IV. GAMBARAN UMUM PROGRAM KUBE SUKAMAKUR KELURAHAN MAHARATU

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PAD1 DAN PERLUASAN AREAL TANAM DAN PENGEMBANGAN UBI KAYU (P3PATPU) DI LONG MIDANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB V GAMBARAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SUMBAWA BARAT

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Transkripsi:

36 IV. GAMBARAN UMUM PROGRAM KUBE SUKAMAKUR KELURAHAN MAHARATU 4.1. Gambaran Umum Pemberdayaan Keluarga Miskin Dinas Sosial Provinsi Riau Kompleksitas masalah fakir miskin, jika tidak ditangani secara serius dalam bentuk jaminan sosial, rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan sosial maka dampak sosial yang akan terjadi yaitu kerawanan sosial, tindak kejahatan dan dapat menjadi pemicu terjadinya disintegrasi sosial yang pada akhirnya menjadi beban sosial masyakat dan pemerintah, serta membutuhkan biaya pembangunan yang lebih besar dan secara potensial akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut pelayanan kesejahteraan sosial bagi keluarga miskin ditujukan untuk meningkatkan fungsi sosial bagi fakir miskin agar aksesibitas terhadap pelayanan sosial dasar (lapangan kerja, perumahan, pangan, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, air bersih) dapat diperoleh atau ditingkatkan, sehingga kualitas hidup dan kesejahteraannya dapat semakin meningkat. Bantuan-bantuan sosial yang akan diberikan kepada fakir miskin bersifat mendidik, dan harus dikembangkan secara sistematis untuk memandirikan masyarakat miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosialnya, melalui pendekatan yang bersifat individu/keluarga (familiy approach), pendekatan kelompok (group work approach) dan pengembangan masyarakat (community development approach). Pendekatan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang telah menjadi identitas Departemen Sosial dalam penanggulangan kemiskinan perlu secara terus menerus dijalankan dan dikembangkan. Strategi yang digunakan pada program pemberdayaan keluarga miskin yang digunakan oleh Dinas Sosial Provinsi Riau mengacu kepada pedoman umum program pemberdayaan fakir miskin yaitu : 1. Partisipasi Sosial Partispasi sosial mengandung makna keterlibatan seluruh sasaran pemberdayaan fakir miskin dan masyarakat dalam setiap proses

37 pemberdayaan fakir miskin. Partisipasi sosial dilakukan dengan menyediakan informasi program, menumbuhkan pemahaman dan kesadaran terhadap permasalahan kemiskinan, melakukan dialog, menemukan alternatif pemecahan masalah, melaksanakan aksi dan evaluasi bersama. 2. Pengembangan Budaya Kewirausahaan Pengembangan budaya kewirausahaan mengandung makna tumbuh dan berkembangnya sikap mental fakir miskin untuk mau belajar dan melakukan usaha ekonomi produktif berdasarkan potensi dan kreativitas yang dimiliki. Pengembangan budaya kewirausahaan dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan sosial, motivasi, pelatihan kewirausahaan, maganf kerja, pendampingan usaha dan akses terhadap sumber-sumber kesejahteraan sosial. 3. Pengembangan Budaya Menabung Pengembangan budaya menabung mengandung makna tumbuhnya pengertian, sikap mental dan kebiasaan fakir miskin untuk menyisihkan dan menyimpan sebahagian dari pendapatannya untuk kebutuhan peningkatan kualitas atau menjamin terpeliharanya kesejahteraan sosial dimasa yang akan datang. Pengembangan usaha menabung dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan/pelatihan perencanaan dan pengelolaan keuangan, pengenalan sistem Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan perbankan, memberi insentif untuk meningkatkan jumlah tabungannya, dan membantu memelihara tabungannya untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Kemitraan Sosial Kemitraan sosial mengandung makna terjalinnya kerjasama dengan berbagai pihak (dunia usaha, LSM/Orsos, perguruan tinggi, kalangan perbankan dan masyarakat umumnya) dalam pemberdayaan fakir miskin dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, saling percaya, menghargai dan kemanfaatan timbal balik antara pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan dapat dilaksanakan melalui pembentukan dan penguatan jaringan kerja, asosiasi, konsorsium, ikatan kerjasama/mou dan aksi bersama. 5. Advokasi Sosial Advokasi sosial mengandung makna adanya upaya memberikan pendampingan sosial, perlindungan sosial dan pembelaan terhadap hak-hak

38 dasar fakir miskin yang dilanggar olah pihak lain agar dapat mendapatkan haknya kembali, terutama akses terhadap pelayanan sosial dasar, peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraannya. Advokasi sosial dilaksanakan melalui pelibatan fakir miskin dalam perumusan berbagai kebijakan, audiensi, dialog publik, kampanye dan aksi sosial. 6. Penguatan Kapasitas SDM dan Kelembagaan Penguatan kapasitas SDM dan kelembagaa mengandung makna peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku program, termasuk aparatur pemerintah di tingkat pusat maupun daerah, pendamping, masyarakat/ organisasi sosial/ dunia usaha serta penerimaan pelayanan dalam pemberdayaan fakir miskin. Penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan dilaksanakakn melalui pendidikan, pelatihan, studi lapang, studi banding, magang, pendampingan, pengkajian, penelitian dan pengembangan. 7. Aktualisasi Nilai-nilai Spiritualitas dan Kearifan Lokal Aktualisasi nilai-nilai spiritualitas dan kearifan lokal mengandung makna diimplementasikannya nilai-nilai keagamaan dan norma-norma adat setempat dalam pemberdayaan keluarga fakir miskin. Aktualisasi nilai-nilai spiritualitas dan kearifan lokal dilaksanakan melalui kegiatan pengkajian bimbingan dan mengimplementasikan nilai-nilai spritual maupun normanorma adat. Pembentukan dan pengembangan KUBE pada program pemberdayaan keluarga miskin direncanakan dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan; Kegiatan pada tahap persiapan terdiri dari orientasi dan observasi, identifikasi, perencanaan program pelaksanaan,penyuluhan social umum, bimbingan sosial, bimbingan motivasi, dan evaluasi persiapan (oleh aparat desa, petugas pendamping, Pembina fungsional ) 2. Tahap Pelaksanaan; Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi seleksi calon Keluarga binaan Sosial (KBS), pembentukan pra-kelompok dan kelompok. pemilihan/penentuan jenis usaha, pelatihan pendamping, pelatihan keterampilan anggota KUBE, pemberian bantuan makanan atau santunan/ jaminan hidup, bantuan stimulant, pendampingan dan evaluasi (oleh aparat

39 desa, petugas pendamping, pembina dan instansi terkait). 3. Tahap Pengembanga Usaha; Kegiatan pada tahap pengembangan usaha meliputi bimbingan pengembang usaha, pemberian bantuan pengembangan usaha, pendampingan dan evaluasi (oleh petugas pendamping, petugas Pembina fungsional ). 4. Tahap Kemitraan Usaha; Kegiatan pada tahap ini meliput inventarisasi sumber sumber yang ada (sumber daya alam, sumber daya konomis, sumber daya sosial, dan sumberdaya manusia), membuat kesepakatankesepakatan pelaksanaan kemitraan usaha,bimbingan kemitraan usaha, perluasan jaringan kemitraan usaha, dan evaluasi (oleh petugas pendamping, petugas Pembina fungsional ) 5. Tahap Monitoring dan Evaluasi; kegiatan pada tahap ini meliputi pengendalian dan monitoring proses pelaksanaan yang sedang berjalan serta evaluasi terhadap keberhasilan yang sudah dicapai (oleh petugas pendamping, petugas Pembina fungsional ). Secara ringkas tahapan pembentukan dan pengembangan KUBE dilihat pada gambar 2. Persiapan Perlaksanaan Pengb. Usaha Kemitraan Monev Orientasi dan observasi Registrasi dan identivikasi Perencanaan Program pelaksanaan Penyuluhan sosial umum Bibingan pengenalan masalah Bimbingan motivasi Evaluasi persiapan Seleksi Calon KBS Pembentukan Pra Klp dan Kelompok Penentuan jenis usaha Pel. Pendamping Pel. keterampilan anggota KUBE Pemberian Jaminan Hidup Bantuan Stimulant permodalan Pendampingan Evaluasi Bimbingan pengembanga usaha Pemberian bantuan pengembangan usaha Pendsampingan Evaluasi Inventarisasi sumber (SDA,SDE,SDS dan SDM) membuat kesepakatan Pelaksanaan kemitraan usaha Bimbingan kemitraan usaha Perluasan jaringan kemitraan usaha Evaluasi Supervisi Monitoring Evaluasi Pelaporan Oleh : Aparat Desa, pendamping, Pembina fungsional, instansi Terkait Oleh : Aparat Desa, pendamping, Pembina fungsional, instansi Terkait Oleh : Aparat Desa, pendamping, Pembina fungsional, instansi Terkait Oleh : pendamping, Pembina fungsional, Oleh : pendamping, Pembina fungsional, 7 bulan 2 bulan Gambar 2. Skema Pembentukan dan Pengembangan KUBE

40 4.1.1. Kebijakan dan Perencanaan Sosial Adapun arah yang ingin dicapai Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah untuk mempercepat penghapusan kemiskinan melalui: 1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok; 2. Peningkatan pendapatan; 3. Pengembangan usaha; 4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para anggota KUBE dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian pembentukan KUBE ditujukan untuk meningkatkan kemampuan bagi PMKS (keluarga miskin) dalam berwirausaha dan meningkatkan rasa gotong - royong baik di antara anggota maupun dengan masyarakat di sekitarnya. Melalui KUBE mereka dapat saling menopang dalam melaksanakan usaha. Masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi dapat ditanggulangi secara bersama-sama. Dengan demikian program Kesejahteraan Sosial KUBE ini sekaligus dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial keluarga binaan sosial khususnya keluarga miskin. KUBE sebagai media pemberdayaan keluarga miskin dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, dengan kata lain keberhasilan KUBE secara umum tercermin dengan meningkatnya taraf kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, ke depan direncanakan bahwa dalam usaha usaha kebun sayur tersebut akan ditingkatkan dengan membentuk sebuah Koperasi di mana anggotanya adalah anggota kelompok KUBE dan para pekerja upahan tersebut. Di samping itu dalam upaya peningkatan penghasilan akan dikembangkan juga peternakan dan perikanan dengan memanfaatkan bekas galian tanah yang diambil sebagai bahan usaha kebun sayur tersebut dijadikan kolam dan di atasnya akan dibuat kandang untuk peternakan ayam. Hai ini telah disepakati bersama oleh para anggota kelompok tersebut.

41 4.2. Gambaran Program KUBE dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan (KUBE Suka Makmur Kelurahan Maharatu) Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Suka Makmur dibentuk sebagai upaya pengentasan kemiskinan anggotanya, khususnya masyarakat tani yang berada di Kelurahan Maharatu dan secara umum tempat usaha taninya berada disepanjang Jalan Kertama Pekanbaru. Secara umum masyarakat miskin yang ada dikelurahan maharatu merupakan petani kebun sayur dan merupakan penduduk pendatang, baik yang berasal dari pedesaan yang berada di kabupaten-kabupaten di Provnsi Riau, maupun yang berasal dari luar Provinsi Riau. Kemiskinan yang merupakan salah satu permasalahan sosial secara umum terjadi pada kota-kota besar,khususnya kota pekanbaru, jika tidak cepat ditangani secara cepat dan tepat akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial baru yang akan semakn sulit dientaskan, apalagi aturan regulasi penduduk ternyata belum mampu memperkecil arus urbanisasi dari desa ke kota. Untuk itu Pemerintah Provinsi Riau melakukan program pengentasan kemiskinan melalui penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat melalui kelompok usaha bersama (KUBE),dimana kegiatan ini juga dilaksanakan di Kelurahan Maharatu. Gambaran perkembangan keluarga miskin tersebut baik kelembagaan kelompok dan anggotanya sebagai berikut : 1. Gambaran umum kegiatan ekonomi keluarga miskin sebelum tergabung dalam KUBE Suka Makmur Keluarga miskin tersebut sebelum menjadi anggota KUBE Suka Makmur, pada umumnya mempunyai pekerjaan yang tidak tetap, seperti menjadi buruh bangunan, buruh harian lepas pada perusahaan kayu, dan sebagaian besar bekerja apa adanya saja dan tanpa adanya keahlian khusus dalam bekerja. Hal ini terjadi disebabkan Sumber daya Manusia keluarga miskin tersebut (khususnya kepala keluarga) umumnya rendah, serta rata rata hanya berpendidikan sekolah dasar saja. Kedatangan mereka ke Kota Pekanbaru hanya untuk mencoba mengadu nasib untuk perbaikan ekonomi keluarga saja. Namun demikian dalam kenyataaanya setelah sampai di Kota Pekanbaru justru terjadi keadaan ekonomi semakin buruk, sanitasi lingkungan keluarga juga semakin jelek (rumah yang tidak layak huni dengan tingkat sanitas rendah) dan merupakan rumah dalam

42 skala sementara untuk dijadikan tempat tinggal. Kutipan wawancara dengan BS yang merupakan seorang anggota KUBE Suka Makmur sebagai berikut : Saya dan keluarga sebenarnya berasal dari Kabupaten Rokan Hulu. Sebenarnya kami merupakan warga transmigrasi yang ditempatkan pemerintah di Kabupaten Rokan Hulu. Namun demikian keadaan ekonomi yang belum berkembang di sana membuat saya dan keluarga terpaksa memilih mengadu nasib untuk pidah ke Pekanbaru. Dengan berbekal hasil penjualan rumah dan tanah saya di sana saya dan keluarga pindah ke pekanbaru. Waktu itu dengan uang yang saya punya ternya tidak mampu membeli tanah atau rumah di sini. Untung pada waktu itu di tempat ini banyak tanah kosong pemiliknya mau meminjamkan tanahnya kepada saya untuk dikelola secara gratis, dengan syarat yang sederhana, yaitu tanah yang ada harus dibersihkan dan diusahakan untuk tidak menjadi semak belukar. Namun demikian usaha ini kurang berjalan efektif karena saya juga harus mencari pekerjaan tambahan untuk menghasilkan uang, baik sebagai buruh haraian lepas, tukang dan lain sebagainya, yang penting dapat membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Untung pada saat itu pemerintah membantu dan kami mendirikan KUBE Suka Makmur. Berbekal modal tersebut Alhamdulillah sekarang keadaan ekonomi keluarga saya sudah menggembirakan. Saya sudah mampu membeli kebun sendiri, mampu membengun rumah permanen seperti yang terlihat, serta anak-anak tidak mempunyai permasalahan lagi dalam pendidikannya. Saya sendiri sekarang sudah mempunyai usaha lainnya selain berkebun sayur (usaha dagang dan pembuatan sumur bor) Peningkatan ekonomi keluarga miskin setelah tergabung ke dalam KUBE Suka Makmur dari hasil pengamatan kepada beberapa orang anggota KUBE Suka Makmur, secara umum diketahui bahwa telah terjadi peningkatan taraf hidup yang sangat baik. Semua anggota kelompok telah mampu mengentaskan kemiskinan yang terjadi di keluarganya. Bantuan modal usaha yang diberikan kepada anggota kelompok ternyata cukup untuk memberikan kentungan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan usaha kebun sayur secara berkelanjutan. Bantuan jatah hidup satu kali proses produksi telah mampu membuat anggota kelompok lebih fokus kepada kegiatan usaha kebun sayur. Sehingga pada saat itu semua usaha anggota berhasil mendatangkan keuntungan yang baik dan mampu mengerjakan

43 kegiatan usaha pada musim tanam berikutnya. Dari 23 orang anggota KUBE makmur telah mampu mengolah lahan usaha kebun sayur seluas 8,5 hektar dan telah dianggap berskala ekonomi. Kutipan wawancara dengan JM yang merupakan seorang anggota KUBE Suka Makmur sebagai berikut : Setelah KUBE Suka Makmur terbentuk, kegiatan ekonomi yang selama ini dikerjakan sendiri- sendiri dengan resiko yang ditanggung sendiri, kemudian berubah menjadi kegiatan usaha bersama (walaupun keuntungan dinikmati sendiri). Semua bentuk permasalahan teknis yang dialami anggota kelompok kemudian selalu dibicarakan secara bersama dan dipecahkan bersama, sehingga tingkat kegagalan usaha menjadi sangat kecil. Kegiatan ekonomi anggota kelompok setelah KUBE terbentuk menjadi lebih fokus dan sesuai dengan sumber daya lokal yang ada di sekitar Kelurahan Maharatu yang besar yaitu kebun sayur. Dengan terbentuknya KUBE luas areal pertanaman sayuran yang selama ini tidak berskala eknomi kemudian menjadi berskala ekonomi sehingga secara bertahap terus menerus diperbesar sehingga keuntungan kepada anggota kelompok menjadi besar. Saat ini seluruh anggota telah mempunyai rumah secara pribadi, kendaraan pribadi, lahan usaha milik pribadi serta telah banyak anak anggota kelompok yang kuliah diperguruan tinggi. Saat ini telah banyak anggota kelompok yang mampu menambah kesempatan kerjanya melalui jenis usaha usaha baru tetapi tidak meninggalkan usaha utama (kebun sayur). Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi keluarga miskin setelah KUBE Suka Makmur menjadi lebih fokus kepada usaha pertanian yaitu kebun sayur. Skala usaha anggota kelompok yang dulunya kecil dan tidak mempunyai keuntungan, setelah menjadi Anggota KUBE menjadi berskala ekonomi dan mendatangkan keuntungan dan menyebabkan usaha berkelanjutan,. Disamping itu telah mampu menciptakan peluang usaha baru seperti, pembuatan sumur bor, perdagangan kelontong, sarana produksi pertanian dan lainya. 2. Tahapan Perkembangan Kelembagaan KUBE Suka Makmur Perkembangan Kelembagaan KUBE Suka Makmur dalam perjalanan kelembagaannya dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu:

44 a. Tahap persiapan dan penumbuhan Tahap persiapan dan penumbuhan ini dimulai dari awal pembentukan KUBE Suka Makmur, setelah sosialisasi dilakukan, anggota kelompok mengadakan rapat untuk menyusun kegiatan usaha kelompok dan kemudian diajukan kepada Dinas Sosial Provinsi Riau. Hasil dari pengajuan atau proposal ini kemudian dicairkan dana usaha sebanyak Rp.23.000.000,- yang kemudian dibagikan kepada seluruh anggota untuk dipakai sebagai modal usaha. Selain itu bentuan jatah hidup seperti beras dan lauk pauk juga diberikan. Tahapan ini sukses disebabkan seluruh anggota telah mempunyai kesadaran dalam membayar kewajibannya kepada kelompok (mengembalikan modal usaha berikut jasanya). Pertemuan kelompok juga rutin dilaksanakan sehingga secara teknis pelaksanaan kegiatan usaha hampir tidak pernah menemukan permasalahan yang berarti. Pada tahap ini ditandai dengan mulai terjadinya kepercayaan diri anggota kelompok terhadap usaha yang dikerjakannya. Anggota kelompok juga sudah mulai mengetahui tujuan mereka dalam berkelompok. Walaupun tingkat kehadiran anggota kelompok dalam setiap pertemuan kelompok masih terbilang rendah, akan tetapi informasi mengenai perkembangan kelompok selalu diinformasikan kepada seluruh anggota oleh anggota kelompok yang hadir pada pertemuan kelompok. Kesadaran membayar iuran kelompok dan pinjaman masih kurang, kan tetapi dengan bantuan anggota kelompok yang aktif persoalan ini dapat diselesaikan melalui pendekatan-pendekatan secara personal oleh pengurus KUBE maupun anggota kelompok yang aktif. b. Tahap Pengembangan Pada tahap ini usaha kelompok maupun anggota kelompok KUBE Suka Makmur telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, modal usaha yang pada awalnya sebanyak Rp. 23.000.000 berkembang dengan pesat. Tahap ini terjadi pada tahun kedua dan ke tiga pelaksanaan program. Saat itu modal telah berkembang menjadi lebih dari Rp. 60.000.000 rupiah serta aset bergerak yang dinilai lebih kurang totalnya lebih dari seratus juta rupiah. Saat itu anggota kelompok telah mengerti dan paham mengenai fungsi dan tugas

45 nya, anggota cenderung bertambah, administrasi lengkap, sudah layak, pengurus KUBE mampu menyusun proposal, iuran dan tabungan meningkat, setiap lokasi modal digunakan untuk kegiatan produktif serta yang terpenting adalah semakin bertambahnya omset anggota maupun usaha kelompok. c. Tahap Mandiri Tahap ini terjadi setelah tahap pengembangan selesai dilalui, tahapan mandiri dinilai dan ditetapkan Dinas Sosial Provinsi Riau melalui beberapa kriteria dan ciri ciri yang dilihat secara langsung seperti rapat anggota teratur, kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok lebih kurang 95 persen, AD/ART dijalankan dengan baik, administrasi organisasi dan keuangan lengkap dan tertib (laporan laba rugi), tabungan di Bank meningkat, jenis usaha beragam, pengeluaran efektif, kebutuhan akan kredit meningkat, kelompok dilibatkan dalam kegiatan pembangunan kelurahan, serta telah mulai mampu menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan mikro dan Bank Swasta atau Pemerintah. (khusus kriteria ini KUBE Suka Makmur belum mampu menjalankannya) d. Tahap Kemunduran Kelembagaan KUBE Suka Makmur Setelah KUBE Suka Makmur dianggap mandiri serta pendampingan tidak dilakukan lagi, terjadi kemunduran aktivitas pada kelembagaan KUBE Suka Makmur. Kemunduran aktivitas kelembagaan ini disebabkan disepakatinya pembagian seluruh modal dan asset yang ada secara merata kepada seluruh anggota. Sejak dibagikannya modal dan asset ini pertemuan kelompok otomatis menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali, sehingga secara efektif hanya pengurus KUBE Suka Makmur saja yang ada. Kemunduran aktivitas kelembagaan KUBE ini kemudian memicu meleburnya kelembagaan KUBE kepada institusi sosial masyarakt lainnya yaitu Gabungan Kelompok Tani Karya Makmur yang juga diketuai oleh Ketua KUBE Suka Makmur. Pelaburan ini juga terjadi disebabkan telah berubahnya institusi pembina komunitas dari Dinas Sosial Provinsi Riau kepada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau. Hal ini juga disebabkan usaha anggota kelompok dominan pada bidang hortikultura.

46 4.2.1. Kegiatan KUBE dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat Miskin di Kelurahan Maharatu Program pemberdayaan keluarga miskin melalui pengembangan kelembagaan kelompok usaha bersama (KUBE) di Kelurahan Maharatu diarahkan pada peningkatan pendapatan dan pengembangan kehidupan sosial yang dilaksanakan melalui bantuan stimulan ekonomi produktif melalui KUBE, bertujuan untuk meningkatkan motivasi masyarakat miskin untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber-sumber sosial-ekonomi di tingkat lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak terkait. Kegiatan sosial ekonomi produktif yang di kembangkan di kelurahan maharatu meliputi bidang pertanian dan kegiatan ekonomi lainnya melalui penguatan kelembagaan KUBE. Dikelurahan Maharatu KUBE pertama sekali dibentuk adalah KUBE Suka Makmur dengan jumlah anggota sebanyak 23 orang. Kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat dilakukan dengan memberikan modal usaha yang diberikan kepada kelompok sebanyak Rp. 23.000.000,-. Modal usaha ini kemudian dikelola dalam bentuk usaha simpan pinjam dan kemudian diberikan kepada anggota kelompok sebagai bentuk modal usaha anggota kelompok tani dalam penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk (organik dan organik), obat-obatan (pestisida) maupun benih sayur. Selain itu modal ini juga digunakan kelompok sebagai usaha kios untuk menjual sarana produksi pertanian, baik kepada anggota kelompok maupun masyarakat umum yang membutuhkan. Peminjaman modal usaha ini merupakan kredit skala mikro dengan jasa pengembalian yang rendah yaitu 6 persen setahun. Selain itu anggota kelompok juga diberi kewajiban untuk membiasakan diri menabung di kelompoknya baik dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukerela. Dana anggota kelompok yang terhimpun ini kemudian disepakati dapat menjadi tambahan modal usaha kelompok, sehingga setiap anggota kelompok mempunyai partisipasi yang cukup baik dalam kegiatan kelompok, yang secara sosial

47 KUBE dibentuk atas dasar filosofi dari, oleh, dan untuk anggota, demikian juga KUBE yang telah terbentuk di Kelurahan Maharatu. Adapun yang menjadi anggota KUBE tersebut adalah keluarga miskin yang secara bersama-sama dan memiliki tujuan yang sama. KUBE memiliki kegiatan - kegiatan seperti melakukan pertemuan kelompok, iuran kelompok. Kegiatan pokok dalam KUBE adalah usaha produktif baik yang dilakukan oleh anggota secara individu ataupun secara berkelompok, dimana usaha tersebut merupakan milik bersama anggota KUBE. KUBE Suka Makmur juga telah berhasil membangun dan memprakarsai terbentuknya KUBE baru di Kelurahan Maharatu. Nama jumlah anggota serta jenis kegiatan usaha dapat dilihat pada tabel 4.

48 Tabel 4. Nama Kelompok, Jumlah Anggota, Jenis Usaha dan Jumlah Bantuan KUBE No Nama Kelompok Jumlah Anggota awal (orang) 1 KUBE Suka Makmur 23 2 KUBE Karya Mandiri 10 3 KUBE Suka Maju 10 4 KUBE Tunas Mandiri 10 5 KUBE Elang Sakti 10 Jumlah 63 Jenis Usaha Produkitif Tanaman sayuran berdaun lebar, pengadaan saprodi pertanian Tanaman sayuran berdaun lebar, pengadaan saprodi pertanian Tanaman sayuran berdaun lebar, pengadaan saprodi pertanian Tanaman sayuran berdaun lebar, pengadaan saprodi pertanian Tanaman sayuran berdaun lebar, pengadaan saprodi pertanian Tahun berdiri Jumlah Bantuan (Rp) 1998 Rp.13.000.000 2009 Rp.30.000.000 2009 Rp.30.000.000 2010-2010 - Keterangan : KUBE Tunas Mandiri dan Elang Sakti merupakan KUBE pengembangan, bantuan sedang dlam proses pencairan, jumlah bantuan Rp. 30.000.000,- per KUBE Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa Berdasarkan hal tersebut di atas KUBE yang ada dikelurahan maharatu yang merupakan dampingan dinas sosial Provinsi Riau telah memilih jenis usaha produktif yang akan dikembangkannya yaitu Usaha agribisnis tanaman sayur. Hal ini merupakan pilihan yang tepat disebabkan sumber daya alam dan manusia yang mendukung untuk kegiatan ini. Usaha tersebut dimulai sejak tahun 2001 yang lalu sebagai usaha alternatif, karena mengingat Kelurahan Maharatu memiliki lahan yang luas dan dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Usaha kebun sayur menjadi pilihan dengan pertimbangan

49 bahwa usaha tersebut belum banyak dilakukan oleh masyarakat di Kota Pelanbaru, selain itu kebutuhan sayur harian di Kota Pekanbaru sangat besar, mengingat masyarakat kota Pekanbaru mayoritas bekerja sebagai karyawan dan usaha perdagangandalam melakukan usaha kebun sayur tersebut, sebagai modal awal berasal dari modal pribadi, karena usaha tersebut tidak banyak memerlukan biaya dan bahan yang harus dibeli. Keinginan untuk menambah modal memang muncul dari beberapa anggota kelompok, namun tidak ada keberanian untuk mengajukan pinjaman modal ke pihak luar, karena persyaratan yang mereka miliki kurang memenuhi syarat, disamping itu rasa takut usaha tersebut tidak berkembang sehingga tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Usaha kebun sayur merupakan salah satu terobosan baru sebagai usaha masayarakat dalam menambah penghasilan keluarga kota. Di samping itu, adanya kesempatan tersebut maka usaha usaha kebun sayur merupakan terobosan yang strategis sebagai usaha peningkatan ekonomi dan sekaligus penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Untuk menjamin agar di antara masyarakat tidak terjadi kesenjangan maupun persaingan yang kurang sehat dengan keluarga miskin yang tergabung dalam usaha kebun sayur, maka keluarga miskin tersebut diorganisir dalam wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Dalam upaya pemasaran hasil produksi, sejauh ini belum dilakukan dengan menjalin jejaring maupun dikelola dengan sistem penampungan hasil produksi. Para anggota KUBE Kebun Sayur belum dapat memenuhi kebutuhan luar Kota Pekanbaru. Harapan mereka bahwa hasil produksi kebun sayur tersebut ada pihak-pihak yang dapat dan mau mempromosikan hasil produksinya seperti Dinas Perindagkop maupun para pengusaha dan rekanan termasuk swalayan sehingga produksi dapat terus berlangsung tanpa henti sehingga dapat menjadi pekerjaan tetap bagi keluarga miskin. 4.3. Pengembangan Modal Sosial Modal Sosial menurut Fukuyama (2000) diartikan sebagai seperangkat nilai - nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lainnya. la menambahkan bahwa prasarat penting untuk munculnya modal

50 sosial adalah adanya kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), dan timba! baik (resiprosity). Selanjutnya Fukuyama juga mengatakan bahwa Modal sosial itu sendiri memiliki empat dimensi sosial, Pertama ; adanya ikatan yang kuat antara anggota keluarga dan keluarga dengan tetangga sekitarnya yang didasari ikatan-ikatan kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua; adanya pertalian yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal seperti terbentuknya jejaring atau asosiasiasosiasi. Ketiga ; Adanya integritas organisasional yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara yang menjalankan fungsinya termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat ; adanya sinergi yaitu relasi antar pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas. Bertitik tolak dari pendapat di atas maka dalam kegiatan evaluasi terhadap kegiatan KUBE, dengan merujuk pada konsep modal sosial dapat dikatakan bahwa : a. Kelompok usaha bersama (KUBE) merupakan serangkaian norma dan jaringan yang dapat menggerakkan orang miskin di kelurahan baik sebagai perseorangan maupun keluarga untuk melakukan tindakan yang secara bersama dalam wadah kelompok usaha bersama, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial maupun kegiatan lainnya. b. Bahwa dalam kegiatan usaha bersama dalam wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) usaha kebun sayur, di antara anggota didasari atas kepercayaan (trust), kejujuran, sehingga dapat membentuk kelembagaan/institusi yang cukup kuat sehingga dapat dijadikan sebagai wadah dalam pemecahan masalah bersama termasuk dalam upaya penanggulangan kemiskinan anggotanya. c. Bahwa dalam KUBE terjalin ikatan yang kuat di antara anggota kelompok sehingga mereka dapat bekerjasama dengan baik termasuk dalam kesepakatan harga jual sayuran, sehingga tidak terdapat persaingan yang tidak sehat. Hai ini juga didasari oleh kekerabatan yang tinggi serta etnik yang sama. d. Bahwa di antara kelompok usaha bersama yang satu dengan kelompok yang lain telah terjalin ikatan dan hubungan yang baik sehingga di antara

51 kelompok tersebut dapat saling tolong menolong dalam usaha termasuk dalam upaya pemasaran produksi e. Program KUBE merupakan program pemberdayaan yang berupaya untuk mengembangkan aspek lokalitas dan menjembatani upaya penanggulangan kemiskinan di antara institusi yang terkait seperti pemerintah, swasta, pasar, maupun stakeholder yang lain sehingga tercipta sinergi dalam mewujudkan tujuan bersama dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) usaha kebun sayur tersebut merupakan sebuah gerakan sosial (Social Movement) dalam rangka upaya menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial. KUBE dibentuk dan dibangun berangkat dari gejala kemiskinan dan pengharapan yang meningkat sehingga dengan terbentuknya KUBE tersebut memberikan momentum kemudahan dalam situasional, sehingga merupakan sebuah gerakan upaya memerangi kemiskinan. Sebagai saran untuk perbaikan bahwa dalam usaha tersebut, pertama perlunya perbaikan sistem pengorganisasian yang baik dan peningkatan jejaring sehingga dengan demikian eksistensi usaha lebih dapat dikembangkan dan dipertahankan. Kedua; menguatkan kapasitas kelompok dengan memperkuat kepengurusan dan kelembagaan karena dengan demikian akan lebih memberikan kepercayaan terhadap pihak luar yang berkaitan dengan usaha sehingga akan memberikan kemudahan dalam berusaha secara berkelanjutan.