BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara perusahaan dengan pengguna laporan keuangan. Tujuan. yang terdapat pada laporan keuangan dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Teori Agensi adalah hubungan antara pemilik (principal) dan manajer

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. rangka menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat dan untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan pihak manajemen sebagai agent. Pihak principal selaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. sebagai principal dan manajemen yang diwakili oleh manajer sebagai agen,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai kepada seluruh pengguna yang berkepentingan. Sehingga

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia ekonomi ditandai dengan banyaknya alternatif perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan menyediakan informasimengenai laba sehingga dapat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. digunakanuntukmemahamimanajemenlabadan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, Pajak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengantindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori sinyal (signaling theory) sebagai teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa. perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan dan

mengelola perusahaan dan untuk memutar dana dari pemilik, selain itu juga

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan keuangan

ABSTRAK. Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Dividen Payout Ratio, Financial Leverage, Profitabilitas, Tipe Industri Dan Perataan Laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menganalisis faktorfaktor

BAB II TELAAH PUSTAKA

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang. pihak, baik principal selaku pemegang saham maupun agent selaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada laporan laba rugi (Saidi dalam Christian, 2011). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Laporan keuangan penting bagi seorang investor karena dapat dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori keagenan Teori keagenan merupakan hubungan antara pemilik (principal) dan manajer (agent) dalam suatu organisasi yang memiliki konflik kepentingan. Konflik kepentingan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent) didasari oleh kepentingan masing-masing. Principal dan agent memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kemakmurannya masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Dalam teori agensi, Eisenhardt (1989) menyebutkan terdapat tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan teori agensi, yaitu: (1) self interest adalah sifat manusia yang hanya mementingkan diri sendiri, (2) bounded rationality adalah keterbatasan daya pikir manusia tentang persepsi di masa mendatang, (3) risk averse adalah sifat manusia yang selalu menghindari resiko. Dengan adanya sifat dasar manusia tersebut, baik agent maupun principal memiliki perbedaan cara pandang dalam memperoleh keuntungan dan resiko yang dihadapi masing-masing. Dalam menghindari ketiga sifat dasar tersebut pemegang saham melakukan pengendalian untuk mengatasi manajer yang memiliki perilaku tersebut yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja manajer, memberikan reward untuk manajer yang bekerja dengan baik dan punishment untuk manajer yang menyalahi aturan, dan membagi hasil dari hasil keuntungan

10 bersama di perusahaan agar manajer tersebut merasa bahwa dirinya adalah bagian terpenting di perusahaan. Reward yang diberikan kepada manajer diharapkan memberikan dorongan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan keuntungan bagi para pemegang sahamnya dan punishment yang diberikan kepada manajer yang menyalahi aturan agar memberikan efek jera sehingga manajer tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan para pemegang saham (Prasetya, 2013). Dalam kondisi perusahaan ada situasi dimana terdapat ketidakseimbangan antara manajemen dan investor dalam memperoleh informasi. Informasi yang dimiliki manajemen (agent) lebih banyak karena manajemen yang mengelola perusahaan secara langsung, sedangkan pemilik yaitu investor memiliki informasi yang lebih sedikit karena mereka tidak melihat kegiatan yang terjadi secara langsung dan hanya dapat melihat laporan keuangan yang dibuat manajemen ataupun kegiatan lainnya yang dapat memberikan informasi (Adiningsih dan Asyik, 2014). Oleh karena itu, terkadang keputusan atau kebijakan yang diambil oleh manajemen tanpa sepengetahuan pemilik sehingga terjadi asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi atau user (Jamaluddin dan Amanah,

11 2015). Scoot (2000) dalam Putra dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat dua jenis asimetri informasi, yaitu: a. Adverse selection Adverse selection yaitu orang dalam seperti manajer dan lainnya memiliki informasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pihak luar. Informasi yang didapat lebih banyak oleh manajer dan orang dalam lainnya memungkinkan pengambilan keputusan yang hanya menguntungkan pihak dalam perusahaan saja dan pihak lain dirugikan. b. Moral hazard Moral hazard yaitu pihak luar seperti pemegang saham dan pemberi pinjaman tidak dapat mengamati kegiatan yang dilakukan oleh manajer sepenuhnya, dengan begitu manajer dapat melakukan tindakan yang dapat berdampak negatif terhadap perusahaan dan pemegang saham. Perataan laba termasuk asimetri informasi karena manajemen mendapatkan informasi yang lebih dibandingkan informasi yang didapat pengguna laporan keuangan. Beberapa pihak berpendapat perataan laba merupakan suatu tindakan yang merugikan pengguna informasi. Dalam informasi tersebut tidak menyajikan kondisi yang sebenarnya secara wajar karena telah dimanipulasi oleh pembuat informasi (manajemen). Sedangkan beberapa pihak lain berpendapat bahwa hal tersebut dianggap wajar selama hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak melanggar standar akuntansi walaupun hal tersebut mengurangi keandalan informasi.

12 2. Income Smoothing Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan melakukan manipulasi menaikkan atau menurunkan laba sehingga tidak terjadi peningkatan atau penurunan laba secara fluktuatif sehingga laba yang dilaporkan sesuai dengan keinginan manajemen. Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan menggunakan rancangan transaksi yang telah dibuatnya yang terstruktur untuk mengubah laporan keuangan yang dapat menyesatkan stakeholder mengenai kinerja perusahaan sehingga manajemen laba dikatakan sebagai tindakan yang menyimpang (Cohen dan Zarowin, 2010 dalam Wiyadi dkk, 2016). Purwanto (2004) dalam Ocatavania dan Asyik (2014) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurang fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi (artificial) maupun melalui transaksi ekonomi (real). Foster (1986) dalam Ocatavania dan Asyik (2014) mengatakan tujuan perataan laba sebagai berikut: a. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar atau stakeholder atas kinerja perusahaan yang kurang baik. b. Memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi laba dimasa depan. c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis. d. Memperbaiki persepsi pihak luar pada kemampuan manajemen e. Meningkatkan bonus yang didapatkan oleh manajemen

13 Watts dan Zimmerman (1986) dalam Wulandari dkk (2014) perataan laba dirumuskan dalam teori akuntansi positif yang menjelaskan tentang praktik-praktik perataan laba, yaitu: a. The bonus plan hypothesis The bonus plan hypothesis merupakan hipotesis yang mengatakan bahwa para manajer yang memiliki program bonus berkemungkinan menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba pada periode berjalan. Hal tersebut terjadi karena para manajer perusahaan beranggapan bahwa dengan laba yang meningkat mungkin akan meningkatkan presentasi bonus yang akan didapatkannya. b. The debt/equity hypothesis (debt convenant hypothesis) Debt convenant hypothesis yaitu ketika perusahaan memiliki debt to equity ratio yang tinggi, dalam hal ini manajer menggunakan metode akuntansi yang dapat melaporkan pendapatan atau laba yang tinggi pada periode tersebut. Hal tersebut dikarenakan ketika perusahaan melaporkan debt equity ratio yang tinggi akan menyebabkan perusahaan tersebut kesulitan dalam memperoleh pendanaan dari pihak kreditur. Debt equity ratio menunjukkan rasio hutang terhadap ekuitas sehingga pihak investor maupun kreditur dapat melihat seberapa banyak perusahaan memiliki hutang jika dibandingkan dengan ekuitasnya. c. The political cost hypothesis (size hypothesis) Political cost hypothesis yaitu hipotesis yang memberikan asumsi bahwa perusahaan besar memiliki sensitifitas yang tinggi pada kepentingan

14 politik. Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Hal ini disebabkan karena apabila laba yang dilaporkan tinggi maka pajak perusahaan akan tinggi pula. Penelitian yang dilakukan Eckel (1981) dalam Adiningsih dan Asyik (2014) menyatakan terdapat dua jenis perataan laba, yaitu: a. Perataan alami (natural smoothing). Perataan alami merupakan perataan laba yang terjadi secara alami karena proses dalam menghasilkan laba tanpa adanya campur tangan manajer dalam merekayasa laba perusahaan. b. Perataan yang disengaja (intentianally smoothing) Dalam perataan yang disengaja dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Artificial smoothing adalah manipulasi laba yang dilakukan dengan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya. 2) Real smoothing, terjadi karena adanya intervensi atau campur tangan oleh manajer. Scoot (2000) dalam Zahro (2014) membagi manajemen laba menjadi 4 pola yaitu dengan cara: a. Taking a bath Taking a bath adalah salah satu dari pola manajemen laba yang menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi ekstrem yaitu laba yang mengalami kenaikan ataupun penurunan yang sangat drastis apabila

15 dibandingkan dengan laba yang dilaporkan pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya reorganisasi seperti adanya pengangkatan CEO baru. Dalam hal ini, untuk mendapatkan laba agar meningkat di masa mendatang CEO melaporkan biaya-biaya kerugian dalam jumlah yang besar. Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya kerugian pada periode berjalan dan biaya-biaya pada periode yang akan datang. Semakin besar presentase kerugian yang diberikan maka semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan, sebaliknya jika semakin kecil presentase kerugian yang diberikan maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan. b. Income minimization Income minimization dilakukan ketika perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi sehingga manajer melaporkan laba periode berjalan menjadi lebih rendah dari pada laba sesungguhnya. Hal ini dilakukan jika laba dalam periode tertentu mengalami penurunan yang drastis maka dapat diatasi dengan mengambil laba dari periode sebelumnya. Income minimization dilakukan dengan melaporkan laba yang sesungguhnya lebih rendah ataupun dengan menaikkan biaya-biaya pada periode berjalan dari biaya sesungguhnya. Dalam melaporkan laba yang lebih rendah manajer dapat menggunakan metode depresiasi aktiva tetap dengan melaporkan harga perolehan aktiva yang tinggi pada awal periode, selain itu manajer juga dapat membuat harga pokok penjualan yang lebih tinggi sehingga laba yang diperoleh perusahaan menjadi kecil. Manajer melakukan Income

16 minimization ini yaitu ketika perusahaan ingin menghindari pajak yang terlalu besar. c. Income maximization Income maximization merupakan upaya manajer dalam mengatur laba agar laba yang dilaporkan lebih tinggi daripada laba yang sesungguhnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membuat pendapatan yang dilaporkan lebih tinggi dari pada pendapatan sesungguhnya atau membuat biaya yang dilaporkan pada periode berjalan lebih rendah daripada biaya sesungguhnya pada periode berjalan. Pola manajemen laba ini dilakukan ketika laba perusahaan menurun. Motivasi manajer melakukan income maximization yaitu agar manajer mendapatkan bonus yang lebih besar. Dalam melakukan income maximization manajer melakukannya dengan cara membuat harga pokok penjualan lebih rendah dari yang sesungguhnya atau membuat harga peroleh aktiva lebih rendah di awal periode. Semakin rendah harga pokok yang dilaporkan maka laba yang didapat perusahaan semakin tinggi. Manajer termotivasi melakukan income maximization ini biasanya perusahaan tersebut akan melakukan IPO sehingga akan mendapat kepercayaan dari stakeholder. d. Income smoothing Income smoothing merupakan upaya yang dilakukan manajer dalam mengatur laba agar laba yang dilaporkan beberapa periode relatif sama, pola ini dapat dilakukan dengan cara menaikkan atau menurunkan pendapatan ataupun biaya pada periode berjalan sesuai dengan keinginan manajer. Hal ini dilakukan untuk menarik investor karena investor cenderung menyukai laba

17 yang relatif stabil. Dalam membuat laba yang stabil manajer melakukannya dengan cara menggunakan metode akuntansi yaitu menentukan harga pokok penjualan yang relatif stabil pada beberapa periode tertentu sehingga laba yang diperoleh tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Selain itu manajer juga dapat menggunakan metode depresiasi aktiva tetap garis lurus dimana alokasi harga perolehan aktiva tetap relatif sama pada beberapa periode. Motivasi manajer dalam melakukan income smoothing yaitu agar mendapatkan bonus dan terkait dengan informasi pengambilan keputusan investasi oleh investor. dkk (2014) yaitu: Beberapa alasan manajer melakukan perataan laba menurut Putra a. Perataan laba dapat menarik investor untuk menginvestasikan dananya terutama pada saat perusahaan IPO. b. Membangun kepercayaan investor, karena laba yang dilaporkan cenderung stabil dan kebijakan dividen dapat dibuat sesuai keinginan. c. Menjalin hubungan yang baik antara manajer dengan karyawan, karena permintaan kenaikan gaji oleh karyawan dan atau pekerja dapat dihindari Sugiarto (2003) dalam Ratnasari (2012) menyatakan terdapat berbagai teknik yang dilakukan dalam melakukan praktik perataan laba, antara lain: a. Perataan laba pada saat terjadinya transaksi (pengakuan transaksi). Manajemen dapat menentukan sendiri dan mengendalikan waktu transaksi

18 dengan kebijakan yang dibuat manajemen itu sendiri (accruals) misalnya: biaya riset dan pengembangan. Adapun cara lainnya yaitu dengan membuat kebijakan diskon dan kredit, dengan kebijakan ini dapat meningkatkan piutang dan penjualan pada setiap akhir periode sehingga akan berdampak pada laba yang akan terlihat stabil. b. Perataan laba dengan mengalokasikan pendapatan ke beberapa periode yang ditentukan. Untuk menstabilkan laba manajer dapat mengalokasikan pendapatan maupun beban ke periode tertentu. Misalnya jika terjadi peningkatan penjualan pada periode tertentu, maka manajer dapat membebankan biaya Research and Development ke periode tersebut dan mengamortisasi goodwill. c. Perataan laba dengan klasifikasi pada pos-pos tertentu. Manajer memiliki wewenang dalam menentukan pos laba rugi pada kategori yang berbeda dengan kategori yang seharusnya. Misalnya apabila terdapat pendapatan non-operasi yang sulit didefinisikan, maka manajer dapat memasukkan pos tersebut ke dalam kategori pendapatan operasi atau non-operasi. Adanya teknik-teknik akuntansi yang digunakan secara luas oleh manajer seringkali disalahartikan. Kebebasan manajer dalam menggunakan teknik akuntansi dalam melakukan pencatatan sering disalahgunakan untuk membuat laporan keuangan menjadi lebih bagus. Bahkan pada umumnya manajer melakukan perataan laba dengan menggunakan teknik pencatatan dengan mengubah kebijakan sesuai dengan keadaan.

19 Praktik perataan laba oleh beberapa pihak dinilai sebagai hal yang wajar artinya penyusunan pelaporan keuangan masih dalam standar yang berlaku. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya praktik perataan laba dilakukan agar laba yang disajikan dalam laporan keuangan tidak berfluktuasi. Harahap (2005) dalam Prasetya (2013) mengatakan bahwa perataan laba diperbolehkan pada beberapa negara tertentu. Misalnya Negara Swedia yang merupakan salah satu Negara yang memperbolehkan melakukan perataan laba dengan syarat perataan laba tersebut dilakukan secara transparan. Belkoui (2007) dalam Prasetya (2013) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendasari manajer dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya: a. Mekanisme pasar yang kompetitif, keadaan pasar yang kompetitif memiliki permintaan yang tidak seterusnya tinggi sehingga menyebabkan pendapatan yang abnormal sehingga tidak banyak pilihan yang dilakukan oleh manajer agar pendapatan tetap stabil. b. Skema kompensasi oleh manajemen, hal ini berhubungan langsung dengan kinerja perusahaan, manajer akan memaksimalkan laba jika ingin mendapatkan kompensasi yang tinggi. c. Pergantian manajemen yang dapat menjadi motivasi manajer melakukan praktik perataan laba.

20 3. Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic index adalah salah satu indeks saham di Indonesia untuk membantu memberikan fasilitas dalam perdagangan perusahaan publik yang memenuhi kriteria syariah. JII dibentuk dari kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan PT Danareksa Invesment Management dan diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 (Hartono, 2015). Kriteria saham yang masuk dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah yaitu terdapat 4 kriteria yang harus dipenuhi (Perdana, 2008) : a. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong perjudian atau perdagangan lainnya yang dilarang. b. Tidak menerapkan sistem riba. c. Usaha yang dilakukan tidak memproduksi, mendistribusi dan memperdagangkan makanan/minuman tidak halal (haram). d. Usaha yang dilakukan tidak memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Menurut Hartono (2015) proses memasukkan saham perusahaan dalam daftar Jakarta Islamic index meliputi beberapa prosedur, yaitu sebagai berikut: a. Saham yang dipilih adalah saham yang sudah tercatat paling tidak 3 bulan terakhir, kecuali pada saham yang termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. b. Memiliki rasio utang terhadap aktiva tidak lebih dari 90% di laporan keuangan tahunan atau tengah tahun.

21 c. Dari 2 kriteria diatas, dipilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. d. Dipilih 30 saham perusahaan dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. B. Pengembangan Hipotesis 1. Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai besarnya perusahaan ditunjukkan dengan besarnya aset perusahaan yang dikendalikan oleh manajer sehingga diperoleh total aset tertentu yang digunakan sebagai pengukur besar kecilnya perusahaan. Seringkali ukuran perusahaan ini juga menjadi perhatian oleh investor ketika ingin menginvestasikan dananya. Investor yang akan menginvestasikan dananya biasanya membandingkan total aset dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan logaritma natural total aset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Penelitian ini mengukurnya dengan menggunakan logaritma natural total aset dengan alasan ketersediaan data total aset. Manajemen dalam mengendalikan operasi perusahaan dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan atau ukuran perusahaan dalam berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi (Supriastuti dan Warnanti 2015). Semakin besar perusahaan maka semakin kecil manajer dalam melakukan perataan

22 laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih bisa menjaga kinerjanya agar tetap stabil dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aji (2012) dalam Kharisma dan Agustina (2015) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin dikenal perusahaan tersebut yang berarti manajemen akan berhatihati dalam menyajikan laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena masyarakat akan memberi perhatian yang lebih pada perusahaan tersebut dari pada perusahaan kecil. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kharisma dan Agustina (2015) dengan sampel perusahaan yang tergabung dalam JII periode 2011-2013 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Hal ini sesuai dengan konsep Agency Theory yaitu dalam teori ini dapat diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kepentingan masing-masing yang akan menimbulkan konflik kepentingan, sehingga terdapat keyakinan pada manajer bahwa investor tidak akan memperhatikan tindakan-tindakan manajer. Penelitian lain memberikan hasil penelitian yang berbeda yaitu dilakukan oleh Santana dan Wirakusuma (2016) dengan sampel perusahaan manufaktur memberikan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Adapun Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Zulaikha (2010) dengan sampel perusahaan manufaktur dan

23 keuangan periode 2006-2009 bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba 2. Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimiliki (Adiningsih dan Asyik, 2014). Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang stabil akan memberikan citra baik dari investor karena perusahaan dapat mempertahankan laba yang didapatkan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung akan melakukan perataan laba sehingga profitabilitas berkemungkinan dapat mempengaruhi praktik perataan laba. Pada teori akuntansi positif menjelaskan tentang rencana bonus, para manajer menginginkan bonus yang tinggi. Seperti yang kita ketahui ketika profitabilitas tinggi maka manajer akan mendapatkan bonus yang tinggi pula, karena hal itu manajer cenderung melakukan manipulasi untuk meningkatkan profitabilitas dengan mengubah metode pencatatan yang dapat menaikkan profit.

24 Penelitian yang dilakukan oleh Ramanuja dan Mertha (2015) dengan sampel perusahaan manufaktur periode 2009-2012 menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mendorong manajer untuk melakukan perataan laba, karena perusahaan akan dinilai baik oleh investor apabila saham tersebut laku di pasar modal. Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Handayani (2014) yang menemukan bukti bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Hasil penelitian lainnya yang berbeda dilakukan oleh Adiningsih dan Asyik (2014) dengan sampel perusahaan food and beverages menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba 3. Nilai perusahaan Nilai perusahaan merupakan pandangan oleh investor pada perusahaan yang berkaitan dengan harga saham. Perusahaan yang memiliki harga saham yang tinggi maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang besar sehingga banyak menarik perhatian dari analis, investor maupun pemerintah. Nilai perusahaan dapat menggambarkan suatu kondisi perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan. Nilai perusahaan juga dapat menggambarkan suatu citra perusahaan dimata investor, sehingga

25 semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan dengan harapan investor dapat menanamkan modalnya di perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prayudi dan Daud (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur 2008-2011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini terjadi karena sebelum melakukan investasi, calon investor akan melihat nilai perusahaan sebagai pertimbangan keputusannya. Namun tidak sejalan penelitian yang dilakukan Pratama (2012) dengan sampel perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2009 mengatakan bahwa nilai perusahaan berpengaruh negatif terhadap perataan laba. Peneliti lainnya memberikan hasil yang berbeda pula yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sulistyawati (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur tahun 2009-2011 yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 3 : Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik perataan laba C. Model Penelitian Berdasarkan pada rerangka teori dan hipotesis penelitian, ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap perataan laba, profitabilitas berpengaruh positif terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba dan nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap kemungkinan

26 perusahaan melakukan perataan laba. Maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian Ukuran Perusahaan - Profitabilitas Nilai Perusahaan + + Kemungkinan Perusahaan Melakukan Praktik Perataan Laba