semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting
analisis semiotik modern telah diwarnai dengan dua nama yaitu : 1. seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) 2. seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Sanders Peirce (1839-1914).
Peirce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi de Saussure berbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapi keduanya berfokus pada tanda
Pisau Analisa Semiotika Charles Sander Peirce Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.
FERDINAND DE SAUSSURE Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyibunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyibunyian dan gambar, disebut signified.
ROLAND BARTHES Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya
Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
BAUDRILLARD Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang tampil tidak mempunyai asal-usul yang jelas, tidak merujuk pada realitas yang sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui. Baudrillad menyebut kita hidup dalam hiperrealitas (hyper-reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya tiruan dari tiruan, dan yang palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya
JACQUES DERRIDA Derrida terkenal dengan model semiotika Dekonstruksi-nya. Dekonstruksi, menurut Derrida, adalah sebagai alternatif untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku. Dekonstruksi membuka luas pemaknaan sebuah tanda, sehingga makna-makna dan ideologi baru mengalir tanpa henti dari tanda tersebut
UMBERTO ECO Stephen W. Littlejohn (1996) menyebut Umberto Eco sebagai ahli semiotikan yang menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling komprehensif dan kontemporer. Eco menggunakan kode-s untuk menunjukkan kode yang dipakai sesuai struktur bahasa. Tanpa kode, tanda-tanda suara atau grafis tidak memiliki arti apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara linguistik.
Kode-s bisa bersifat denotatif (bila suatu pernyataan bisa dipahami secara harfiah), atau konotatif (bila tampak kode lain dalam pernyataan yang sama)
Metode semiotika Metode semiotika secara prinsip bersifat kualitatif-interpretatif dan dapat diperluas sehingga bersifat kualitatif-empiris. Metode kualitatif-interpretatif lebih berfokus kepada teks dan kode yang nampak secara visual sedang metode kualitatif-empiris membahas pada subyek pengguna teks
Semiotika dan komunikasi beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak pilihan kajian semiotika dalam domain komunikasi antara lain : 1. Media Dalam konteks media massa, khususnya media cetak kajian semiotika adalah mengusut ideologi yang melatari pemberitaan Teknik analisa pada semiotika media dengan menggunakan:
Teknik kuantitatif Teknik yang paling dapat mengatasi kekurangan dalam objektivitas, namun hasilnya sering kurang mantap. Ciri ciri yang dapat di ukur dinyatakan sebagai tanda merupakan titik tolak penelitian ini Teknik kualitatif Analisis Kualitatif sering menyerang masalah yang berkaitan dengan arti atau arti tambahan dari istilah yang digunakan.
2. Periklanan Dalam perspektif semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan, yang terdiri atas dua lambang yakni; lambang verbal (bahasa) dan lambang non verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan).
Dalam menganalisis iklan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Penanda dan petanda b. Gambar, indeks, simbol c. Fenomena sosiologi d. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk e. Desain dari iklan f. Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut.
Menurut model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu : Pesan Linguistik : Semua kata dan kalimat dalam iklan Pesan yang terkodekan : Konotasi yang muncul dalam foto iklan Pesan ikonik yang tak terkodekan : Denotasi dalam foto iklan
4. Film Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Van Zoest film dibangun dengan tanda semata-mata. Pada film digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.
Sardar & Loon Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa melibatkan bentukbentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris.