BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN HIDRODINAMIKA DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI TUGAS AKHIR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

Jurusan Teknik Kelautan - FTK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

III HASIL DAN DISKUSI

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

(a) Profil kecepatan arus IM03. (b) Profil arah arus IM03. Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM03 III-17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

III-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

Lampiran 1. Data komponen pasut dari DISHIDROS

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan model arus pada saluran terbuka pada bagian hulu dan hilir

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Angin adalah massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara horizontal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Kajian Pola Sebaran Sedimen di Perairan Pantai Sigandu Batang

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

Analisis Pengaruh Pola Arus dan Laju Sedimentasi Terhadap Perubahan

PEMODELAN GENESIS. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 5. Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kondisi Daerah Studi di Muara Kali Lamong... 3

ANALISA PENGINDERAAN JARAK JAUH UNTUK MENGINDENTIFIKASI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PANTAI TIMUR SURABAYA. Di susun Oleh : Oktovianus Y.S.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Pemodelan Perubahan Morfologi Pantai Akibat Pengaruh Submerged Breakwater Berjenjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB 1. PENDAHULUAN

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

Teori Pembentukan Permukaan Bumi Oleh Faktor Eksogen. Oleh : Upi Supriatna, S.Pd

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PERENCANAAN SEAWALL ( TEMBOK LAUT ) DAN BREAK WATER ( PEMECAH GELOMBANG ) UNTUK PENGAMAN PANTAI TUBAN. Suyatno

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemodelan Hidrodinamika Arus dan Pasut Di Muara Gembong Pemodelan ini menghasilkan dua model yaitu model uji sensitifitas dan model dua musim. Dalam model uji sensitifitas dilakukan perbandingan grafik arus dan pasut berdasarkan parameter pada Tabel 3.4. Sedangkan model dua musim dihasilkan peta arus saat maksimum dan karakteristik pergerakan arus tersebut. Untuk melihat hasil pemodelan diambil salah satu titik observasi yang telah ditentukan. 4.1.1 Model Uji Sensitifitas Model uji sensitifitas bertujuan untuk melihat karakteristik arus dan pasut berdasarkan parameter pembanding yang telah ditentukan. A. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Kekasaran Dasar laut (Bottom Roughness) Uji Sensitifitas yang dilakukan dengan menggunakan parameter masukan kekasaran dasar laut yang disesuaikan dengan koefisien Chezy yang digunakan. Untuk koefisien Chezy yang digunakan dalam pemodelan ini adalah 55, 65, dan 75 (m 1/2 /s). Nilai koefisien Chezy ini menunjukkan tingkat kekasaran dasar laut suatu wilayah. Semakin besar nilai koefisien Chezy yang digunakan semakin halus kondisi dasar laut, sedangkan semakin kecil nilai Chezy yang digunakan semakin kasar kondisi dasar laut di daerah tersebut. Dalam pemodelan ini, nilai Chezy 65 m 1/2 /s menunjukkan kekasaran dasar laut daerah tersebut berupa pasir. Nilai Chezy 55 m 1/2 /s menunjukkan kekasaran dasar laut lebih kasar dari pada pasir. Nilai Chezy 75 m 1/2 /s menunjukkan kekasaran dasar laut lebih halus dari pada pasir. Hasil model uji sensitifitas ini adalah membandingkan dan menganalisis arus dan pasut berdasarkan koefisien Chezy yang digunakan dengan Chezy pembanding 65 33

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Arus (m/s) m 1/2 /s. Analisis ini kemudiann dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan di Muara Gembong. Perbandingan grafik arus dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan pasut dapat dilihat pada Gambar 4.2. 1,25 1 Chezy 65 Chezy 55 Chezy 75,75,5,25 Waktu Pengamatan Gambar 4.1 Perbandingan Arus Berdasarkan Chezy Grafik perbandingan arus berdasarkan Chezy yang digunakan (Gambar 4.1) memberikan gambaran akan tingkat kekasaran dasar laut dari titik observasi yang dipilih berpengaruh terhadap kecepatan arus di Muara Gembong, meskipun besar kecepatan arus yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini dapat dilihat dari kecepatan arus maksimum yang terjadi tidak lebih besar dari 1,5 m/s yaitu sebesar 1,111 m/s. Jika dilihat dari koefisien Chezy yang digunakan, pergerakan arus dengan diberi nilai Chezy 75 lebih cepat dibanding dengan Chezy 65. Sedangkan nilai Chezy 55 menunjukkan pergerakan arus yang paling lambat. Hal ini dikarenakan nilai Chezy 75 menunjukkan kekasaran dasar laut yang lebih halus dari pada Chezy 65. Sebaliknya, nilai Chezy 55 menunjukkan kekasaran dasar laut yang lebih kasar dari pada Chezy 65. Perbedaan kekasaran dasar laut ini bisa dikarenakan karena adanya proses perpindahan sedimen yang dibawa baik arus dari laut ke darat maupun arus dari 34

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Pasang Surut (m) muara sungai ke laut. perbedaan kekasaran dasar laut ini berpengaruh terhadap pergerakan arus di Muara Gembong.,5,25 -,25 -,5 Chezy 65 Chezy 55 Chezy 75 Waktu Pengamatan Gambar 4.2 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Chezy Grafik perbandingan pasang surut berdasarkan Chezy yang digunakan seperti pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tingkat kekasaran dasar laut berdasarkan nilai Chezy yang dimasukkan tidak terlalu berpengaruh terhadap perbedaan nilai ketinggian pasang surut. Dari ketiga nilai koefisien Chezy yang digunakan, perbandingan grafik pasang surut di Muara Gembong menunjukkan besar nilai yang sama. Dapat dikatakan parameter kekasaran sedimen dengn nilai Chezy yang berbeda berpengaruh terhadap kecepatan arus tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai ketinggian pasang surut di Muara Gembong. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan mengenai Chezy yang menunjukkan tingkat kekasaran dasar laut di wilayah ini. 35

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Arus (m/s) B. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Angin (Wind) Model uji Sensitifitas dilakukan dengan menggunakan parameter masukan angin. Untuk tingkat kecepatan angin yang digunakan dalam pemodelan ini adalah, 5, dan 1 (m/s). Perbedaan kecepatan angin ini digunakan untuk membandingkan kecepatan arus dan perubahan pasang surut hasil model uji Sensitifitas. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.3) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.4). Grafik yang digunnakan sebagai pembanding adalah grafik model uji Sensitifitas dengan kecepatan angin m/s.,4,3 Angin m/s Angin 5 m/s Angin 1 m/s,2,1 Waktu Pengamatan Gambar 4.3 Perbandingan Arus Berdasarkan Angin Perbandingan grafik arus pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pergerakan arus dengan diberi angin 1 m/s lebih besar dibandingkan dengan angin 5 m/s. Kecepatan arus rata-rata model standar tanpa angin adalah,12 m/s; kecepatan arus rata-rata pada grafik dengan parameter angin 5 m/s adalah,11 m/s; sedangkan kecepatan arus rata-rata dengan parameter angin 1 m/s sebesar,22 m/s. Hal ini menunjukkan hasil pemodelan uji Sensitifitas dengan parameter angin 1 m/s menyebabkan pergerakan arus paling besar. Model uji Sensitifitas menggunakan angin sebagai parameter model dikarenakan salah satu penggerak arus adalah angin. Angin yang berhembus dengan kecepatan yang tinggi akan mengakibatkan pergerakan arus tinggi sehingga menyebabkan 36

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Pasang Surut (m) terjadinya gelombang laut yang besar. Gelombang laut yang berubah akan berpengaruh terhadap nilai pasang surut di suatu wilayah perairan. Untuk wilayah studi Muara Gembong, perbandingan pergerakan arus menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu besar. Hembusan angin yang tidak terlalu besar dapat dikarenakan pesisir pantainya membentuk cekungan, sehingga arus yang diakibatkan oleh angin yang berhembus di wilayah penelitian ini teredam dengan pantai bagian utaranya yaitu Pantai Bahagia dan Pantai Bakti.,5,25 -,25 -,5 Angin m/s Angin 5 m/s Angin 1 m/s Waktu Pengamatan Gambar 4.4 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Angin Perbandingan grafik pasang surut setelah diberi parameter angin, dapat dilihat (Gambar 4.4) dari ketiga hasil yang didapat, grafik yang terbentuk relatif sama satu dengan lainnya, tidak terlihat adanya perbedaan. Untuk perubahan pasang surut parameter angin di wilayah Muara Gembong tidak terlalu berpengaruh. Parameter angin bukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam terjadinya arus dan pasang surut di wilayah ini. 37

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Arus (m/s) C. Model Uji Sensitifitas Berdasarkan Langkah waktu (Time Step) Model uji Sensitifitas dilakukan dengan menggunakan parameter masukan langkah waktu (time step). Untuk nilai parameter masukan yang digunakan dalam pemodelan ini adalah interval waktu 1 menit, 5 menit, dan,5 menit. Perbedaan parameter masukan langkah waktu ini digunakan untuk membandingkan kecepatan arus dan perubahan pasang surut hasil model uji Sensitifitas. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.5) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.6). Grafik yang digunnakan sebagai pembanding adalah grafik model uji Sensitifitas dengan langkah waktu (time step) 1 menit.,4,3 Time step 1 menit Time step,5 menit Time step 5 menit,2,1 Waktu Pengamatan Gambar 4.5 Perbandingan Arus Berdasarkan Time Step Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dengan memasukkan parameter langkah waktu (Time step), pergerakan arus yang dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh. Pergerakan arus dengan langkah waktu 5 menit terlihat lebih besar dikarenakan waktu pengamatan yang cukup renggang, sedangkan pergerakan arus dengan langkah waktu,5 menit dan 1 menit sama besarnya. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari langkah waktu,5 dan 1 menit lebih rapat. 38

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Pasang Surut (m) Kerapatan data menentukan hasil bentukan peta model yang akan dibuat. Parameter langkah waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap model pergerakan arus di Muara Gembong. Akan tetapi jika diinginkan hasil pergerakan arus pasut yang baik diperlukkan kerapatan data yang baik.,5,25 Time step 1 menit Time step,5 menit Time step 5 menit -,25 -,5 Waktu Pengamatan Gambar 4.6 Perbandingan Pasang Surut Berdasarkan Time Step Dari ketiga grafik pada Gambar 4.6 menunjukkan nilai pasang surut dari setiap langkah waktu yang berbeda (1, 5, dan,5 menit) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Grafik perbandingan pasang surut berdasarkan langkah waktu menunjukkan bahwa langkah waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai pasang surut tetapi cukup berpengaruh terhadap grafik arus. Untuk pemodelan arus dan pasang surut di Muara Gembong, langkah waktu yang digunakan sebaiknya adalah 1 menit. Hal ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pemodelan prosesnya tidak terlalu lama dan langkah waktu 1 menit dengan interval 1 menit tiap jamnya sudah bisa menunjukkan kerapatan data hasil model arus dan pasut yang bagus. 39

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Arus (m/s) D. Penggabungan Hasil Model Uji Sensitifitas Seelah melakukan perbandingan model uji Sensitifitas berdasarkan parameter masukan yang telah ditentukan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membandingkan semua parameter masukan untuk melihat parameter mana yang paling berpengaruh terhadap kecepatan arus dan pergerakan pasut. Hasil dari pemodelan ini disajikan dalan bentuk grafik perbandingan arus (Gambar 4.7) dan grafik perbandingan pasang surut (Gambar 4.8) dari semua parameter masukan. 1,25 1,75,5 Model Standar Chezy 55 Chezy 75 Angin 5 m/s Angin 1 m/s Time step,5 menit Time step 5 menit,25 waktu pengamatan Gambar 4.7 Perbandingan Arus Model Uji Sansitifitas Dengan melihat grafik perbandingan pergerakan arus Gambar 4.7, maka pergerakan arus yang paling besar adalah karena parameter kekasaran dasar laut dengan nilai Chezy 75. Hal ini bisa dikarenakan daerah penelitian merupakan muara yang dimana sungai Citarum membawa kandungan sedimen baik dari daratan maupun limbah manusia sehingga menyebabkan perpindahan sedimen di muara yang kemudian dibawa oleh laut. Perpindahan sedimen ini menyebabkan kekasaran dasar laut di daerah penelitian semakin halus. Hal ini berdampak terhadap perubahan kecepatan arus maksimmum dibandingkan dengan parameter masukan lainya seperti angin dan langkah waktu. 4

3/1 3/1 6: 3/1 3/1 18: 4/1 4/1 6: 4/1 4/1 18: 5/1 Pasang Surut (m) Pergerakan arus di Muara Gembong sangat dipengaruhi oleh kekasaran dasar laut sehingga perlu diadakan penelitian dan pembahasan lebih dalam mengenai parameter masukan ini. Parameter lainnya dalam model uji Sensitifitas tidak terlalu berpengaruh besar terhadap perubahan kecepatan arus. Untuk membandingkan hasil model dengan hasil pengukuran lapangan, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan model adalah mengubah nilai Chezy dikarenakan kekasaran dasar laut paling berpengaruh terhadap hasil pemodelan. Hali ini perlu dilakukan agar hasil model dapat dibandingkan dengan data hasil pengukuran lapangan.,5,25 -,25 -,5 Model Standar Chezy 55 Chezy 75 Angin 5 m/s Angin 1 m/s Time step,5 menit Time step 5 menit Waktu pengamatan Gambar 4.8 Perbandingan Pasang Surut Model Uji Sensitifitas Melihat perbandingan grafik pasang surut Gambar 4.8 dapat dikatakan bahwa parameter-parameter seperti angin, kekasaran dasar laut (bottom roughness) dan langkah waktu (time step) tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan tinggi pasang surut dalam model uji Sensitifitas dikarenakan menunjukkan nilai tinggi pasang surut yang sama. Akan tetapi, pasang surut merupakan salah satu faktor penggerak arus sehingga kedua hal tersebut saling terkait. Perubahan pasang surut yang tinggi dapat menyebabkan pergerakan arus yang cepat begitu pula sebaliknya. 41

4.1.2 Model Dua Musim Pemodelan arus dan pasut selama dua musim ini dilakukan dengan menggunakan data masukan kecepatan angin yang sebenarnya (NCEP 211 dan 212). Data angin ini merupakan data angin seluruh dunia, biasanya besar nilai data lebih kecil dari pada pengukuran angin di lapangan. Setiap negara atau daerah tertentu yang tidak memiliki data angin, data angin daerah tersebut merupakan hasil innterpolasi dari data angin NCEP. Puncak musim angin barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari. Sedangkan puncak musim angin timur terjadi pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Untuk simulasi musim angin barat, digunakan model pasut dan arus bulan Januari sampai Februari 212 dengan menggunakan parameter kecepatan angin bulan Januari 212. Sedangkan untuk simulasi musim angin timur, digunakan model arus dan pasut bulan Juli sampai Agustus 211 dengan menggunakan parameter kecepatan angin bulan Juli 211. Parameter masukan lainnya untuk model dua musim dapat dilihat pada Tabel 3.5. Pemodelan dua musim yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : A. Model musim angin Barat 1 Januari 1 Februari 212 Melihat grafik model arus (Gambar 4.9) dan pasut (Gambar 4.1), didapatkan pergerakan arus maksimum terjadi pada tanggal 2 Januari 212 pukul 18:3 sebesar,399 m/s. Sedangkan pada saat itu surut yang terjadi sebesar,399 m dibawah MSL. Kecepatan rata-rata arus pada musim angin Barat sebesar,111m/s. Pasang maksimum musim angin Barat terjadi pada tanggal 1 Januari 212 pukul 9:1 dengan nilai pasutnya adalah,429 m. Sedangkan pergerakan arus yang terjadi pada saat pasang maksimum tidak besar yaitu,98 m/s. 42

6: 18: 6: 18: 6: 18: Pasang Surut (m) Arus (m/s),5 Musim Angin Barat 212,4,3,2,1 Waktu pengamatan (t) Gambar 4.9 Model Arus Musim Angin Barat,5 Musim Angin Barat 212,25 -,25 -,5 Waktu pengamatan (t) Gambar 4.1 Model Pasang Surut Musim Angin Barat Daerah pesisir Muara Gembong pada saat musim angin Barat, pergerakan arus maksimum terjadi pada saat muka air sedang surut. Dengan pergerakan arus maksimum pada saat surut, proses abrasi yang terjadi dapat berdampak terhadap perubahan garis pantai. Hal ini dikarenakan pada saat surut, arus pasut mengambil sebagian pasir atau sedimen di pantai dan membawanya mengikuti pergerakan arus. Dalam pemodelan musim angin Barat, peta model arus maksimum pada saat surut dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan peta arus maksimum saat pasang dapat dilihat pada Gambar 4.12. Peta arus ini menunjukkan arah pergerakan arus di Muara Gembong saat musim angin Barat. Pergerakan arus musim angin Barat pada saat 43

surut bergerak dari arah Barat menuju ke Timur dan berbelok ke arah Utara. Hal ini dikarenakan angin berhembus dari Barat ke Timur pada saat bulan Januari Februari dan arus berbelok ke Utara dikarenakan arus bergerak menuju daratan. Sehingga arus dibelokkan bergerak sepanjang pesisir pantai. Sedangkan pergerakan arus musim angin Barat saat pasang bergerak dari arah Timur menuju ke Barat dan berbelok ke arah Selatan. Gambar 4.11 Peta Arus Musim Angin Barat Saat Surut 44

Gambar 4.12 Peta Arus Musin Angin Barat Saat Pasang B. Model musim angin Timur 1 Juli 1 Agustus 211 Melihat grafik model arus (Gambar 4.13) dan pasut (Gambar 4.14), didapatkan pergerakan arus maksimum terjadi pada tanggal 13 Juli 211 pukul 6:4 sebesar,429 m/s. Sedangkan pada saat itu surut yang terjadi sebesar,39 m dibawah MSL. Kecepatan rata-rata arus pada musim angin Timur sebesar,119 m/s. Pasang maksimum musim angin Timur terjadi pada tanggal 3 Juli 212 pukul 22:2 dengan nilai pasutnya adalah,452 m. Sedangkan pergerakan arus yang terjadi pada saat pasang maksimum tidak besar yaitu,15 m/s. Hal ini memungkinkan bahwa daerah pesisir Muara Gembong pada saat musim angin Timur, pergerakan arus maksimum terjadi pada saat muka air sedang surut. Dengan pergerakan arus maksimum pada saat surut, proses abrasi yang terjadi dapat berdampak terhadap perubahan garis pantai. Hal ini dikarenakan pada saat surut, arus pasut mengambil sebagian pasir atau sedimen di pantai dan membawanya mengikuti pergerakan arus. 45

Pasang Surut (m) Arus (m/s),5 Arus Musim Angin Timur 211,4,3,2,1 Waktu pengamatan (t) Gambar 4.13 Model Arus Musim Angin Timur,5 Musim Angin Timur 211,25 -,25 -,5 Waktu pengamatan (t) Gambar 4.14 Model Pasang Surut Musim Angin Timur Dalam pemodelan musim angin Timur, peta model arus maksimum pada saat surut dapat dilihat pada Gambar 4.15 dan peta arus maksimum saat pasang dapat dilihat pada Gambar 4.16. Peta arus ini menunjukkan arah pergerakan arus di Muara Gembong saat musim angin Timur. Pergerakan arus musim angin Timur pada saat surut bergerak dari arah Timur menuju ke Barat dan berbelok ke arah Selatan. Sedangkan pergerakan arus musim angin Timur pada saat pasang bergerak dari arah Barat menuju ke Timur dan berbelok ke arah Utara. Pergerakan arus maksimum kedua musim angin Timur dan Barat yang terjadi pada saat surut. 46

Gambar 4.15 Peta Arus Musim Angin Timur Saat Surut 47

Gambar 4.16 Peta Arus Musim Angin Timur Saat Pasang 4.2 Perbandingan Pemodelan dengan Pengukuran Arus Pasut Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan arus dan pasut di Muara Gembong setelah dilakukan model uji sensitifitas adalah kekasaran dasar laut dengan nilai Chezy 75. Untuk melihat apakah hasil model yang didapatkan benar, dilakukan perbandingan arus dan pasut dengan hasil pengukuran. Perbandingan arus dan pasut bertujuan untuk memvalidasi hasil model lapangan dengan hasil pengukuran. Hasil validasi menunjukkan perbedaan bentuk grafik antara pengukuran dengan pemodelan sehingga dilakukan perubahan nilai Chezy dari 75 menjadi 85, dikarenakan jika menggunakan Chezy 75 perbandingan grafik hasil model jauh dengan hasil pengukuran. Perbedaan nilai Chezy ini disebabkan kekasaran dasar laut di perairan Muara Gembong berubah menjadi lebih halus. Karena adanya perbedaan nilai Chezy dlam membandingkan hasil model dengan ukuran, untuk kedepannya pemodelan ini diperlukan kalibrasi terlebih dahulu. 48

Persebaran titik observasi pemodelan dan titik pengukuran arus dan pasut di lapangan dapat dilihat pada Gambar 4.17. Gambar 4.17 Persebaran Titik Observasi Dan Pengukuran Arus Dan Pasut 4.2.1 Perbandingan Arus Pemodelan ini menghasilkan data yang direkam tiap 1 menit, sedangkan hasil data pengukuran yang didapat adalah data tiap jam dari jam siang. Jadi perbandingan arus dan pasut yang dilakukan berdasarkan perekaman data tiap jam dari tanggal 26 April 212 pukul sampai 27 April 212 pukul. Perbandingan grafik arus dengan model dapat dilihat pada Gambar 4.18. Data hasil pemodelan menunjukkan pergerakan arus pada tanggal 26 April 212 pukul 15: lebih cepat dibandingkan dengan hasil pemodelan. Pergerakan arus pukul 49

6: 18: 6: 18: Arus (m/s) 15: menunjukkan pergerakan arus pengukuran lebih cepat dibandingkan dengan pemodelan. Pergerakan arus di Muara Gembong pada saat dilakukan pengukuran semakin cepat ketika malam hari.,15 Pengukuran Model,1,5 Waktu Pengamatan Gambar 4.18 Perbandingan Pemodelan dan Pengukuran Arus Pada tanggal 27 April 212 dari tengah malam siang pergerakan arus hasil pengukuran lebih besar dibanding dengan data hasil pemodelan. Bentuk grafik model dengan pengukuran arus memiliki pola yang sama dimana ketika arus pada pemodelan bertambah cepat, arus hasil pengukuran juga bertambah cepat, dan sebaliknya. Grafik pengukuran arus menunjukkan adanya kekosongan data. Hal ini dikarenakan adanya gangguan saat pengoperasian alat. Alat ukur arus yang digunakan pada saat itu tidak dapat merekam data sehingga menimbulkan data kosong. Gangguan saat pengukuran bisa dikarenakan ada gangguan saat perekaman, komponen pendukung lain seperti aki ataupun inverter untuk mengisi baterai laptop yang digunakan sudah tidak bagus, atau bisa dikarenakan faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi. 5

12/4 13/4 6: 14/4 15/4 18: 17/4 18/4 6: 19/4 2/4 18: 22/4 23/4 6: 24/4 25/4 18: 27/4 Pasang surut (m) 4.2.2 Perbandingan Pasut Hasil perbandingan grafik model pasang surut dengan pengukuran menunjukkan grafik sinusoidal yang memiliki kesamaan (Gambar 4.2). Akan tetapi ada sedikit perbedaan antara pengukuran dengan model. Hal ini dikarenakan stasiun pasut yang dipasang berada di muara sungai sehingga ada pengaruh-pengaruh dari dari daratan seperti limbah yang dibawa oleh sungai ke muara.,6,5,4,3,2,1 -,1 -,2 -,3 -,4 -,5 Pengukuran Pemodelan Waktu pengamatan Gambar 4.2 Perbandingan Model Pasang Surut Dengan Pengukuran Pada grafik hasil pengukuran menunjukkan nilai surut terndah sebesar,393 m dibawah MSL pada tanggal 21 April 212 pada pukul 19:. Sedangkan grafik hasil pemodelan menunjukkan nilai surut terendah pada tanggal 12 April 212 pukul 7. sebesar,333 m dibawah MSL. Bentuk grafik perbandingan dari tanggal 12 18 April 212 menunjukkan pola yang hampir sama, akan tetapi setelah tanggal 18 April 212 terdapat perbedaan pada polanya. 4.2.3 Analisis Perubahan Garis Pantai Di Muara Gembong Perubahan garis pantai yang terjadi di Muara Gembong disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu pergerakan arus pasang surut. Hal ini dikarenakan arus yang bergerak diakibatkan oleh kekasaran sedimen dasar laut di wilayah ini sangat halus. Perubahan tingkat kehalusan sedimen bisa dikarenakan arus yang bergerak 51

disepanjang pantai daerah penelitian mengangkut sedimen dari muara sungai terus menerus sehingga dapat mengabrasi pantai. Semakin halusnya permukaan sedimen akibat terkiskis oleh pergerakan arus, sekecil apapun angin yang berhembus diatasnya, arus tersebut akan bergerak dengan cepat. Karena permukaan sedimen yang lebih halus dari pada pasir mengakibatkan gaya gesekan arus terhadap permukaan sedimen tidak terlalu besar sehingga arus yang bergerak akan cepat. Perubahan garis pantai di Muara Gembong paling dipengaruhi oleh proses abrasi pantai. Proses abrasi ini diakibatkan pergerakan arus yang semakin cepat tiap tahunnya dikarenakan tingkat kehalusan sedimen daerah tersebut berubah. Perbedaan Chezy ini bisa dikarenakan adanya proses perpindahan sedimen yang dibawa baik arus dari laut maupun arus dari muara sungai Citarum yang mengendap di pesisir. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Chezy di daerah ini. 52