BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN PENGUKURAN EVALUASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 11/MEN/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang

4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BOKS : PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DI KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Belanda pada awal abad ke-20 yang kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya laut dan pesisir yang sangat luas, Indonesia memiliki

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tengang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negar

Peraturan...

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4/3/2017 PEMBANGUNAN PERIKANAN & KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara Maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (18.000km 2 ) sehingga luas wilayah Indonesia 2/3 merupakan wilayah lautan. Dengan potensi wilayah tersebut Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan baik berupa perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur (Solikhin,dkk : 2005). Tetapi sayangnya potensi kelautan yang ada tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Indonesia di masa orde baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan (pembudidaya ikan dan nelayan) karena kebijakan orde baru yang tidak menitikberatkan pada pembangunan perikanan khususnya di perikanan tangkap yang menyebabkan turunnya hasil tangkapan nelayan dan produksi perikanan. Selaras dengan hal tersebut untuk mengatasi permasalahan di bidang perikanan tangkap dan menunjang keberhasilan Revitalisasi Perikanan yang dicanangkan oleh Presiden SBY (Kompas : 2005) maka Departemen Kelautan dan Perikanan mencoba menitikberatkan pada pembangunan perikanan budidaya melalui pelaksanakan program unggulan yaitu Propekan (Program Peningkatan Ekspor Perikanan), Proksimas (Program Peningkatan Konsumsi Ikan Masyarakat) dan Prolinda (Progam Perlindungan Sumberdaya Alam), di mana salah satu kebijakan pendukung yang dikeluarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jendral (Ditejen) Perikanan Budidaya salah satunya adalah melalui Program Dana Penguatan Modal Melalui Mekanisme Pinjaman bagi Pembudidaya Ikan Skala Kecil.

2 Program ini mulai dilaksanakan pada Tahun 2006 melalui anggaran dekon (APBN) di mana tata cara, persyaratan dan pengukuran keberhasilan program diatur dalam Juklak Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya DKP RI. Program dana penguatan modal ini bertujuan agar pembudidaya ikan dapat meningkatkan produktivitasnya dan timbulnya kepercayaan lembaga keuangan dalam memberikan pinjaman permodalan, sehingga untuk masa yang akan datang Pembudidaya Ikan secara bertahap dapat tumbuh berkembang menjadi besar dan mandiri serta tidak bergantung dengan program Pemerintah terutama dalam masalah permodalan. Sebelum adanya program dana penguatan modal ini Ditjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan RI pada tahun 2003 mempunyai program BUPEDES (Budidaya Perikanan Pedesaan) yaitu program dana bergulir untuk masyarakat perikanan pedesaan, di mana Provinsi Lampung mendapatkan alokasi dana Bupedes sebesar Rp.1.672.500.000,- yang diperuntukkan bagi 5 Kab/Kota di provinsi Lampung yaitu Lampung Barat, Lampung Tengah, Metro, Lampung Utara dan Way Kanan dengan perincian sebagai berikut: Tabel 1. Alokasi Dana Bupedes 2003 Alokasi Pengembalian No. Kab/Kota Anggaran Rp.(000) Rp. (000) % 1. Lampung Barat 339.000 2. Metro 248.500 49.700 20% 3. Lampung Tengah 362.500 4. Way Kanan 339.500 5. Lampung Utara 383.000 1.672.500 49.700 sumber : Laporan Tahunan Budidaya DKP Provinsi Lampung TA 2006 Dari hasil evaluasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung ternyata hanya Pembudidaya Ikan di Kota Metro yang dapat mengembalikan pinjaman tersebut sebesar 20 % dari total pengembalian, sedangkan 4 Kabupaten lainnya tidak ada sama sekali dan berdasarkan hasil evaluasi Tim Monev Dinas Kelautan dan perikanan Provinsi Lampung hal ini disebabkan karena modal yang

3 diberikan ke pembudidaya ikan ternyata tidak diperuntukkan bagi pengembangan usaha budidaya perikanannya tetapi digunakan untuk hal hal lain seperti untuk uang muka membeli kendaraan (motor) dan konsumsi lainnya serta adanya anggapan pola pikir yang salah dari masyarakat di mana menganggap bahwa program yang diberikan oleh Pemerintah merupakan bantuan sehingga tidak harus dikembalikan selain itu kebijakan program tersebut lebih bernuansa politis yaitu program menjelang pemilu dan keharusan bagi dinas agar anggaran yang diberikan wajib dihabiskan. Berdasarkan hal tersebut pada Tahun 2006 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung mengusulkan Kota Metro sebagai penerima program dana penguatan modal ini, hal ini disebabkan karena kondisi geografis yang mendukung untuk pengembangan usaha budidaya air tawar dengan menggunakan media kolam serta sebagai prestasi pada pelaksanaan Program Bupedes. Adapun usaha budidaya ikan yang dilakukan di Kota Metro dilaksanakan oleh Pembudidaya ikan skala kecil dengan jenis usahanya budidaya ikan lele dan menggunakan teknologi sederhana yaitu memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan budidaya dengan menggunakan terpal plastik sebagai kolam ikan. Selain hal tersebut Pemerintah Kota Metro sangat mendukung kegiatan perikanan budidaya yang ada di Kota Metro dengan pola pengembangan kawasan dan akan menjadikan Kota Metro menjadi Sentra Kawasan Pengembangan Budidaya Lele. Kegiatan usaha budidaya air tawar di Kota Metro diprioritaskan pada usaha budidaya ikan lele hal ini dikarenakan karena kondisi Kota Metro yang hanya memiliki Luas wilayah total sebesar 68,74 KM 2 dan yang dipergunakan untuk usaha budidaya perikanan hanya sebesar 117 Ha dari luas wilayah secara keseluruhan, di mana dapat terlihat dalam tabel di bawah ini :

4 Tabel 2. Potensi Budidaya Air Tawar (kolam) Tahun 2007 No Kegiatan Usaha 1 Budidaya air Tawar Prov Potensi Areal (Ha) Potensi Terpasang Areal ( Ha ) Tingkat Pemanfaatan Peluang Potensi Budidaya ( Ha ) (%) 6.721,8 6.721,8 6.009,9 711,9 10,59 Kolam 2 Budidaya air Tawar Metro 117 117 85,8 31,2 26.7 Kolam sumber : Statisitk Budidaya Provinsi Lampung TA 2007 Hal tersebut yang menyebabkan Pemerintah Kota Metro mengembangkan usaha budidaya perikanan dengan fokus usaha budidaya ikan lele karena usaha budidaya ikan lele ini tidak terlalu susah dibandingkan dengan usaha budidaya ikan lainnya serta dapat dilakukan dengan luas lahan yang sempit dan sederhana seperti dengan menggunakan kolam yang terbuat dari terpal dan ditempatkan di areal pekarangan. Dari potensi perikanan budidaya di Kota Metro sebesar 117 Ha sampai dengan tahun 2009 ini tingkat pemanfaatannya sudah sebesar 85,8 Ha, di mana sebelum adanya program dana penguatan modal ini produksi budidaya pada Tahun 2006 tingkat pemanfaatan sebesar 83,8 Ha adalah sebesar 926 Ton/Thn sedangkan setelah adanya program ini pada tahun 2007 tingkat pemanfaatan meningkat menjadi 85,8 Ha dengan peningkatan produksi sebesar 1281 Ton/Thn (38,3 %) dan tingkat produktifitas pada tahun 2006 sebesar 11,05 ton/ha/tahun dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 14,9 ton/ha/tahun, di mana dapat terlihat dalam tabel 3 : Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Budidaya Air Tawar Kota Metro No Tahun Luas Areal Kegiatan Usaha Budidaya Kolam (Ha) Produksi (Ton/Th) Produktivitas (Ton/Ha/Th) 1 2006 83,8 926 11,05

5 (Sambungan Tabel 3) 2 2007 85,8 1281 14,9 sumber : Statisitk Budidaya Provinsi Lampung TA 2007 Berdasarkan dengan pelaksanaan program dana penguatan modal dari data UPP bahwa terdapat 30 orang pembudidaya pada 8 pokdakan (kelompok pembudidaya ikan) yang mendapatkan dana pinjaman ini yaitu: Tabel 4. Daftar Pokdakan Penerima DPM di Kota Metro No Kelompok Penerima Jumah Pinjaman (Rp) Sisa Pengembalian (Rp) 1 Kerto Basuki 11.580.000 9.980.000 2 Mina Sari 8.685.000-3 Tunas Maju 11.580.000 5.252.203 4 Usaha Muda 8.685.000 2.285.000 5 Mina Jaya 11.580.000-6 Yosomino 21 11.580.000 3.813.400 7 Bina Mulya 11.580.000 9.580.000 8 Sidomaju I 11.580.000 - Jumlah 86.850.000 27.801.071 Sumber : Laporan UPP Kota Metro TA 2009 Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa dari 8 kelompok penerima dana penguatan modal ini ternyata hanya 3 kelompok yang dapat melunasi 100%, sedangkan sisa 5 kelompok walaupun mengangsur tetapi belum dapat melunasi 100% dan berdasarkan jumlah dana yang ada di DIPA dan telah masuk ke rekening giro UPP sebesar Rp.90.000.000,- di mana tiap tiap orang mendapatkan alokasi dana sebesar Rp.3.000.000,-/orang.

6 Selain itu terlihat bahwa jumlah dana yang diterima oleh pembudidaya ikan di Kota Metro tidak sesuai dengan jumlah dan yang diagunkan oleh pemerintah melalui UPP, di mana dan yang dicairkan hanya sebesar Rp.86.850.000,- dari dana Rp.90.000.000,- Dari data di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan program dana penguatan modal (DPM) bagi pembudidaya ikan skala kecil di Kota Metro terdapat permasalahan permasalahan yang terjadi antara lain : a. seperti jumlah dana yang diterima oleh pembudidaya tidak sesuai dengan dana yang diajukan di mana jumlah dana yang dipinjamkan oleh BRI Metro ke Pokdakan Metro tidak sesuai dengan dana yang dicairkan ke Rekening Giro UPP Kota Metro b. dari segi produksi mengalami peningkatan tetapi dari segi pengembalian DPM ke perbankan oleh pembudidaya ikan di Kota Metro hanya 3 kelompok yang dapat melunasi pinjaman sehingga hal ini yang menjadi alasan peneliti untuk mengambil topik tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pelaksanaan program dana penguatan modal bagi pembudidaya ikan skala kecil di Kota Metro? 2. Dampak apa saja yang terjadi dalam proses pelaksanaan program dana penguatan modal ini? 1.3. Ruang Lingkup Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah melihat efektifitas dari Pelaksanaan Program Dana Penguatan Modal Melalui Mekanisme Pinjaman Bagi Pembudidaya Ikan Skala Kecil (APBN TA 2006) di Kota Metro, Provinsi Lampung.

7 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Menganalisis proses pelaksanaan program dana penguatan modal di Kota Metro b. Menganalisis dampak dari implementasi pelaksanaan program dana penguatan modal di Kota Metro 1.5. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat,antara lain yaitu : 1. Memberikan masukan kepada Pemerintah khususnya Departemen Kelautan dan Perikanan RI melalui Ditjen Perikanan Budidaya tentang pelaksanaan program Dana Penguatan Modal bagi Pembudidaya Ikan Skala Kecil 2. Memberikan masukan bagi perencana program dalam pembuatan kegiatan selanjutnya. 3. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti berikutnya. 1.6. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dan agar lebih sistematis, maka penulisan tesis ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut : Bab I, Pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, Tinjauan Literatur yang terdiri dari tinjauan pustaka, tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menambah wawasan dalam mendukung analisis yang akan digunakan. Bab III, Gambaran Umum Kegiatan terdiri dari gambaran umum kegiatan DPM, Mekanisme Kegiatan dan Indikator keberhasilan.

8 Bab IV, Metodologi Pengukuran Evaluasi terdiri dari pendekatan penelitian, variabel dan definisi operasional, data dan sumber data Bab V, Hasil dan Pembahasan berisi hasil temuan dan menganalisis hasil temuan penelitian tersebut Bab VI, Kesimpulan dan Saran terdiri dari poin poin hasil pembahasan dan saran berupa rekomendasi kebijakan