adalah tingkat skeptisisme auditor yang rendah. Berdasarkan penelitian tersebut, dari 45 kasus kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisisme profesional yang memadai. Kasus lain yang terkait dengan skeptisisme profesional auditor adalah kasus korupsi pengadaan simulator oleh POLRI. POLRI sudah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK sejak tahun 2009 sampai dengan 2012, namun ternyata setelah diselidiki di dalamnya terdapat korupsi pengadaan simulator SIM. BPK sebagai lembaga pemeriksaan keuangan Negara seharusnya sebelum menyimpulkan sebuah opini, terlebih dahulu melakukan penggalian informasi. Kasus korupsi oleh POLRI ini dapat terjadi karena auditor tidak menerapkan skeptisisme profesional dengan baik (sosbud.kompasiana.com dalam Indah, 2014). 2

Berdasarkan pendapat dari IAI tahun 2011, penelitian yang dilakukan oleh Beasley dan kasus korupsi oleh POLRI, maka dapat ditarik kesimpulan semakin tinggi tingkat skeptisisme profesional seorang auditor maka informasi yang didapatkan dari klien tidak akan langsung diterima, namun akan terus digali, dan dikelola sehingga dapat menentukan prosedur audit yang tepat untuk diterapkan. Skeptisisme profesional dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kompetensi, gender, pengalaman, dan tingkat religiusitas. Seorang auditor yang profesional harus melalui pendidikan khusus, pelatihan, serta pemahaman agar memiliki teknik auditing yang baik, dan dapat menemukan kesalahan yang mungkin terjadi pada laporan keuangan. (Arnan et.al., 2009 dalam Kushasyandita, 2012) menjelaskan bahwa auditor harus telah melalui pendidikan khusus, dan pelatihan teknis yang cukup, agar dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik, dan memberikan opini audit dengan tepat. Syarat pendidikan formal dan khusus yang harus dimiliki oleh auditor tercantum dalam UU No. 34 tahun 1954. Semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh auditor maka semakin berkompeten auditor tersebut, sehingga auditor akan semakin berhati-hati (skeptis) dalam mengolah informasi dan data yang didapat. Diharapkan dengan semakin skeptisnya auditor maka opini audit yang diberikan akan lebih tepat. Namun pada kenyataannya pendidikan, dan pelatihan yang dapat menambah pengetahuan audit tersebut tidak hanya menjadikan seorang auditor memiliki sikap skeptis. Tidak sedikit dengan tingkat kompetensi yang 3

dimiliki seorang auditor justru menyebabkan auditor memiliki kemampuan lebih untuk bekerjasama dengan klien dalam memanipulasi data sehingga dapat memberikan opini yang diharapkan oleh klien. Faktor kedua yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor adalah gender. Pada penelitian ini gender adalah perbedaan tingkah laku antara pria dan wanita. Seiring dengan berjalannya waktu profesi auditor tidak hanya digeluti oleh kaum pria saja, namun saat ini tidak sedikit wanita yang berprofesi sebagai seorang auditor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fullerton (2005) dalam Kushasyandita (2012) bahwa rata-rata internal auditor wanita akan lebih memiliki sikap skeptis dibandingkan dengan internal auditor pria. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fullerton tersebut diketahui auditor wanita akan lebih skeptis dalam memberikan opini pada laporan keuangan dibandingkan dengan auditor pria, sehingga diharapkan auditor wanita akan lebih tepat dalam memberikan sebuah opini. Namun pada kenyataannya auditor wanita lebih banyak mempertimbangkan sesuatu, serta terlalu memaikan emosinya dalam memberikan sebuah opini pada perusahaan klien, berbeda dengan auditor pria yang lebih mengutamakan logika serta bukti bukti nyata yang mendukung pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan dua sifat wanita yang telah dijelaskan dikhawatirkan dapat melemahkan skeptisisme profesionalnya, sehingga ketepatan pemberian opininya menjadi berkurang. Pengalaman merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam skeptisisme profesional auditor. Menurut Kushasyandita (2012), pengalaman 4

auditor ditunjukkan melalui jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan keuangan yang telah diperiksa. Jam terbang auditor juga mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor, hal tersebut karena auditor yang berpengalaman akan lebih mudah mendeteksi kecurangan yang mungkin terdapat pada laporan keuangan dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman, atau bahkan belum memiliki pengalaman. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulchia (2008) dalam Hilmi (2011), auditor yang berpengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibandingkan dengan auditor yang kurang memiliki pengalaman. Diharapkan dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki maka auditor akan terbiasa menangani kasus, sehingga memudahkan auditor dalam menemukan dan melaporkan dalam bentuk opini kesalahan serta kecurangan yang mungkin terdapat pada laporan keuangan. Namun pada kenyataannya tidak sedikit auditor yang mempunyai banyak pengalaman justru dapat dengan mudah membuat opini yang tidak sesuai. Auditor yang berpengalaman tentunya telah beberapa kali menangani kasus yang serupa sehingga mampu memalsukan sebuah opini agar terlihat wajar, dan meyakinkan. Salah satu kode etik seorang auditor adalah jujur, hal ini tentunya akan lebih mudah dilakukan apabila auditor memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Religiusitas adalah ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta yang dicerminkan melalui perbuatannya, yaitu mematuhi segala perintah- Nya, dan menjauhi segala larangan-nya. (Sarijo, 2011) Praktik KKN, 5

kriminalitas, dan perbuatan tercela lainnya merupakan bukti rendahnya kualitas pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agamanya. Religiusitas dapat menjaga seorang auditor untuk dapat menjaga amanah yang diberikan, dan tidak merugikan masyarakat. Penjelasan tersebut sesuai dengan QS. An- Nisa ayat 58 yang berbunyi : ل ا ال ت م نلن س ن لن لي لم لتم ك أ ل إل نله هله لل ل لك ل أ ا ل ؤ نلن لم ك ر م أ ه لل ن لرنر لامن لن لم ه لل ن ل ل ظ ت أ م ه لل ن ٥٨ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa : 58) Dari ayat tersebut diketahui bahwa amanah dan adil merupakan dua sifat yang harus dimiliki oleh manusia, begitu pula seorang auditor. Dengan memiliki dua sifat tersebut auditor tidak hanya berkompeten dalam teknik auditing saja sehingga mampu menemukan kesalahan yang ada dalam laporan keuangan klien, namun juga dapat menyampaikan kesalahan tersebut, sehingga auditor dapat melaksanakan amanah yang diberikan dengan baik dan adil. Diharapkan dengan auditor memiliki tingkat religiusitas yang tinggi maka auditor akan lebih berhati-hati dalam menerima informasi dan memberikan sebuah opini, karena auditor yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan memahami bahwa segala sesuatunya akan dimintai 6

pertanggungjawabannya kelak oleh Allah SWT. Namun pada kenyataannya apabila seorang auditor hanya mengandalkan tingkat religiusitas yang tinggi saja tanpa diiringi dengan tingkat pengetahuan yang tinggi sikap skeptis yang diharapakan ada pada seorang auditor tidak akan bermanfaat, karena auditor tidak mengetahui kriteria sebuah laporan keuangan layak mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian. Dikhawatirkan opini yang diberikan oleh auditor tidak tepat. Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa skeptisisme profesional merupakan sikap yang harus dimiliki seorang auditor agar dapat memberikan opini dengan tepat. Penelitian ini adalah replikasi pada penelitian yang dilakukan oleh Kushasyandita (2012) Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Kasus pada KAP Big Four di Jakarta). Selain itu penelitian ini juga mengacu pada penelitian Luneto et al (2014) yang berjudul Pengaruh Pengalaman Kerja dan Perilaku Keberagamaan terhadap Kinerja Auditor (Pada KAP di Bandung). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kushasyandita (2012) diperoleh informasi bahwa pengalaman, keahlian, dan situasi audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian opini secara langsung. Etika, pengalaman, keahlian berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Gender berpengaruh signifikan secara langsung terhadap 7

ketepatan pemberian opini auditor. Situasi audit berpengaruh positif singnifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Gender tidak berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Namun pada penelitian DP, Emrinaldi Nur et.al (2014) diperoleh hasil etika, keahlian, dan pengalaman memiliki hubungan positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit secara langsung. Situasi audit tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor secara langsung. Etika, dan situasi audit berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Keahlian, dan pengalaman tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian Luneto et al (2014) diperoleh hasil bahwa pengalaman kerja dan perilaku keberagamaan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Dari penelitian yang dilakukan oleh Kushasyandita (2012); DP, Emrinaldi Nur et al (2014); dan Luneto et al (2014) ditemukan beberapa hasil yang berbeda walaupun variable independen yang digunakan sama, oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis dan membahas beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisismpe profesional auditor. Skeptisisme profesional pada penelitian ini akan menjadi variable intervening. Sesuai saran dari peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa masih kurangnya instrumen penelitian, maka pada 8

penelitian ini akan menambah dua variable independen yaitu kompetensi dan tingkat religiusitas sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor. Penelitian ini akan diberi judul Pengaruh Kompetensi, Gender, Pengalaman, dan Tingkat Religiusitas terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor (Studi Empiris pada Auditor BPK Republik Indonesia). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sampel yang digunakan dan penambahan variabel independen. Rr Sabhrina Kushasyandita melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four di Jakarta dengan sampel auditor KAP Big Four. Sedangkan penelitian saya dilakukan pada auditor BPK Republik Indonesia di Jakarta dengan sampel 60 auditor, serta menambahkan kompetensi dan tingkat religiusitas sebagai tambahan variabel independen. 9

B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan permasalahan yang di bahas pada latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor? 2. Apakah gender berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor? 3. Apakah pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisise profesional auditor? 4. Apakah tingkat religiusitas berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh kompetensi terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. 2. Untuk menguji pengaruh gender terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. 3. Untuk menguji pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. 4. Untuk menguji pengaruh tingkat religiusitas terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. 10

D. Manfaat Penelitian 1. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya, dan dapat menambah wawasan dengan mengetahui pengaruh kompetensi, gender, pengalaman, dan tingkat religiusitas terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. 2. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keyakinan mengenai pengaruh kompetensi, gender, pengalaman, dan tingkat religiusitas terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional. Diharapkan juga dari penelitian ini dapat diketahui variable independen mana yang lebih dominan yang mempengaruhi variable dependen. 3. Pembaca Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pembelajaran, dan sumber pengetahuan. 11