BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. saing nasional. Selama dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi, peran sektor

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial-budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan negara. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan sehingga mendorong setiap negara untuk selalu berinovatif, kreatif

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. kata manufacturing muncul tahun Manufaktur, dalam arti yang paling luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

4. SEJARAH PENANAMAN MODAL DAN PENYUSUNAN UU INVESTASI DI INDONESIA.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL. Minggu 3

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Adanya aktiva produktif

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

Pengukuran Pendapatan Nasional

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di segala bidang yang semakin berkembang, menjadikan dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

Analisis Perkembangan Industri

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. produksi mobil yang dirakit di Indonesia berada pada kira-kira dua juta unit. per tahun (

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat tersebut, maka diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembahasan Soal UTS PTE Makro 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan ekonomi yaitu, peningkatan ketersediaan serta

INDUSTRI.

Statistik KATA PENGANTAR

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI 2.1 Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif sedikit. Industri kecil yang ada pada masa itu hanya berupa industri-industri rumah tangga seperti penggilingan padi, tekstil dan sebagainya, yang tidak terkoordinasi. Perusahaan besar yang modern hanya ada dua buah itupun milik asing yaitu pabrik rokok milik British American Tobacco dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Dumairy, (2004). Depresi besar yang melanda sekitar tahun 1930-an telah meruntuhkan perekonomian. Penerimaan ekspor turun dari 1.448 juga Gulden, (1929) menjadi 505 juta Gulden, (1935) sehingga mengakibatkan pengangguran. Situasi tersebut memaksa pemerintah kolonial mengubah sistem dan pola kebijaksanaan ekonomi dan menitikberatkan pada sektor perkebunan ke sektor industri, dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam pemberian izin dan fasilitas bagi pendirian industri baru. Menurut sensus industri kolonial pertama (1939) dalam Dumairy, (2004), industri-industri yang ada ketika itu telah memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 173 ribu orang yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan tekstil serta barang-barang logam, semuanya milik asing. 11

Pada masa Perang Dunia II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun keadaannya berbalik semasa pendudukan Jepang. Hal itu disebabkan adanya larangan impor bahan mentah, diangkutnya barang-barang kapital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha) sehingga investasi asing pada masa itu praktis nihil. Lima belas tahun kemudian setelah merdeka, Indonesia menjadi pengimpor besar barang-barang kapital dan teknologi, serta mulai memprioritaskan pengembangan sektor industri dan menawarkan investasi asing. Dengan kebijaksanaan itu, penanam modal asing mulai berdatangan meskipun masih dalam taraf coba-coba. Pada tahun 1951 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industri-industri kecil bagi pribumi sekaligus memberlakukan pembatasan-pembatasan untuk industri-industri besar atau industri modern yang banyak dimiliki oleh orang Eropa dan Cina. Kebijaksanaan RUP ternyata menyebabkan investasi asing berkurang, apalagi dengan adanya situasi politik yang sedang bergejolak pada masa itu, namun di lain pihak telah memacu tumbuhnya sektor bisnis oleh kalangan pribumi, walaupun masih relatif kecil. Menyadari situasi demikian, pemerintah kemudian beralih ke pola kebijaksanaan yang menitikberatkan pengembangan industri-industri yang menjalankan atau dimiliki oleh pemerintah Dumairy, (2004). 12

Sesudah tahun 1957 sektor industri mengalami stagnasi dan perekonomiaan mengalami masa teduh. Sepanjang tahun 1960-an, sektor industri praktis tidak berkembang. Selain akibat situasi politik yang selalu bergejolak, juga disebabkan karena kelangkaan modal dan tenaga ahli serta terampil. Aliran modal yang masuk mayoritas dari negara-negara sosialis dalam bentuk pinjaman. Pada masa itu perekonomian benar-benar dalam keadaan sulit akibat inflasi yang parah dan berkepanjangan, menurunnya produk domestik bruto, kecilnya peran sektor industri (hanya sekitar 10% dari PDB) dan tingginya angka pengangguran. Keadaan ini terwariskan ke pemerintahan orde baru, yang kemudian berusaha mengubah pola Pemberlakuan dua undang-undang baru dalam bidang penanaman modal, yakni tahun 1967 untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan tahun 1968 untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ternyata mampu membangkitkan kembali gairah sektor industri. Sebagian besar penanaman modal baru baik PMDN maupun PMA tercurah ke sektor industri. Industriindustri baru bertumbuhan, utamanya jenis-jenis industri substitusi impor. Mulai tahun 1978 sumbangan sektor industri dalam membentuk PDB kembali mencapai angka 10 persen. Sektor industri ini terus meningkat sepanjang Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I Dumairy, (2004). kebijaksanaan ekonomi yang demikian kompleks dengan antara lain mengundang investor asing untuk menanam modal. 13

Menurut Partomo, (2008) dalam arti luas industri adalah semua kegiatan manusia yang bersifat produktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berbentuk barang dan jasa, dengan jalan mentransformasikan faktor-faktor produksi untuk mendapatkan nilai tambah (added value) yang lebih tinggi. Industri menurut Dumairy, (2004) merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat mesinal. Barang konsumsi ialah yaitu barang yang dipakai secara langsung atau tidak langsung oleh konsumen untuk keperluan pribadi atau rumah tangga yang bersifat sekali habis atau barang yang dibeli untuk konsumsi akhir. Barang konsumsi (consumer s goods) merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut. Industri barang konsumsi merupakan suatu cabang perusahaan manufaktur yang mempunyai peran aktif dalam pasar modal di Indonesia. 2.2 Lingkup dan Bidang Usaha Pada umumnya barang konsumsi dibedakan menjadi 4 (empat) jenis yaitu Kotler (2002) : 1. Convenience goods (barang sehari-hari) merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contoh : beras, rokok dan lain-lain. 14

2. Shopping goods (barang toko) yaitu barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contoh : alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan lainnya. 3. Specialty goods (barang khusus) yaitu barang-barang yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contoh : barang-barang limited edition. 4. Unsought goods (barang yang tidak dicari) merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contoh : asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah makam dan sebagainya. Klasifikasi industri barang konsumsi (consumer goods) menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari 5 (lima)subsektor yaitu : 1. Subsektor Makanan dan Minuman (Food and Beverages). 2. Subsektor Rokok (Tobacco). 3. Subsektor Farmasi (Pharmaceuticals). 4. Subsektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga (Cosmetics and Household). 5. Subsektor Peralatan Rumah Tangga (Houseware). 15

2.3 Tantangan Bisnis Barang Konsumsi Tantangan bisnis industri barang konsumsi menurut Stern dan El Anshary (1982) antara lain : 1. Persaingan yang semakin kompetitif terutama dengan bertambahnya para pesaing baik lokal maupun internasional yang ingin memanfaatkan potensi pasar yang besar di Indonesia. 2. Konsumen yang semakin kritis seiring meningkatnya daya beli. Peluang konsumen dalam memilih dan berpindah produk, semakin tinggi. Apalagi dengan disposable income yang semakin tinggi, menyebabkan semakin beragamnya produk pilihan untuk dikonsumsi. 3. Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk consumer goods masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. 4. Pelemahan atau depresiasi nilai tukar rupiah cukup memberi kekhawatiran terhadap industri barang konsumsi seperti industri farmasi yang sangat sensitif dengan pelemahan rupiah karena sekitar 90%-95% bahan bakunya merupakan produk impor. 5. Penetapan suku bunga Bank Indonesia dan kebijakan perbankan lainnya yang berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat yang selama ini ikut mengendalikan pergerakan kinerja emiten consumer goods. Hal itu juga berpengaruh pada perusahaan yang mengandalkan pembiayaan melalui perbankan. 16

2.4 Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting dalam proses bisnis industri barang kosumsi adalah memilih secara tepat saluran yang akan digunakan dalam rangka usaha penyaluran barang-barang dari produsen ke konsumen. Saluran distribusi adalah lembaga-lembaga distributor / lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan / menyampaikan barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Distributor / penyalur ini bekerja secara aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti barang-barang tersebut dapat dibeli oleh konsumen. Jadi yang disebut distributor/penyalur misalnya adalah agen, grosir, retailer, dan sebagainya. Saluran distribusi industri barang konsumsi menggunakan distribusi tunggal melalui pasar modern. Saluran distribusi untuk barang menurut konsumsi Stern dan El Anshary (1982) yaitu : 1. Produsen Konsumen Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. 2. Produsen Pengecer Konsumen Dalam saluran distribusi ini produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini pengecer yang menyampaikan peroduknya ke konsumen, di mana pengecer langsung membeli 17

produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kembali kepada konsumen. 3. Produsen Pedagang besar Pengecer Konsumen Jenis saluran distribusi ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja. Kemudian pada pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer dan meneruskannya ke tangan konsumen. Jadi di sini produsen hanya berhubungan dengan pedagang besar. 4. Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Jenis saluran distribusi lainnya yang sering dipakai para produsen adalah dengan melibatkan agen di dalamnya. Di sini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ke tangan konsumen. Saluran distribusi ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama. 5. Produsen Agen Pengecer Konsumen Dalam saluran distribusi ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjualnya kepada konsumen. Pada dasarnya saluran distribusi yang dipakai baik itu agen maupun pengecer tujuannya dalah untuk mendapatkan keuntungan dengan 18

sasaran konsumennya. Agen di sini bertugas mempertemukan pembeli dengan penjual.agen tidak mengambil alih pemilikan dari barang tersebut. 19