TINJAUAN PUSTAKA. Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

E U C A L Y P T U S A.

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda merupakan tanaman herba aquatic yang termasuk dalam keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma

TINJAUAN PUSTAKA. Nama botani dari Eucalyptus grandis adalah E. grandis Hill ex Maiden. E.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

I. PENDAHULUAN. sumber kalori yang relatif murah. Kebutuhan akan gula meningkat seiring dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Eucalyptus spp. Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum, rose gum. Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermathopyta : Angiospermae : Dikotyledon : Myrtales : Myrtaceae : Eucalyptus Spesies : Eucalyptus grandis (Ayensu, 1980). Gambar 1. Pohon ekaliptus (: Eucalyptus grandis)

Eucalyptus spp. termasuk famili Myrtaceae, terdiri dari kurang lebih 700 jenis. Jenis Eucalyptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Pohon pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan bagian ujungnya runcing membentuk kait. Pada pohon yang masih muda letak daunya berhadapan bentuk dan ukurannya sering berbeda dan lebih besar daripada pohon tua. Pada umur tua, letak daun berselang-seling. Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat, merah, sawo matang sampai coklat (Irwanto, 2007). Penyebaran Eucalyptus spp. Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat daya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenisjenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora. Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum 290 di pegunungan (Latifah, 2004). Syarat Tumbuh Eucalyptus spp. Jenis-jenis Eucalyptus terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanahtanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20-32 C (Irwanto, 2007). Biologi Gulma Gulma adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang

memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian. Tumbuhan yang biasa menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu: pertumbuhanya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif maupun kedua-duanya, alat perkembangbiakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang dan bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan (Nasution, 1986). Gulma berkembang biak secara generatif (biji) maupun vegetatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapt menghasilkan 40.000 biji dalam satu musim, misalnya jajagoan (Echinochloa crusgalli). Gulma tahunan lebih efisien perkembangbiakanya dari gulma semusim, karena gulma ini dapat tumbuh dengan biji atatu hanya secara vegetatif. Contoh teki dan alang-alang, kedua spesies gulma ini produksi bijinya tidak banyak, tetapi dapat tumbuh cepat melalui umbi dan rhizona (Sukman dan Yakup, 2002). Klasifikasi atau penggolongan gulma diperlukan untuk memudahkan dalam mengenali atau mengidentifikasi gulma. Penggolongan gulma menurut kesamaan responya terhadap herbisida paling banyak digunakan bila dikaitkan dengan pengendalian gulma. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila dikenai suatu herbisida. Pada kenyataanya di lapangan, gulma dari spesies yang samapun memberikan respon yang berbeda terhadap herbisida tertentu (Sembodo, 2010).

Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian, pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi, klasifikasi taksonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Berdasarkan daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma tahunan (perennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yang terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma sawah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan. Berdasarkan tanggapan pada herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma rumputan (grasses), dan gulma teki (sedges) (Fadhly dan Tabri, 2008). Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma mempunyai perakaran serabut bagi gulma berdaun sempit (monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil). Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai pertanda kuatnya saingan bersaing dengan tanaman yang ada di sekitarnya (Moenandir, 1993).

Gulma Sebagai Pengganggu Tanaman Secara umum, faktor-faktor fisiologi yang berpengaruh dalam efek persaingan suatu gulma adalah: saat perkecambahan, luasnya area fotosintesis pada awal pertumbuhan, tingkat asimilasi netto, tingkat produksi daun susunan daun, sistem perakaran yang cepat dibentuk, luasnya penguasaan sistem perakaran, letak sistem perakaran, tingkat pengambilan unsur hara, air dan nitrogen, toleransi terhadap kekeringan, efisiensi penggunaan mineral, dan zat alelopati (Nasution, 1986). Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Clement et al. (1929) mengutarakan bahwa kompetisi adalah proses fisika murni. Persaingan timbul dari reaksi 3 tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan itu berkurang maka persaingan akan timbul (Triharso, 2004). Persaingan untuk nutrisi yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma, nampaknya sulit diinterpretasikan secara teliti sebab pengaruh pemupukan dalam suatu pertanaman budidaya akan selalu ada dan adanya mikro organisme. Dalam tanah yang kaya nutrisi kehilangan hasil akibat adanya gulma cukup tinggi. Gulma pada hakikatnya juga membutuhkan nutrisi yang banyak, dan penyerapan pupuk bila ada juga lebih cepat. Persaingan untuk nutrisi, antara tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia

bagi keduanya, dan tergantung pula pada kemampuan ke dua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut (Moenandir, 1993). Kompetisi gulma-tanaman pada sistem produksi tanaman dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya, seperti air, cahaya, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh. Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung. Kompetisi tidak langsung terjadi melalui proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan tumbuhan yang berada di dekatnya. Beberapa faktor yang menentukan derajat atau tingkat kompetisi antara gulma dengan tanaman adalah jenis, kerapatan, distribusi, waktu kehadiran gulma, kultur teknis yang diterapkan dan allelopati (Sembodo, 2010). Kelembaban atau kerapatan populasi gulma menentukan persaingan dan makin besar pula penurunan produksi tanaman. Gulma yang muncul atau berkembang lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Sukman dan Yakup, 2002). Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, ruang dan lainya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus menerus dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian

seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993). Alelopati diartikan sebagai pengaruh negatif satu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainya. Terdapat dua jenis alelopati yang terdapat di alam yaitu (1) alelopati yang sebenarnya dan (2) alelopati yang fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa beracun aslinya yang dihasilkan. Sedangkan alelopati yang fungsional ialah pelepasan senyawa kimia oleh tumbuh-tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan mikroba tanah (Sastroutomo, 1990). Pengendalian Gulma Metode pengendalian gulma berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena komunitas gulma lebih beragam, merugikan tanaman sejak awal sampai panen, gulma berasosiasi dengan hama, patogen dan musuh alami, serta gulma tumbuh berasosiasi dengan tanaman. Oleh sebab itu pengendalian gulma bertujuan untuk: (1) membentuk gulma yang kaya spesies tetapi miskin populasi sehingga pengendalian cara mekanis maupun dengan cara pergiliran tanaman lebih mudah, dan (2) eradikasi total diarahkan pada gulma jahat. Memfasilitasi adanya interaksi antara faktor biologi, faktor lingkungan, dan cara pengendalian sedemikian rupa agar lingkungan tumbuh lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan pertumbuhan gulma (Pane dan Jatmiko, 2002).

Pengendalian gulma dilakukan bila gulma tersebut sudah memasuki periode kritis dan harus diberantas. Ada enam metode pengendalian gulma yaitu: (1) preventif atau pencegahan yang bertujuan mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma agar pengendalian dapat dikurangi atau ditiadakan, (2) mekanik/fisik dilakukan secara manual atau menggunakan alat bantu, (3) kultur teknik bertujuan untuk memanipulasi lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan, (4) biologi (hayati) bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga dan mikroba, (5) kimia dengan menggunakan herbisida, dan (7)terpadu dengan cara menggabungkan beberapa metode pengendalian gulma sehingga secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan (Sembodo, 2010). Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia (herbisida) untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan gulma. Selain herbisida membunuh gulma, juga dapat membunuh organisme lain, sehingga penggunaanya harus selektif dan menjadi alternatif terakhir. Keuntungan penggunaan herbisida antara lain hasilnya cepat terlihat, biaya aplikasi pada lahan yang luas murah, waktu aplikasinya singkat dan cepat serta tenaga kerja (aplikator) yang dibutuhkan relatif sedikit (Rukmana dan Saputra, 1999). Pencampuran herbisida telah digunakan untuk meningkatkan spektrum pengendalian gulma yang lebih tinggi ketika masing-masing herbisida diaplikasikan sendiri. Pencampuran herbisida menghasilkan tiga bentuk interaksi yaitu antagonist, sinergist, dan additive. Jika respon yang diamati lebih besar dari respon yang diharapkan, maka interaksi tersebut adalah sinergis. Jika respon yang diamati lebih kecil dari respon yang diharapkan, maka interaksi tersebut adalah

antagonist. Jika respon yang diamati tidak berbeda dengan respon yang diharapkan, maka interaksi tersebut adalah additive (Flint and Barret, 1989). Glifosat termasuk herbisida purna tumbuh yang berspektrum luas dan sangat efektif untuk mengendalikan rumput tahunan, gulma berdaun lebar dan gulma yang memiliki perakaran dalam (Sutikno, 1992; Sumintapura, 1980). Dari hasil penelitian girsang menunjukkan bahwa Isopropilamina glifosat efektif mengendalikan gulma Kretekan (Cyrtococcum acrescens) dan Alang-alang (Imperata cylindrica), tetapi tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis Nephrolepis biserrata (Paku-pakuan) pada karet umur 2 tahun. Cara kerja herbisida Isopropilamina glifosat bersifat sistemik, sehingga dapat mematikan seluruh bagian gulma termasuk akar dan bagian vegetatif di dalam tanah. Hal ini terjadi, karena partikel herbisida yang bersifat racun ditranslokasikan dari daun sampai ke bagian akar di dalam tanah. Kelemahan pestisida ini adalah tidak bersifat selektif sehingga bila terkena dapat mematikan tanaman utama. Penelitian Nurjanah (2002), menyatakan bahwa dari hasil analisis gulma sebelum aplikasi herbisida glifosat dijumpai 12 spesies gulma, 7 jenis berdaun sempit, 3 jenis berdaun lebar dan 2 jenis teki. Berdasarkan nilai SDR diketahui bahwa 3 jenis gulma yang dominan adalah Digitaria cillaris, Isohaeu t.morensis dan Fimbristylis littolaris. Terjadi pergeseran vegetasi gulma setelah penyemprotan herbisida.