GAMBARAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA IBU DENGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA KADILANGU KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

Disusun Oleh : NOVIC ISMAN J PROGRAM FAKULTAS

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA CANDIROTO KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2015

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bnadung 2

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

ASTRID FARMAWATI SINIPAR

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Ika Endar Ariyana 1,Machmudah 2,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP ASI EKSKLUSIF DI RSKIA X KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

JoH Volume 4 Nomor 1 Januari 2017

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MANAJEMEN LAKTASI POST NATAL TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI DI DESA KETOYAN KECAMATAN WONOSEGORO BOYOLALI

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

HUBUNGAN PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

GAMBARAN DATA DEMOGRAFI PEMBERIAN ASI PADA WANITA PEKERJA SWASTA DI DESA JETIS, WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI 1 KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Sugiarti dan Vera Talumepa

Transkripsi:

GAMBARAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA IBU DENGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA KADILANGU KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana keperawatan Disusun Oleh : Kharisma Dian Pangesti J210.110.003 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

1 PENELITIAN GAMBARAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA IBU DENGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA KADILANGU KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Kharisma Dian Pangesti* Sulatri, S.Kp., M.Kes** Kartinah, A.Kep, S.Kep*** Abstrak Air susu ibu (ASI) merupakan hadiah pertama untuk bayi baru lahir dikehidupannya dan terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO), ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, atau makanan tambahan lain sebelum mencapai usia enam bulan. Untuk memasyarakatkan pemberian ASI sejak dini diperlukan faktor-faktor pendukung yang terus-menerus untuk keberhasilan menyusui, antara lain bergantung pada peran yang dilakukan oleh petugas kesehatan, kebijakan rumah sakit, dan pemerintah, ibu, keluarga, masyarakat, dan bayi sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada ibu dengan bayi usia 6-12 bulan di Desa Kadilangu Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian adalah deskriptif, jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 30 responden dengan bayi usia 6-12 bulan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan dengan analisa univariat berupa distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden yang memberikan ASI eksklusif hanya 5 responden (16,7%) dengan alasan karena ASI lebih baik dibanding makanan bayi lain dan 1 bayi tidak mau makanan lain selain ASI. ASI tidak eksklusif sebanyak 25 responden (83,3%) dengan alasan ASI tidak cukup sehingga diberikan makanan tambahan, harus ditinggal kerja bagi ibu pekerja, serta bayi tetap rewel setelah diberi ASI lalu ibu beranggapan bahwa bayi masih lapar dan diberi makanan tambahan lain. Kata kunci : Pemberian ASI, ASI eksklusif, ASI tidak cukup, makanan tambahan, kebijakan rumah sakit.

2 DISCRIPTIVE OF GIVING THE BREAST FEEDING TO MOTHER WITH BABY FOR 6-12 MONTHS OLD IN KADILANGU, BAKI DISTRIC SUKOHARJO Kharisma Dian Pangesti* Sulatri, S.Kp., M.Kes** Kartinah, A.Kep, S.Kep*** Abstract Breast milk was first best gifted for baby in his live and it which was natural. According to WHO, exclusive breast milk was provide its without another liquid either than milk, water, orange water or another liquid before reached six months old. To implemented the feed for earlier, need a reinforcing factors for succesfull breast feeding which one was depend on a role of the health workers, the hospital policy, the goverment, the physical state of mother, the family, the comunity, and the baby. The aim of this study was to explain the description of giving the breast feeding to mother with baby for six until twelve months old in Kadilangu, Baki Sukoharjo. The study was descriptive, with kuantitatif type of analysis. The total of sampling with 30 respondent baby 6-12 months old. samples were provide with questionnaire. The result were analyze by univariat with frequency distribution. the study from 30 respondent had give the exclusive breast milk only 5 respondent (16,7%), the reason of the respondent were breast milk better than some of food and the baby not like other food except breast milk. Not exclusive breast milk was 25 respondent (83,3%), the reason of the respondent were breast milks not enough for the baby, and his given some of food, his mother had a job, and the baby still crying after his mother given breast milk after all the mother assumed her baby still hungry and his must give some of food. Keyword : Breast feeding, exclusive breast milk, breast milk not enough, complement food, the hospital policy.

3 PENDAHULUAN Menurut WHO (2004), Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama untuk bayi, dan harus diberikan tanpa makanan tambahan lain sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, atau makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan. Seperti yang ditegaskan oleh United Nations Emergency Children s Fund (UNICEF) bahwa bayi yang diberi susu formula pada bulan pertama kelahirannya kemungkinan meninggal dunia adalah 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif yakni tanpa diberi minuman maupun makanan tambahan (Selasi, 2009). Salah satu faktor yang berperan dalam tingginya AKB ini adalah rendahnya cakupan ASI eksklusif, karena tanpa ASI eksklusif bayi lebih rentan terkena berbagai penyakit yang meningkatkan mordibitas dan mortalitasnya, sedangkan AKB di Indonesia pada tahun 2010 akibat dari kurangnya pemberian ASI pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan mencapai 54% pada bayi usia 2-3 bulan, 19% pada bayi usia 7-9 bulan, 13% bayi dibawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 1 dari 3 bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2012). Pemberian ASI secara eksklusif sangat membantu dalam menurunkan AKB yaitu sebesar 13% (Roesli, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2012 kematian ibu sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dari sebelumnya tahun 2010 AKI Indonesia sebesar 220 per 100.000 KH, angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Bobak (2004), menyusui sangatlah penting bagi bayi karena nutrisi yang baik, memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan membiasakan bayi memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa meningkatknya angka kematian ibu, meningkat pula angka kematian bayi salah satu faktornya adalah kurangnya asupan ASI eksklusif. Hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2010, cakupan pemberian ASI di Indonesia masih dibawah target yaitu pada bayi usia 0-6 bulan dengan angka cakupan 61,5%, tahun 2012 33,6%, dan tahun 2013 54,3%. (Laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2013). Cakupan ASI eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 45,86%, tahun 2012 sebesar 25,06% dan tahun 2013 sebesar 57,67%, angka tersebut masih jauh dari target yang ditentukan yaitu cakupan ASI eksklusif mencapai 80% (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2013). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sukoharjo sebesar 54,73 % dan kecamatan Baki memiliki angka cakupan ASI eksklusif terendah yaitu 39,05 %, dimana Dinkes menargetkan bayi mendapat ASI eksklusif 65 % berdasarkan hasil wawancara dengan petugas

4 Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo bulan Agustus, 2014). Berdasarkan laporan cakupan ASI eksklusif Puskesmas Baki tahun 2014, Desa Kadilangu merupakan cakupan ASI eksklusif terendah 10,71% dimana masih jauh dari target yang ditentukan Dinkes Kabupaten Sukoharjo. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di desa Kadilangu diperoleh bahwa bayi usia diatas 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya 3 dari 10 bayi, sedangkan 7 bayi yang tidak ASI eksklusif diantaranya 4 ibu mengatakan karena harus ditinggal kerja, 2 ibu mengatakan karena ASI kurang lancar, dan 1 ibu mengatakan tahu tentang ASI eksklusif tapi sudah diberi makanan tambahan saat usia bayi 4 bulan dengan alasan pertumbuhan badan cepat. Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan mengetahui lebih dalam mengenai gambaran pemberian ASI pada ibu dengan bayi usia 6-12 bulan yang belum pernah dilakukan di Desa Kadilangu, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. LANDASAN TEORI Definisi ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011). ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan kurang atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik (Roesli, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif oleh ibu adalah faktor ibu, faktor bayi, faktor keluarga dan masyarakat (lingkungan), faktor pelayanan kesehatan, dan faktor industri susu formula. 1. Faktor Ibu a. ASI tidak cukup Alasan ini merupakan dukungan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya, selebihnya 95-98% lebih dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2005). b. Fisik Ibu yang dalam keadaan sakit seperti puting susu lecet, mastitis, payudara bengkak akan membuat ibu enggan dan takut menyusui sehingga ASI eksklusif tidak diberikan (Roesli, 2008). c. Tingkat Pendidikan Ibu sering kurang mengetahui dan

5 memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar, dan posisi menyusui. Selain itu, termasuk cara memberikan ASI saat harus berpisah dengan bayinya (Astutik, 2014). d. Pengetahuan tentang ASI Perilaku ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, keyakinan, nilai yang dianut ibu tentang pemberian ASI yang benar akan menunjang keberhasilan menyusui. Pengetahuan ibu akan meningkat berkat pendidikan yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. Meningkatnya pendidikan, pengetahuan dan kesehatan masyarakat akan meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja dan kesejahteraan penduduk (Roesli, 2008). e. Pekerjaan Sekarang banyak ibu yang bekerja, Sehingga kemudian menghentikan menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak menyusui bayi karena selama bekerja ibu tetap bisa memberikan ASI secara eksklusif dengan ASI perah (Nugroho, 2011). 2. Faktor bayi Bayi dengan isapan lemah dan kurang sering akan membuat ibu beranggapan bahwa si bayi tidak suka dengan ASInya, sehingga ibu memberi susu selain ASI (Roesli, 2008). 3. Faktor keluarga dan masyarakat (lingkungan). Kemajuan teknologi, dukungan keluarga, pengaruh modernisasi, mengakibatkan menyusui di pandang kuno dan menganggap susu formula sebagai simbol kedudukan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif adalah : a. Lingkungan fisik. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan perilaku makhluk hidup yang termasuk perilaku menurun. Lingkungan fisik adalah lahan fisik untuk perkembangan perilaku yang meliputi iklim, cuaca, manusia, dan lain-lain (Roesli, 2008). b. Lingkungan non fisik. Lingkungan non fisik adalah kondisi selain fisik atau merupakan lahan non fisik untuk perkembangan perilaku, yang meliputi sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain (Roesli, 2008).

6 4. Faktor pelayanan kesehatan. Faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai ASI, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Hidajati, 2012). 5. Faktor industri susu formula. Makin gencarnya iklan promosi produsen susu formula dengan disertai hadiah-hadiah dan pendapat bahwa bahwa susu formula lebih praktis dapat menyesatkan dan menyebabkan orang salah mengerti sehingga mereka beranggapan susu formula lebih baik (Roesli, 2008). METODE PENELITIAN Desain penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang digunakan untuk menggambarkan pemberian ASI pada ibu dengan bayi usia 6-12 bulan di Desa Kadilangu Kecamatan Baki, Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan, sebanyak 30 responden (Desa Kadilangu 2014). Sampel sebanyak 30 ibu dengan bayi usia 6-12 bulan. teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling atau sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah kuesioner. HASIL PENELITIAN Berikut hasil dan pembahasan mengenai gambaran pemberian ASI pada responden penelitian : Tabel 1 Distribusi frekuensi responden bedasarkan umur. Umur Frekuensi Persentase 22 35 tahun >35 tahun 27 3 90 9,9 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 1 terdapat 27 responden (90 %) pada kelompok umur 22-35 tahun dan terdapat 3 responden (9,9 %) pada kelompok umur diatas 35 tahun. Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan. Pendidikan Pemberian ASI Jumlah Tidak % SMP SMA SI/PT 2 (6,7) 3 (10) 2 (6,7) 21 (70) 2 (6,7) 4 (13,3) 24 (80) 2 (6,7) Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil responden dengan pendidikan SMP/SLTP adalah 4 ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 ibu (6,7%) dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 (6,7%), dengan pendidikan SMA/SLTA adalah 24 ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 ibu (10%) dan tidak memberikan ASI eksklusif 21 ibu (70%), dengan pendidikan Sarjana/PT adalah 2 ibu yang memberikan ASI eksklusif 0 (0%) dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 ibu (6,7%).

7 Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan. Pekerjaan Pemberian ASI Jumlah Tidak IRT Swasta Buruh Guru 5 (16,7) 17 (56,6) 6 (20) 1 (3,3) 1 (3,3) 22 (73,3) 6 (20) 1 (3,3) 1 (3,3) Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil responden yang memberikan ASI eksklusif adalah IRT 5 ibu (16,7%) dan yang paling banyak tidak memberikan ASI eksklusif juga IRT 17 ibu (56,6%). Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur bayi. Umur bayi Frekuensi Persentase 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 bulan 4 4 5 5 2 7 3 13,3 13,3 16,7 16,7 6,7 23,3 10,0 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil penelitian umur bayi yang termuda adalah 6 bulan sebanyak 4 bayi (13,3 %), umur bayi yang tertua adalah 12 bulan sebanyak 3 bayi (10 %), dan nilai modus atau nilai yang sering muncul adalah 11 bulan sebanyak 7 bayi (23,3 %). Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin bayi. Jenis kelamin Frekuensi Persentase Laki laki Perempuan 17 13 56,7 43,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 5 diperoleh responden yang mempunyai bayi dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 17 bayi (56,7 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 13 bayi (43,3 %). Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan anak keberapa. Anak ke Pemberian ASI Jumlah Tidak eksklusif 1 2 (6,67) 5 (16,7) 7 (23, 3) 2 3 (10,0) 14 (46,6) 17(56,7) 3 0 (0,0) 6 (20,0) 6 (20,0) Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh hasil penelitian urutan anak responden yang ke 1 sebanyak 7 ibu (23,3 %), urutan anak responden ke 3 sebanyak 7 ibu (23,3 %), dan nilai modus atau angka yang sering muncul adalah responden dengan urutan anak ke 2 sebanyak 17 ibu (56,7 %). Responden yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak pada anak kedua (10%), dibanding anak pertama (6,67%). Analisis univariat Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian ASI. Pemberian ASI Tidak eksklusif Frekuensi 25 5 Persentase 83,3 16,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 7 responden dengan bayi usia 6-12 bulan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 ibu (16,7%), responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 ibu (83,3%).

8 Tabel 8 Distribusi frekuensi responden yang menjawab ASI lebih baik dari susu formula. Jawaban Pemberian ASI Jumlah Tidak eksklusif ASI lebih baik Susu formula lebih baik 5 (16,7) 25 (83,3) 100 Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa semua responden (30 orang) 100% mengatakan ASI lebih baik daripada susu formula. Tabel 9 Distribusi frekuensi responden yang memberikan makanan tambahan saat ASI ibu kurang atau keluar sedikit. Jawaban Pemberian ASI Jumlah Tidak Diberikan makanan tambahan ASI saja 5 (16,7) 18 (60) 7 (23,3) 18 (60) 12 (40) Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh responden yang memberikan makanan tambahan saat ASI ibu kurang atau keluar sedikit sebanyak 18 ibu (60%) yang terdiri dari 7 respoden mengalami ASI kurang lancar atau keluar sedikit dan 11 responden berpendapat tetap memberikan makanan tambahan jika ASI kurang lancar atau keluar sedikit, sedangkan yang tetap memberikan ASI saja sebanyak 12 ibu (40%) yang terdiri dari 5 responden yang tidak mengalami gangguan pengeluaran ASI dan 7 responden berpendapat tetap memberikan ASI saja jika ASI kurang lancar atau keluar sedikit. 0 Tabel 10 Distribusi frekuensi responden yang memberikan ASI tanpa tambahan pada bayi saat ibu sedang sakit. Jawaban Frekuensi Persentase Diberikan makanan tambahan Diberikan ASI saja 12 18 40 60 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 10 diperoleh responden yang berpendapat memberikan ASI dengan makanan tambahan jika ibu sedang sakit sebanyak 12 ibu (40%) yang terdiri dari 12 responden yang tidak mengalami sakit seperti payudara bengkak atau terkena penyakit lain selama menyusui tapi tetap memberikan makanan tambahan dengan alasan ibu kawatir kalau bayi ikut sakit, sedangkan yang memberikan ASI saja jika ibu sedang sakit sebanyak 18 ibu yang terdiri dari 5 responden tidak mengalami sakit selama menyusui dan 13 berpendapat tetap memberikan ASI saja jika ibu mengalami sakit dengan alasan ASI baik untuk bayi. Tabel 11 Distribusi frekuensi responden yang dapat anjuran oleh petugas kesehatan tentang ASI eksklusif. Jawaban Frekuensi Persentase Tidak dianjurkan oleh petugas kesehatan. Dianjurkan oleh petugas kesehatan 2 28 40,0 60,0 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 11 responden yang tidak dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 ibu (40 %)

9 yaitu 2 responden yang merasa tidak dianjurkan ASI eksklusif tapi tetap memberikan ASI dengan makanan tambahan dan responden yang dianjurkan oleh petugas kesehatan sebanyak 28 ibu (60 %) yang terdiri dari 5 responden yang dianjurkan memberikan ASI eksklusif tetap memberikan ASI secara eksklusif dan 23 responden yang dianjurkan tapi tetap memberikan makanan tambahan. Tabel 12 Distribusi frekuensi responden yang memeras ASI dan disimpan saat ditinggal kerja atau pergi. Jawaban Frekuensi Persentase Tidak memeras ASI dan menyimpannya Memeras ASI dan menyimpannya 22 8 73,3 26,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 12 diperoleh responden yang tidak memeras ASI dan menyimpannya dikulkas saat ditinggal kerja atau pergi (IRT) sebanyak 22 ibu (73,3%), dan yang memeras lalu menyimpannya dikulkas saat ditinggal kerja atau pergi (IRT) sebanyak 8 ibu (26,7%). Tabel 13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga/suami. Dukungan Pemberian ASI Jumla Didukung keluarga/suami Tidak didukung keluarga/suami 5 (16,7) Tidak eksklusif 25 (83,3) h 30 (100) Jumlah 5 (16,7) 25 (83,3) 30 (100) Sumber: Data primer diolah (2015) Berdasarkan tabel 13 diperoleh responden yang mendapatkan dukungan keluarga atau suami terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 30 ibu (100%), hanya 5 responden yang memberikan ASI eksklusif dan 25 responden lainnya mendapatkan dukungan keluarga atau suami tapi tidak memberikan ASI secara eksklusif dengan alasan berbagai faktor. PEMBAHASAN Menurut WHO (2004), ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan pertama untuk bayi, dan harus diberikan tanpa makanan tambahan lain. Roesli (2008) menjelaskan bahwa ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur, biscuit, dan tim. Penelitian yang telah dilakukan di Desa Kadilangu, diperoleh hasil responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 5 ibu (16,7 %) dan yang memberikan ASI tidak eksklusif sebanyak 25 ibu (83,3 %). Hasil cakupan ASI eksklusif yang diperoleh peneliti masih jauh dari target yang ditentukan oleh Dinkes Sukoharjo yaitu sebesar 65% (Dinas Sukoharjo, 2014). Berdasarkan umur responden yang memberikan ASI eksklusif yaitu umur yang berkisar 23-37 tahun. Menurut Hidajati (2012) usia 20 35 tahun dikenal usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui, sehingga sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif jadi semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan

10 seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Responden yang memberikan ASI eksklusif 1 diantaranya mengatakan bahwa bayinya tidak mau makanan lain selain ASI, dan 4 responden yang lain mengatakan karena ASI lebih baik dibandingkan susu formula atau makanan bayi lain. Alasan tersebut terbuktikan dengan hasil perolehan sebanyak 30 responden (100%) berpendapat bahwa ASI lebih baik daripada susu formula, dapat dilihat secara rinci pada tabel 8. Menurut Hidayat (2005) bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Notoadmodjo (2010) juga menuturkan bahwa sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. Namun dalam penelitian ini secara statistik pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian diperoleh responden dengan pendidikan terakhir yaitu SMP/sederajat sebanyak 4 responden (13,3 %), SMA/sederajat sebanyak 24 (80 %) dan S1/perguruan tinggi sebanyak 2 responden (6,7 %). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat sebanyak 24 (80 %), bukan berarti responden juga mempunyai pengetahuan yang baik. Karena pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang spesifik, yaitu pengetahuan tentang ASI, bukan pengetahuan secara umum. Sehingga belum tentu responden dengan pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang baik juga tentang ASI, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap perilaku responden untuk memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Firmansyah (2012) yang mengatakan bahwa 100% yang memberikan ASI eksklusif adalah S1/PT dan 61,5% yang tidak memberikan ASI eksklusif paling banyak adalah SMA/SLTA, karena dalam penelitian ini yang memberikan ASI eksklusif paling banyak adalah SMA/SLTA (10%) dan tidak memberikan ASI eksklusif adalah sarjana/pt sebanyak (6,7%). Hasil penelitian juga menunjukkan responden yang memberikan ASI tidak eksklusif sebanyak 25 ibu (83,3 %), dengan beralasan ASI tidak cukup dan diberikan makanan tambahan seperti bubur siap saji ketika umur bayi menginjak 3 bulan. Alasan tersebut juga didukung oleh teori Roesli (2005) bahwa ASI tidak cukup merupakan dukungan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Seperti yang terdapat pada tabel 4.9 yang memaparkan responden yang merasa ASInya kurang dan tetap memberikan makanan tambahan sebanyak 18 ibu (60 %), sedangkan yang tetap memberikan ASI tanpa tambahan makanan sebanyak 12 ibu (40 %). Sebagian responden yang tidak memberikan ASI eksklusif juga dikarenakan harus ditinggal kerja bagi ibu pekerja dan diganti susu formula, termasuk responden yang berpendidikan tinggi/s1. Menurut Nugroho (2011) bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak menyusui bayi karena selama bekerja ibu tetap bisa memberikan ASI secara eksklusif dengan ASI perah. Tapi teori tersebut berbanding balik dengan hasil

11 penelitian ini yang menunjukkan responden tidak pernah memerah ASI selama bekerja atau pergi yaitu sebanyak 22 ibu (73,3 %) dan yang memerah ASI dan menyimpannya lebih sedikit yang melakukannya sebanyak 8 ibu (26,7 %). Ada juga karena bayi tetap rewel setelah diberi ASI lalu beranggapan bahwa bayi masih lapar dan diberi makanan tambahan, faktor tersebut sejalan dengan teori Roesli (2008) bahwa bayi dengan isapan lemah dan kurang sering akan membuat ibu beranggapan bahwa si bayi tidak suka dengan ASInya, sehingga ibu memberi susu/makanan selain ASI. Faktor penyebab responden yang tidak memberikan ASI eksklusif salah satunya adalah fisik ibu. Menurut Roesli (2008) ibu yang dalam keadaan sakit atau kondisi badan tidak enak misal karena puting susu lecet, mastitis, payudara bengkak akan membuat ibu enggan dan takut menyusui sehingga ASI eksklusif tidak diberikan. Hasil penelitan diperoleh responden yang tidak memberikan ASI eksklusif jika ibu sedang sakit sebanyak 12 (40 %) dan tetap memberikan ASI eksklusif jika ibu sedang sakit sebanyak 18 (60 %). Dapat disimpulkan di Desa Kadilangu responden yang memberikan ASI eksklusif saat ibu sedang sakit lebih banyak dibandingkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif saat ibu sedang sakit. Responden yang dianjurankan oleh petugas kesehatan untuk memberikan ASI eksklusif sebanyak 28 (93,3 %) dan responden yang merasa tidak pernah dianjurkan oleh petugas kesehatan sebanyak 2 (6,7 %). Menurut Hidajati (2012) faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai ASI, sehingga masyarakat kurang mendapat dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak berpengaruh pada responden karena meski tidak dianjurkan ASI eksklusif, responden tetap memberikan ASI eksklusif karena informasi yang diperoleh dari tempat atau orang lain. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI salah satu diantaranya adalah dukungan keluarga/suami. Hasil penelitian diperoleh responden yang mendapatkan dukungan keluarga/suami sebanyak 30 (100 %) tapi hanya 5 responden (16,7 %) yang memberikan ASI eksklusif dengan dukungan keluarga/suami. Adapun dukungan keluarga yang diperoleh ibu saat memberikan ASI eksklusif seperti keluarga menganjurkan ibu untuk menyusui dibanding memberikan susu formula, membantu mengurusi rumah selama ibu menyusui dan tidak pernah disarankan dalam memberi makanan tambahan pada usia bayi 6 bulan pertama. Namun, dalam penelitian Rahmawati (2010) banyak ayah yang berpendapat salah, bahwa menyusui adalah urusan ibu dengan bayinya dan merasa tidak perlu ikut campur menjadi pengamat yang pasif saja. Hal tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian Misriani (2012), dukungan keluarga yang rendah akan mengurangi motivasi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Dan hasil penelitian ini semua responden telah mendapatkan dukungan keluarga/suami, hasilnya dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.13 tetapi hanya 5 responden memberikan ASI secara eksklusif

12 dengan dukungan keluarga atau suami. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Roesli (2005) yang menyatakan kurangnya dukungan keluarga terutama dukungan dari ayah bayi dan orangtua mengakibatkan bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang gambaran pemberian ASI pada ibu dengan bayi usia 6-12 bulan yang dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai 19 Mei 2015 di Desa Kadilangu Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Usia termuda responden adalah 22 tahun dan usia tertua responden adalah 40 tahun, tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA/sederajat, mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga/irt, usia bayi responden terbanyak adalah 11 bulan, jenis kelamin bayi responden terbanyak adalah laki-laki, dan responden banyak memberikan ASI pada anak ke-2. 2. Cakupan pemberian ASI di Desa Kadilangu dari 30 responden yang memberikan ASI eksklusif masih rendah, dengan alasan karena ASI lebih baik dibanding makanan bayi lain dan 1 diantaranya mengatakan bayinya tidak mau makanan lain selain ASI, sedangkan jumlah responden yang tidak memberikan ASI secara eksklusif masih tinggi, dengan alasan ASI tidak cukup dan diberikan makanan tambahan seperti bubur siap saji ketika umur bayi menginjak 3-4 bulan, harus ditinggal kerja bagi ibu pekerja dan diganti susu formula, serta bayi tetap rewel setelah diberi ASI lalu ibu beranggapan bahwa bayi masih lapar dan diberi makanan tambahan lain. Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan penelitian ini penulis tujukan bagi: 1. Masyarakat, disarankan dapat; a. Berpartisipasi dan bekerjasama dengan petugas kesehatan dengan memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. b. Bersikap terbuka dan bersedia menerima informasi dari petugas kesehatan terkait informasi mengenai program ASI eksklusif dan menghilangkan kebiasaan pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. c. Anggota keluarga atau suami, agar ikut berpartisipasi dalam pemberian ASI eksklusif dengan member dukungan selama ibu menyusui eksklusif sampai usia bayi 6 bulan. 2. Peneliti, diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI. 3. Instansi kesehatan, diharapkan untuk : a. Sosialisasi pentingnya pemberian ASI eksklusif melalui berbagai media informasi, tidak hanya

13 terfokus pada ibu menyusui saja, sosialisasi kepada anggota keluarga lain terutama suami tentang pentingnya dukungan kepada ibu menyusui perlu dilakukan karena suami merupakan pengambil keputusan di dalam keluarga. b. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan manajer tempat bekerja ibu untuk memberikan fasilitas bagi ibu menyusui dengan tujuan pemberian ASI eksklusif tidak terhalang atau terhentikan. c. Keperawatan, perawat diharapkan berperan penting dalam mengaplikasikan perannya sebagai educator dan counselor. Perawat perlu berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain seperti bidan dalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan terkait ASI eksklusif dengan cara menyebar leaflet, memasang poster ditempat strategis, iklan di televisi, sehingga masyarakat dengan mudah mendapat informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif. Perawat juga diharapkan berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk melakukan control dan evaluasi kepada masyarakat yang memiliki masalah dalam pemahaman tentang manfaat dan pemberian ASI eksklusif DAFTAR PUSTAKA Astutik, Reni Yuli. 2014. Payudara Dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI. Dinas Kesehatan Sukoharjo. 2014. Dinkesprov Jateng. 2013. Profil Kesehatan Jateng. Diunduh 29 September 2014 dari http://www.dinkesjateng.org.co. id. Hidajati, Arini. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta : Flashbooks. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu. Misriani. 2012. Faktor Resiko Kegagalan ASI Pada Ibu Yang Tidak Bekerja Di Puskesmas Baraka Kab. Enrekang Tahun 2011. Jurnal FKM. Unhas, Makasar.(online 2 Juni 2015):www.Unhas.ac.id /handle/5546/jurnal.pdf Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Rahmawati, MD. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Pada Ibu Menyusui Di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Jurnal KesMasDaska. vol.1 No.1 (hal 8-17). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Riset Kesehatan Dasar 2013.

14 Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI. Jakarta : Tubulus Agriwidya.. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI. Jakarta : Tubulus Agriwidya. Rosita, Syarifah. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana. Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Sanda. 2011. Gambaran pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 6-11 bulan di puskesmas antang perumnas kota makasar. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin. Makasar.(online 7 Februari 2015):www.Unhas.ac.id /handle/5546/jurnal.pdf. Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soetjiningsih. 2010. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Suradi, R, dkk. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : IDAI. Syafiq, A. & Fikawati, S. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Tesis. FKM UI. Depok : tidak dipublikasikan. ***Kartinah, A.kep, S.kep : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura *Kharisma Dian Pangesti : Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura **Sulastri, S.Kp.,M.Kes : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.