Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1. All About Remaja

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

1. Pendahuluan A. UU 52 tahun Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidi

KUESIONER PENELITIAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. beralamat di Jalan Kapten Pierre Tendean No. 19, Wirobrajan, Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

: THERESYA GATRA STERI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

perubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I. Seks dan Problematikanya. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

Transkripsi:

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah Oleh: Drs. Agus Supardi, Yusran Fauzi S.Si, M.Kes, Chandra, S.Sos HO mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan batasan usia 10-24 tahun. Dalam hal kesehatan, remaja adalah penduduk ber usia 15 24 tahun. Masa remaja merupakan masa penuh permasalahan. Masa remaja juga merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress), Stanley Hall Pendapat lain menyatakan bahwa pada masa remaja terjadi krisis identitas atau pencarian identitas diri yang meliputi identity diffusion/confusion, moratorium, foreclosure dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1998). Hasil proyeksi penduduk Bengkulu berdasarkan SUPAS 2005 menunjukkan bahwa jumlah remaja di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 adalah 686.998 jiwa atau 40,1% dari 1.713.393 jumlah sementara penduduk Provinsi Bengkulu menurut hasil Sensus Penduduk 2010. Setiap orang dijamin haknya untuk dapat memiliki kemampuan dan kebebasan untuk bereproduksi sesuai dengan yang diinginkan. Sistem, fungsi dan proses reproduksi mencapai kondisi sejahtera secara fisik, mental dan sosial manakala didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap kesehatan reproduksi Akil balig adalah masa dimana organ dan sistem reproduksi manusia telah berfungsi. Masa ini ditandai oleh perubahan fisik dan nonfisik. Perubahan fisik antara lain meliputi tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, otot membesar, suara membesar, pinggul dan payudara membesar. Perubahan nonfisik biasanya ditandai oleh menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada lakilaki. Matangnya organ seksual akan mengakibatkan munculnya dorongan seksual. Masalahnya bagaimana mengendalikan dorongan seksual bila pengetahuan tentang kesehatan reproduksi rendah? Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu tingkat pengetahuan cirri-ciri akil balig pada laki-laki lebih rendah pada remaja pria dibandingkan pada remaja wanita..persentase yang tidak tahu tanda akil balig lebih tinggi pada remaja laki-laki daripada pada remaja perempuan. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 1

Tabel 1. Tanda Akil Baliq pada Laki-laki. Wanita Pria Fisik 14,5 35,1 Mimpi basah 26,2 16,9 Lainnya 41,1 12,0 Tidak tahu 18,2 36,0 Pengetahuan remaja terhadap ciri-ciri akil balig masih terbatas pada perubahan fisik. Ciri nonfisik, seperti menstruasi dan mimpi basah, belum banyak diketahui, terutama di kalangan remaja laki-laki. Pengetahuan tentang menstruasi pada remaja perempuan, namun masih rendah pada remaja laki-laki. Remaja laki-laki yang mengetahui mimpi basah sekitar 17% persen, sedangkan yang merasa tidak tahu perubahan tanda akil balig sekitar 36%. Remaja perempuan yang mengetahui mimpi basah sekitar 26% dan 18% menyatakan tidak tahu tanda akil balig. Remaja yang mengetahui hanya sebatas ciri-ciri fisik pada akil balig laki-laki sebesar 35% untuk remaja laki-laki dan 15% untuk remaja perempuan. Pengetahuan remaja wanita tentang perubahan akil balik fisik laki-laki tertinggi untuk perubahan suara (58%), sedangkan pada remaja pria angka ini sebesar 27%. Tabel 2. Pengetahuan Remaja Wanita dan Pria tentang Perubahan akil baliq Ciri-ciri Wanita Pria Fisik 57,5 46,4 Menstruasi 6,5 1,3 Lainnya 31,4 5,3 Tidak tahu 4,6 47,0 Menstruasi menjadi ciri berfungsinya sistem reproduksi pada wanita. Persentase yang mengetahui menstruasi hanya satu persen pada remaja laki-laki dan hanya 6,5% pada remaja perempuan. Pengetahuan terhadap menstruasi semakin meningkat seiring dengan peningkatan umur remaja perempuan terutama karena karena remaja perempuan sudah pernah mengalami menstruasi. Menurut hasil SKRRI 2007, di Bengkulu sebesar 29% dari remaja pria mendapatkan mimpi basah pertama kali pada umur 15 tahun dan 17,5% pada umur 14 tahun. Pada remaja wanita persentase mendapatkan haid pertama kali tertinggi pada umur 13 (29%(, disusul dengan umur 14 tahun (25%). Penyediaan informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja di Provinsi Bengkulu memang masih sangat terbatas. Selama Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 2

ini informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja masih terbatas berasal dari teman sebaya. Akan tetapi, informasi yang diterima remaja dari teman sebaya belum tentu benar dan tepat. Persentase remaja wanita yang memperoleh informasi tandatanda akil balig dari buku/majalah/surat kabar media cukup tinggi (13%). Sementara itu, angka ini hanya tiga persen pada remaja pria. Keluarga dan guru serta petugas kesehatan seharusnya berperan sebagai penyaring informasi reproduksi yang belum maksimal. Menurut hasil SKRRI 2007 di Provinsi Bengkulu sumber informasi tentang perubahan fisik akil balig utama adalah kawan bagi remaja pria (39%) dan guru bagi remaja wanita (48%). Guru merupakan sumber informasi utama kedua tentang tanda-tanda akil balig bagi remaja pria (27%), sedangkan bagi remaja wanita kawan adalah sumber informasi utama kedua (48%). Remaja wanita lebih terbuka kepada ibu untuk membahas masalah perubahan fisik akil balig. Sebesar 38 persen remaja wanita mendapat informasi tanda-tanda akilbalig dari ibu, sementara angka ini kurang dari satu persen di kalangan remaja pria. Sementara itu, Tabel 3. Sumber Pengetahuan remaja tentang baliq. Wanita Pria Kawan 47,9 38,5 Ibu 38 0,7 Ayah 3,5 1,2 Saudara Kandung 13 0,8 Kerabat 4,4 7,1 Guru 48,8 27 Petugas Kesehatan 0,6 2,8 Pemimpin Agama 0,4 0,7 Televisi 7,2 2,4 Radio 1,3 0,6 Buku/majalah/surat kabar 12,8 3 tanda-tanda akil ayah sebagai orang tua bukan sumber informasi utama dalam keluarga untuk membahas masalah perubahan fisik remaja. Remaja wanita yang melakukan komunikasi dengan ayah tanda-tanda akil balig dengan ayah hanya hanya 3,5% dan pada remaja pria angka ini hanya 1,2%. Teman diskusi tanda-tanda akil balig akan menentukan perilaku reproduksi seseorang. Di Bengkulu, 33% dari remaja pria pernah mendiskusikan mengenai mimpi basah dengan teman, 64% tidak pernah mendiskusikan masalah mimpi basah dan hanya 0,8 persen pernah mendiskusikan hal ini dengan ayah. Remaja pria tidak Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 3

pernah mendiskusikan mimpi basah dengan ibu atau tenaga kesehatan, namur 7% mendiskusikannya dengan guru. Pada remaja wanita, 69% mendiskusikan tentang haid dengan ibu, disusul dengan teman (26%), hanya 0,4 persen yang mendiskusikan hal ini dengan guru dan 19% tidak mendiskuikannya dengan seseorang. Rendahnya pengetahuan tentang dan sikap terhadap reproduksi akan berdampak pada perilaku seksual pranikah. Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis dan sosial. bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama. Hasil SKRRI tahun 2007 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu remaja pria lebih setuju hubungan seksual sebelum menikah daripada remaja wanita. 0,7% dari responden remaja wanita setuju bahwa wanita melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan angka ini 1,4% untuk remaja pria 1,4. Selain itu, 4,1% dari responden remaja pria menyatakan setuju wanita melakukan hubungan seksual dan 9,0% menyatakan setuju pria melakukan hubungan seksual. Alasan utamanya adalah karena menyukai hubungan seksual (76%) dan karena merencanakan akan menikah (74%). Pandangan sebagian remaja yang setuju melakukan hubungan seksual pranikah menyebabkan sebagian remaja di Provinsi Bengkulu telah melakukan hubungan seksual pranikah. Gambar 1. Pandangan Remaja tentang Hubungan Seksual Pranikah Pada remaja wanita 0,4 persen telah melakukan hubungan seksual pranikah saat berumur kurang dari 15 tahun. Sementara itu, Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 4

di wilayah perdesaan 0,5 persen dari remaja wanita sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 0,6 persen dari remaja wanita yang tidak tamat SMTA sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah. Persentase remaja pria yang telah melakukan hubungan seksual pranikah jauh lebih tinggi (20,4%). Sebesar 1,9% melakukannya pada saat berumur kurang dari 15 tahun dan 3,5% melakukannya pada umur 20 tahun atau lebih. Remaja pria di perkotaan yang telah melakukan hubungan seksual pranikah cukup tinggi (25%), sedangkan di perdesaan angka ini sebesar tiga persen. Persentase remaja pria yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah tertinggi pada mereka yang tamat SMTA atau lebih (17%), disusul dengan pada mereka yang tidak tamat SMTA (9%), tamat SD (2,5%) persen dan tidak sekolah/tidak tamat SD (2,2%). Alasan utama melakukan hubungan seksual pranikah yang disampaikan adalah karena terjadi begitu saja (40,8%), disusul dengan penasaran ingin tahu (28%), pengaruh teman (6,2%) serta alasan lainnya (25%) Gambar 2. Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual Pertama Kali. Rekomendasi 1. Meningkatkan sosialisasi kesehatan reproduksi melalui sekolah. Sekolah merupakan institusi yang tepat untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi karena guru merupakan sosok yang tepat dalam menerangkan masalah reproduksi yang sehat. 2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada keluarga yang mempunyai anak remaja melalui revitalisasi kelompok Bina Keluarga Remaja dan PIK Remaja. 3. Menguatkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat pada tingkat RT, desa/kelurahan dan institusi lainnya tentang arti penting kesehatan reproduksi remaja dan penangananya. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 5

4. Meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja perdesaan melalui kegiatan ekonomi produksi/kesempatan kerja. 5. Penyebaran informasi tentang kesehatan reproduksi remaja selain melalui PIK Remaja, Risma, Karang Taruna juga kelompok remaja rentan (kelompok gang motor, punk dll) dibawah bimbingan institusi terkait (Pemda, Bidan Desa, LSM). 6. Memasukkan materi kesehatan reproduksi dalam kurikulum sekolah sejak dini (SD) tanpa mengganggu kurikulum yang sudah ada. 7. Meningkatkan baik kuantitas dan kualitas konselor sebaya dan peer group. Referensi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia, 2007 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Provinsi Bengkulu, 2007. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah 6