BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

Architecture Net, Simple Neural Net

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan Syaraf Tiruan

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jaringan Syaraf Tiruan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

JARINGAN SARAF TIRUAN

Sebelumnya... Pembelajaran Mesin/Machine Learning Pembelajaran dengan Decision Tree (ID3) Teori Bayes dalam Pembelajaran

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI PRODUKTIVITAS PEGAWAI. Jasmir, S.Kom, M.Kom

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan deteksi penyakit pada daun rose dengan menggunakan metode ANN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. Halaman Motto. Kata Pengantar.

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

Farah Zakiyah Rahmanti

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Neural Networks. Machine Learning

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA NOTASI

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

PREDIKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH KALIMANTAN BARAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUSKA RIAU. IIS AFRIANTY, ST., M.Sc

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

Gambar 2.1 Neuron biologi manusia (Medsker & Liebowitz, 1994)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

NEURAL NETWORK BAB II

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. Machine learning (ML), bagian dari kecerdasan buatan (artificial

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VIII PENGANTAR JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

DOKUMENTASI ULANG NASKAH BRAILLE MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI ALGORITMA PERCEPTRON UNTUK PENGENALAN POLA MASUKAN BINER MAUPUN BIPOLAR MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

BAB 3 METODE PERANCANGAN

Bab 5 Penerapan Neural Network Dalam Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

ANALISIS PERBANDINGAN METODE BACKPROPAGATION DAN RADIAL BASIS FUNCTION UNTUK MEM PREDIKSI CURAH HUJAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Transkripsi:

8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses tersendiri, akan tetapi tetap dapat dipadukan sehingga menghasilkan performa kerja yang selaras. Dalam hal ini, penggunaan neuro computing dan fuzzy logic dapat dipadukan menghasilkan Neuro Fuzzy atau Fuzzy Neural Network. Penggabungan ini dilakukan karena manusia memiliki nalar dan proses pembelajaran yang bisa dikatakan memiliki nilai kekaburan. Nilai kekaburan ini membuat penilaian manusia akan suatu hal menjadi tidak terlalu konstan atau kaku untuk sebuah kondisi atau objek. Dengan hal ini, komputer akan mampu untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih baik lagi. 2.1.1 Fuzzy Logic Fuzzy Logic adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Fuzzy logic juga memiliki himpunan fuzzy yang mana pada dasarnya, teori himpunan fuzzy merupakan perluasan dari teori himpunan klasik (Kusumadewi, 2005, p13). Dengan menggunakan fuzzy logic, hasil yang keluar tidak

9 akan selalu konstan dengan input yang ada. Menggunakan himpunan fuzzy, hasil yang keluar juga akan menjadi output yang rasional sesuai dengan penalaran manusia. Sebelum memulai dengan input, proses fuzzifikasi, dan output, kita lebih baik mengenal beberapa scope dan variabel yang digunakan dalam proses tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy (Kusumadewi, 2003, p158): a. Variabel fuzzy, merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. b. Himpunan fuzzy, merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. c. Semesta pembicaraan, merupakan keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. d. Domain, merupakan keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Cara kerja aplikasi fuzzy logic secara garis besar terdiri input, porses, dan output. Input dalam fuzzy logic merupakan perpaduan dari membership function dan variable yang telah disesuaikan agar sesuai dengan fungsi yang dipakai dalam suatu aplikasi fuzzy. Dalam penalaran fuzzy, dikenal proses penalaran Mamdani dan Sugeno. Dalam proses penalaran Mamdani, baik Input maupun Output merupakan sistem himpunan fuzzy. Sedangkan dalam proses penalaran Sugeno, mirip dengan metode Mamdani hanya output sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linear.

10 bawah ini : Arsitektur pengembangan sistem fuzzy secara umum digambarkan seperti di Gambar 2.1 - Arsitektur Pengembangan Sistem Fuzzy 2.1.2 Neuro Computing Neuro Computing merupakan implementasi jaringan syaraf menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran (Fausett, 1994). Pengimplementasian jaringan syaraf ini dikarenakan manusia mampu melakukan pembelajaran atas suatu keadaan dengan bantuan proses pembelajaran yang dilakukan ole sel syaraf. Dengan melakukan

11 pembelajaran, manusia mampu mengenali sebuah obyek walaupun dengan keadaan data input yang sedikit berbeda. Dalam sistem syaraf manusia, tiap sel syaraf memiliki satu inti sel yang nantinya akan bertugas untuk melakukan proses informasi. Informasi tersebut diteruskan ke dendrit, yang juga menyertai axon sebagai keluaran dari suatu pemrosesan informasi. Informasi ini akan menjadi masukan bagi sel syaraf lainnya yang mana antar dendrit kedua sel tersebut disatukan dengan sinapsis. Informasi ini akan diaktifkan oleh sel syaraf lainnya jika dan hanya jika rangsangan tersebut melewati nilai threshold atau batasan tertentu. Neuro Computing menggunakan sel syaraf manusia untuk diaplikasikan pada program komputer. Dengan hal ini, diharapkan komputer nantinya akan mampu melakukan pembelajaran melalui aplikasi sel syaraf sehingga mampu melakukan apa yang manusia sekarang ini lebih baik dalam mengerjakannya. Artificial Neural Network (ANN) atau jaringan syaraf tiruan memiliki karakteristik yang mirip dengan jaringan syaraf pada manusia. Keserupaan ini dapat terlihat dengan adanya: a) Pola koneksi di antara neuron (arsitektur) b) Metode untuk mengukur berat / weight dari tiap koneksi (learning atau training algorithm) c) Activation function

12 Jaringan syaraf tiruan adalah sistem pemrosesan informasi yang mempunyai karakteristik serupa dengan jaringan neural biologis. Karakteristik yang diadopsi antara lain: a) Jumlah yang besar dari processing element / neuron. b) Neuron-neuron yang bekerja secara paralel. c) Memiliki sifat Fault Tolerance. Jaringan syaraf tiruan sering pula digunakan dengan maksud arti yang sama dengan Neural Network. Fungsi dan kinerja Neural Network sebagai sebuah sistem sangat bergantung dari 3 hal berikut: 1. Karakteristik Neuron yang terkait dengan fungsi aktivasi yang digunakan. 2. Topologi jaringan yaitu bagaimana sejumlah neuron dalam system / model Neural Network dihubungkan. 3. Learning rules yaitu aturan-aturan pembelajaran yang digunakan. Arsitektur Neural Network Arsitektur neural Network adalah rancangan bangun dari sistem neural Network itu sendiri. Rancang bangun ini terdiri dari lapisan yang akan dilalui sebuah proses dengan fungsi aktivasi. Hal ini dikarenakan dalam artificial neural Network, sering diatur dalam bentuk lapisan atau layer. Lapisan-lapisan ini akan melakukan proses pembelajaran yang terhubung melalui bobot-bobot pada lapisan yang berbeda-beda.

13 Ada beberapa arsitektur neural Network, diantaranya adalah single layered Network, multi layered Network, dan recurrent Network. Single layered Network, seperti namanya, adalah sebuah arsitektur neural Network yang hanya terdiri dari satu layer sebelum akhirnya masuk ke dalam fungsi aktivasi dan menghasilkan output. Multi layered Network mirip dengan single layered Network dalam hal menghasilkan output, akan tetapi input akan melalui beberapa lapis fungsi aktivasi sebelum akhirnya menghasilkan output. Recurrent Network adalah sebuah arsitektur neural Network dimana aliran proses yang dilalui input akan melalui banyak lapis dikarenakan aliran prosesnya melakukan timbal-balik yang memungkinkan sebuah proses dilakukan berulang kali pada layer yang berbeda. Pengaturan neuron-neuron ke dalam layer-layer dan pola-pola koneksinya disebut arsitektur neural Networks. Neural Network sering diklasifikasikan sebagai single layer atau multi layer. Dalam penentuan jumlah layer, input unit tidak dihitung sebagai layer, karena tidak melakukan komputasi. Dengan demikian, jumlah layer pada neural Networks dapat didefinisikan sebagai Jumlah layer-layer koneksi bobot di antara 2 unit lapisan. Hal ini mudah dipahami karena koneksi bobot berisi informasi yang sangat penting.

14 Suatu single layer Network memiliki satu layer koneksi bobot seperti terlihat pada ilustrasi sebagai berikut: Gambar 2.2 Single Layer Network Sedangkan pada multi layer Network, koneksi bobot terdiri dari 2 atau lebih layer. Dengan kata lain, multi layer Network memiliki satu atau lebih hidden unit. Dengan demikian, multi layer Network memiliki satu input unit, satu atau lebih hidden unit, dan satu output unit. Multi layer Network dapat memecahkan permasalahanpermasalahan kompleks dibandingkan dengan single layer Network. Namun demikian, training pada multi layer Network lebih sulit dilakukan, walaupun lebih besar peluang kebnerhasilannya. Ilustrasi dari multi layer Network adalah: Gambar 2.3 Multi Layer Network

15 Networks yang telah dibahas sebelumnya tidak terdapat koneksi timbal balik, yaitu koneksi yang melalui output suatu layer menuju ke input dari layer yang sama atau sebelumnya, dan disebut non recurrent atau feed forward Network. Secara umum Network yang memiliki koneksi timbal-balik disebut recurrent Network. Non recurrent Network tidak memiliki memory, dimana outputnya ditentukan oleh input dan nilai-nilai dari bobot. Dalam beberapa konfigurasi, recurrent Networks memutar kembali outputnya menjadi input. Pada recurrent Network, layer yang ada terkadang akan kembali ke layer sebelumnya dan melakukan komputasi ulang. Sehingga dalam recurrent Network, terkadang input akan mengalami proses yang cukup lama sebelum menghasilkan sebuah output. Demikian ilustrasi dari recurrent Networks: Gambar 2.4 - Recurrent Network

16 Learning / Training Konsep Neural Network Learning pun telah dikembangkan untuk ANN dengan tujuan agar input dari Network dapat menghasilkan output yang diinginkan (akurat), atau paling tidak menghasilkan output yang konsisten. Input yang didapat pada sebuah ANN merupakan sebuah vektor. Training tersebut dilakukan dengan cara mengaplikasikan vektor-vektor input secara berurutan. Selama training, bobot Network secara bertahap mencapai konvergen ke suatu nilai sedemikian rupa sehingga setiap input menghasilkan output yang diinginkan. Adapun 2 bentuk learning, yaitu: A. Supervised learning, memerlukan pasangan setiap input dan output. Pasangan ini disebut juga dengan training pair. Biasanya Network di-train dengan sejumlah training pair. 1 input vector diaplikasikan, output dihitung dan dibandingkan dengan target output. Selisihnya dikembalikan ke Network dan sekaligus bobotnya disesuaikan berdasarkan suatu algoritma yang cenderung meminimasi error. Vektor-vektor dari training set diaplikasikan seluruhnya secara berurutan, error dihitung, bobot disesuaikan sampai seluruh training set menghasilkan error sekecil-kecilnya. B. Unsupervised learning, tidak memerlukan target output. Training set hanya terdiri dari vektor-vektor input, tanpa pasangan output. Nantinya algoritma training merubah bobot Network untuk menghasilkan output yang konsisten. Aplikasi dari vektor-vektor yang cukup serupa akan menghasilkan pola output yang sama. Proses training menghasilkan sifat-sifat statistik dalam bentuk

17 pengelompokkan vektor-vektor dalam beberapa kelas. Aplikasi suatu vektor dari suatu kelas sebagai input akan menghasilkan vektor output yang spesifik. Fungsi Aktivasi Fungsi aktivasi adalah suatu fungsi yang akan mengubah nilai input yang telah dikolaborasikan dengan nilai bobot, dan akan menentukan apakah nilai tersebut cukup untuk mencapai sebuah threshold tertentu. Kegunaan untuk mencapai nilai threshold adalah agar nilai tersebut mampu untuk diaktifkan ke dalam neuron berikutnya atau agar komputer dapat melakukan respons apabila nilai tersebut telah melewati nilai batasan tertentu. Dalam ANN, dikenal beberapa fungsi aktivasi, antara lain: A. Fungsi identitas, dapat ditulis sebagai f(x) = x, dan digunakan pada neuronneuron input unit. Nilai yang didapat berupa fungsi linear. B. Fungsi tangga biner, yang mengadopsi nilai threshold didalamnya (Θ). Fungsi ini digunakan untuk mengubah input bersih (non input) yang merupakan variable kontinyu, menjadi output bernilai biner (0 atau 1). Fungsi ini dapat ditulis sebagai: Gambar 2.5 - Persamaan fungsi tangga biner

18 Nilai threshold menjadi garis pemisah antara daerah denagn respons aktivasi positif dan negatif. Gambar 2.6 - Grafik fungsi tangga biner C. Fungsi tangga Bipolar, mirip dengan fungsi tangga biner, tapi dalam Bipolar nilainya tidak hanya berkisar antara 0 dan 1 melainkan -1 sampai dengan 1. Fungsinya adalah : Gambar 2.7 - Persamaan fungsi tangga Bipolar

19 Dengan grafik fungsinya sebagai berikut : Gambar 2.8 - Grafik fungsi tangga Bipolar D. Fungsi sigmoid Biner, mencakup fungsi-fungsi berbentuk kurva S yang sering digunakan dalam fungsi logistik, karena memiliki kelebihan dalam melatih (training) pada Neural Network yang menggunakan algoritma Back Propagation. Fungsi logistik yang dimaksud : Dimana ð merupakan parameter kecuraman yang diberikan, biasanya 1. E. Fungsi sigmoid Bipolar, bisa diskalakan sehingga memiliki daerah hasil pada sembarang interval sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Yang paling umum adalah daerah hasil dari -1 sampai dengan 1. Fungsi hasil perskalaan ini disebut dengan fungsi sigmoid Bipolar.

20 Backpropagation Backpropagation merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya (Kusumadewi, 2003, p236). Backpropagation mampu membawa proses pembelajaran dari neuro computing agar makin mendekati hasil atau output yang diinginkan dengan proses forward dan backward approach sekaligus. Dengan proses ini, nilai dari bobot yang ada pada arsitektur neural Network akan dapat diadaptasikan sehingga akan memiliki nilai output yang diinginkan. Algoritma backpropagation menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan nilai error ini, tahap perambatan maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuron-neuron diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid, yaitu f(x) = 1 / 1+ e ^ -x. 2.2 Teori Computer Vision sebagai pendukung sistem Computer vision merupakan salah satu bidang studi yang berkaitan dengan AI, yang mempelajari bagaimana sebuah citra mampu diproses dan dikenali oleh sebuah program komputer. Dengan bantuan AI, computer vision akan mampu dikembangakn menjadi sistem intelijen visual. Pengembangan computer vision telah diperluas untuk proses biometric, robotik, dan pengenalan visual.

21 Computer vision sebenarnya adalah gabungan dari pengolahan citra (Image processing) dan pengenalan pola (Patter recognition). Sebuah citra yang diambil perlu dilakukan proses terlebih dahulu, agar nantinya komputer akan lebih mudah untuk mengenali pola yang diberikan. 2.2.1 Image Processing Suatu citra yang diambil, akan diproses menggunakan cara-cara yang telah dijelaskan diatas. Secara garis besar, sebuah citra yang ditangkap melalui sebuah kamera akan diteruskan ke komputer untuk diproses melalui image processing dan pattern recognition. Proses pertama yang dilakukan oleh komputer adalah mengubah citra tersebut menjadi citra biner. Dengan mengubah citra tersebut, waktu yang diperlukan komputer tersebut untuk memproses sebuah citra akan dipersingkat. Citra biner akan memberikan nilai grayscale dan nilai intensitas, yang keduanya diperlukan untuk pemrosesan lebih lanjut. Proses selanjutnya adalah edge detection, dimana proses ini secara umum akan mengenali bentuk dari suatu objek yang ditangkap. Setelah melalui proses tersebut, citra yang diambil tadi akan memiliki value yang nantinya akan menjadi input bagi aplikasi Fuzzy Logic yang nanti secara lebih lanjut akan dijelaskan. Aplikasi computer vision yang digunakan dalam pengenalan pola sebelum dilakukannya deteksi objek, adalah proses mengubah citra tersebut agar dapat diproses oleh komputer. Mengubah citra yang didapat dan mengubahnya menjadi citra biner akan menjadi mudah untuk komputer memprosesnya. Citra biner umumnya sebuah citra yang terdiri dari 2 nilai saja didalamnya. Dengan menggunakan nilai batasan atau threshold,

22 intensitas dalam sebuah citra akan dapat diubah menjadi dua nilai saja lebih atau sama dengan dari threshold dan kurang dari threshold. 2.2.2 Pattern Recognition Salah satu bentuk aplikasi computer vision lainnya adalah kemampuannya untuk mampu melakukan edge detection, yaitu bagaimana citra yang menjadi input akan mampu dikenali oleh komputer untuk melakukan pelacakan tepi. Menurut Sri Kusumadewi (2005, p196) tahapan yang dilakukan oleh edge detection adalah melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah, citra yang diambil dilakukan smoothing atau pengaburan guna meningkatkan intentsitas gray scale yang telah terkontaminasi gangguan noise. Pengaburan ini berguna untuk mengurangi efek noise untuk terdeteksi, sehingga citra original atau citra yang ingin kita deteksi tidak akan mengalami gangguan. Tahap kedua adalah penguatan pixel, dimana setelah citra telah mengalami proses smoothing, citra tersebut akan kehilangan bentuk semula dan akan sussah untuk dideteksi kembali. Penguatan dilakukan pada perubahan intensitas pada lingkungan suatu titik, dimana terdapat perbedaan nyata antara intensitas lokal dan biasanya dilakukan dengan menghitung besaran gradien menurut Sri Kusumadewi (2005, p197). Tahap ketiga adalah pelacakan tepi, dimana titik-titik yang diinginkan adalah titik-titik dengan informasi tepi yang kuat.