BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. berpotografi dataran, yang terletak di antara Lintang Utara dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. SELAYANG PANDANG KUA KECAMATAN BUKIT BATU

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mewujudkan

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO


PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kecamatan Batang Cenaku. Kecamatan Batang Cenaku memiliki luas daerah sebesar 634,43 Km

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pekanbaru, terdiri atas 65 RW dan 318 RT. Luas wilayah Kecamatan Tampan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SEI. INJAB KELURAHAN TERKUL. luas wilayah Hektar (Ha). Secara georafis, Kelurahan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan


BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG


BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum kelurahan Simpang Baru Kondisi Geografis Kelurahan Simpang Baru

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. salah satu desa yang memiliki letak yang dekat dari ibu kota kecamatan. Letak

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Kecamatan Bukit Batu merupakan salah satu Kecamatan yang berpotografi dataran, yang terletak di antara 0 0 00-1 0 37 22 Lintang Utara dan 101 0 26 4-102 01 0 54 Bujur Timur, yang memiliki batas-batas wilayah : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Dumai - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siak Kecil - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mandau - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bengkalis Tabel II. 1 Jarak Kantor Kecamatan dengan Kelurahan di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Kantor Kecamatan Kelurahan Jarak Lurus (Km 2 ) Kantor Kecamatan Bukit Batu Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Kelurahan Sungai pakning 0 Desa pangkalan jambi 7 Desa dompas 4 Desa sejangat 2 Desa sungai selari 2 Desa buruk bakul 15 Desa bukit batu 25 Desa sukajadi 28 Desa parit 1 api-api 30 Desa temiang 35 Desa api-api 38 Desa tenggayun 49 Desa sepahat 55 Desa tjg.leban 65 Desa bukit kerikil 170 Penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam wilayah. Oleh karena itu dalam proses pembangunan, penduduk merupakan modal 19

20 dasar bagi pembangunan suatu bangsa. Untuk itu tingkat perkembangan penduduk sangat penting dalam menentukan langkah pembangunan. Berdasarkan data 2012 di Kecamatan Bukit Batu secara keseluruhan penduduk berjumlah 34.931 orang. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II. 2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 17.647 17.284 34.931 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Berdasarkan klasifikasi penduduk di Kecamatan Bukit Batu menurut jenis kelamin laki laki berjumlah 17.647 orang dan perempuan berjumlah 17.284 orang. Jadi total keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Bukit Batu berjumlah 34.931 orang. Tabel 11. 3 Jumlah Penduduk menurut Usia di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Usia (tahun) Jumlah 0-4 1.705 5-9 3.465 10-14 3.257 15-19 3.027 20-24 2.884 25-29 2.857 30-34 3.009 35-39 2.679 40-44 2.351 45-49 1.786 50-54 1.499 55-59 1.136 60-64 795 65-69 512 70-74 424 75-keatas 374 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012

21 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk di Kecamatan Bukit Batu berdasarkan usia berjumlah 31.760 orang. Tabel II. 4 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Jenjang Pendidikan Jumlah Belom sekolah / tidak sekolah 6860 SD/ Sederajat 9180 SLTP/ Sederajat 4807 SLTA/ Sederajat 5075 Akademi/ Sederajat 360 Perguruan Tinggi/ Sederajat (S1) 561 Magister (S2) 10 Doktor (S3) 10 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah penduduk di Kecamatan Bukit Batu berdasarkan pendidikan. Dengan jumlah keseluruhan 26.863 orang. Tabel II. 5 Statitik Pemerintahan Di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Kelurahan Dusun RW RT BPD 39 71 175 109 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa statistik pemerintahan di Kecamatan Bukit Batu menurut keseluruhan kelurahan adalah terdapat 39 Dusun, 71 RW, 175 RT, 109 BPD. Untuk mengetahui kebutuhan hidup bagi diri dan keluarga, seseorang memerlukan lapangan usaha sebagai mata pencaharian. Besar kecilnya penghasilan yang diperoleh tidak jarang dipengaruhi oleh lapangan usaha.

22 Berikut ini dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Bukit Batu berdasarkan sektor lapangan usaha / mata pencaharian. Tabel II. 6 Persentase Penduduk menurut Mata Pencaharian Kecamatan Lapangan Pekerjaan Jumlah (%) Bukit Batu Pertanian 44 Perkebunan 9 Peternakan 3 Perikanan 6 Kehutanan 2 Industri 2 Perdagangan dan akomodasi 7 Jasa- jasa 6 Pegawai negeri sipil 18 Tenaga honorer 1 TNI / Polri 1 Lainnya 1 Sumber : kantor Camat Bukit Batu, 2012 Penduduk Kecamatan Bukit Batu mempunyai kemampuan untuk membaca dan menulis bahkan ada pendidikan non-formal yang diikuti oleh penduduk Kecamatan Bukit Batu. Keberhasilan di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Tabel II. 7 Jumlah Sekolah, Murid, Guru menurut Jenjang Pendidikan di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru Ket TK N 11 767 56 SD N 29 4100 423 SDS / MI 1 213 16 SLTP N 7 1218 131 SLTP S Umum 1 118 11 MTs N 1 192 20 MTs S 2 216 37 SMA N 3 974 80 MAN 1 173 26 MAS 1 66 19 SMK 1 248 32 PTN 1 140 43 Lembaga Pendidikan dan Keterampilan 1 2 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012

23 Tabel di atas menceritakan bahwa rasio murid dengan guru serta jumlah sekolah pertingkatannya ini merupakan indikator lain dari keberhasilan pendidikan di Kecamatan Bukit Batu. B. Agama Kehidupan beragama di Kecamatan Bukit Batu menjunjung tinggi rasa nasionalisme artinya saling menjaga antara agama yang satu dengan agama yang lain sesuai dengan bunyi Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Tabel II. 8 Jumlah Penduduk menurut Agama di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Agama Jumlah Penduduk Islam 27.639 Khatolik 45 Protestan 986 Hindu 0 Budha 1.344 Lainnya 119 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Dilihat dari tabel di atas, tercatat sebagian besar penduduk Kecamatan Bukit batu beragama Islam yaitu sebanyak 27.639 jiwa, kemudian diikuti penduduk yang beragama Budha sebanyak 1.344 jiwa, Agama Protestan sebanyak 986 jiwa, sedangkan Agama lainnya sebanyak 119 jiwa. Agama Khatolik sekitar 45 jiwa. Kemudian Agama Hindu 0 jiwa.

24 Tabel II. 9 Jumlah Tempat Ibadah di Kecamatan Bukit Batu Tahun 2012 Tempat Ibadah Jumlah Mesjid 38 Suaru/langgar 31 Gereja 5 Vihara 3 Total 77 Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 C. Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Luas dan produksi utama dan perdagangan di Kecamatan Bukit Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel II. 10 Luas dan Produksi Utama dan Perdagangan di Kecamatan Bukit Batu Jenisnya Luas Tanaman Luas Yang Rata-rata (Ha) Panen (Ha) Produksi/Ton Jumlah Padi 1.347 1.347 4,1 ton / Ha 5.622,7 Ton Jagung - - - Ketela pohon 12-37,5 Ton / Ha Ketela rambat - - - Kacang tanah - - - Kedelai - - - Sayuran 6 6 - Buah-buahan 272,4 272,4 - Dan lain-lain 18 18 - Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012

25 Tabel II. 11 Tanaman Perdagangan / Komoditi Nama Banyaknya Pohon / Batang Tanaman Blm Berproduksi Tidak Produksi/Muda Berproduksi Cengkeh - - - Pala - - - Tembakau - - - Kelapa - 808.290 - Kelapa sawit - 52.195,8 - Kopi - - - Karet - 2.967,0 - Pinang - 2.043,0 - Sumber : Kantor Camat Bukit Batu, 2012 Jumlah Produksi Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa luas dan produksi utama dan perdagangan di Kecamatan Bukit Batu didominani pada sektor padi dengan luas tanaman 1.347 Ha, luas yang panen 1.347 Ha, dan rata-rata produksi/ton 4,1 Ton/Ha. Jadi jumlahnya 5.622,7 Ton. Dan pada tabel tanaman perdagangan / komoditi dapat disimpulkan bahwa sektor kelapa sawit lebih dominan dengan jumlah produksinya 52,195,8. D. Struktur dan Organisasi KUBE 1. Hakikat KUBE Keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bagi fakir miskin di tengah-tengah masyarakat telah menjadi sarana untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam peningkatan pendapatan), menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir miskin, menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar warga, menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga fakir miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagi pengalaman antar anggota.

26 Kehadiran KUBE Fakir Miskin merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengenal, dapat menyelesaikan berbagai masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan sistem KUBE, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan dalam kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha kesejahteraan sosial serta kemampuan berorganisasi. Kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial dapat berupa: pengelolaan santunan hidup, Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS), arisan, pengajian, perkumpulan kematian, usaha simpan pinjam, pelayanan koperasi, usaha tolong menolong atau gotong royong, usaha pelayanan sosial untuk membantu orang tidak mampu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial di lingkungannya, dan usaha-usaha IKS lainnya. Kegiatan yang berkaitan dengan usaha ekonomi produktif (UEP) dapat berupa usaha dagang jasa, pertanian, dan lain-lain, sedangkan kegiatan yang bersifat penataan kelembagaan, seperti: pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelaporan.

27 Melalui KUBE diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut suatu kemampuan manajerial untuk mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompoknya. Selain itu, diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap-sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotorongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas. KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis dari, oleh, dan untuk masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE di manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pembetukannya oleh masyarakat setempat dan peruntukannya juga adalah untuk anggota dan masyarakat setempat. Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan pengembangan KUBE harus bercirikan nilai dan norma budaya setempat, harus sesuai dengan keberadaan sumbersumber dan potensi yang tersedia di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM (anggota KUBE) yang ada. KUBE harus diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang berlangsung secara terus menerus, bukan hanya untuk jangka pendek tetapi jangka panjang. Kerjasama yang tulus biasanya hanya dapat diwujudkan bila dilandasi dengan semangat kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kesetiakawanan sosial. Dalam kelompok terjadi

28 interaksi atau hubungan yang saling ketergantungan, dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya yang pada akhirnya menimbulkan semangat kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kesetiakawanan sosial di antara mereka, bahkan dengan lingkungan eksternal kelompok. KUBE dimaksudkan untuk mewujudkan keberfungsian sosial para anggota KUBE dan keluarganya, yang meliputi meningkatnya kemampuan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari dan berubahnya sikap dan tingkah laku dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta meningkatnya kemampuan dalam menjalankan perananperanan sosialnya dalam masyarakat. Keberadaan usaha-usaha ekonomi produktif yang bersifat ekonomis dalam kelompok KUBE hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Banyak orang beranggapan bahwa aspek ekonomi atau UEP dalam KUBE sebagai tujuan dan sering dijadikan sebagai ukuran keberhasilan KUBE. Ini adalah suatu hal yang keliru. Keinginan untuk merubah keadaan yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu perubahan secara ekonomi, sosial, dan spiritual atau lebih dikenal dengan Dzkir, pikir, dan ikhtiar. 2. Tujuan KUBE a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: meningkatnya pendapatan keluarga; meningkatnya kualitas pangan,

29 sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan; dan meningkatnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. b. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, dalam lingkungan sosial; adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang mungkin timbul di antara keluarga dan lingkungan; semakin minimnya perselisihan yang mungkin timbul antara sesama anggota maupun dalam lingkungannya. c. Meningkatnya kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawab dan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya; semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan; terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya. 3. Struktur Organisasi a. Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui siapa mengerjakan apa, siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa.

30 b. Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku tentang struktur KUBE, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada kelompok KUBE. c. Namun demikian, di bawah ini ditawarkan struktur organisasi KUBE yang relatif sederhana yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan struktur organisasi KUBE, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara. Jika diperlukan dapat dibentuk urusan/seksi. Secara skematis dapat digambarkan seperti berikut: KETUA BENDAHARA SEKRETARIS URUSAN Gambar II.1: Struktur Organisasi KUBE d. Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan anggota kelompok. 4. Prinsip Dasar Pengembangan KUBE a. Penentuan nasib sendiri Anggota KUBE sebagai diberikan kesempatan yang luas untuk menentukan jenis UEP yang akan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Dalam nilai seperti ini, para supervisor atau pendamping sosial yang terlibat dalam kegiatan KUBE berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan KUBE tersebut.

31 b. Kekeluargaan Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUBE perlu dibangun atas semangat kekeluargaan di antara sesama anggota KUBE dan lingkungannya. Nilai seperti ini akan menumbuhkan semangat dan sikap dalam mewujudkan keberhasilan KUBE. c. Kegotong-royongan Kegotongroyongan berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan semangat kebersamaan di antara sesama para anggota KUBE. Dalam prinsip tidak menonjolkan adanya perbedaan antara pengurus dan anggota, tetapi lebih mengedepankan kebersamaan di antara sesama KBS. d. Potensi anggota Bahwa pengelolaan dan pengembangan KUBE harus didasarkan pada kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh para anggota KUBE. Sebagai contoh apabila para anggota KUBE memiliki keterampilan dalam bidang ternak ikan maka hendaknya jenis usaha yang dikembangkan adalah bidang ternak ikan, bukan usaha lain. e. Sumber-sumber setempat Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan usaha yang dilakukan harus didasarkan pada ketersediaan sumber-sumber yang ada di daerah tersebut. Adalah menjadi suatu kendala bilamana suatu jenis usaha yang dikembangkan namun sumber-sumber yang menjadi bahan baku di daerah tersebut tidak tersedia.

32 f. Keberlanjutan Kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh KUBE merupakan bagian dari kebijakan pemerintah daerah dalam upaya penanganan kemiskinan diharapkan yang diwujudkan dalam program-program yang berkelanjutan, bukan hanya untuk sementara waktu. g. Usaha yang berorientasi pasar Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUBE melalui jenis usaha yang dilakukan harus diarahkan pada jenis usaha yang memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar. 5. Pembentukan KUBE Pembentukan dan pengembangan suatu KUBE dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu: a. Tahap persiapan Kegiatan pada tahap persiapan terdiri dari orientasi dan observasi, identifikasi, perencanaan program pelaksanaan, penyuluhan sosial umum, bimbingan pengenalan masalah, bimbingan motivasi, dan evaluasi persiapan (oleh: aparat desa, petugas pendamping, pembina fungsional). b. Tahap pelaksanaan: Kegiatan pada tahap pelaksanaan meliputi: seleksi calon anggota KUBE, pembentukan pra-kelompok dan kelompok, pemilihan atau penentuan jenis usaha, pelatihan pendamping, pelatihan keterampilan anggota KUBE, pemberian bantuan berupa makanan, santunan atau jaminan hidup, bantuan pembiayaan stimulan

33 permodalan, pendampingan dan evaluasi (oleh:aparat desa, petugas pendamping, pembina, dan instansi terkait). c. Tahap pengembangan usaha: Kegiatan pada tahap pengembangna usaha meliputi: bimbingan pengembnagan usaha, pemberian bantuan pengembangan usaha, pendampingan dan evaluasi (oleh: petugas pendamping, petugas pembina fungsional). d. Tahap kemitraan usaha Kegiatan pada tahap ini meliputi: inventarisasi sumber-sumber yang ada (sumber daya alam, sumber daya ekonomi, sumber daya soaial, dan sumber daya manusia), membuat kesepakatan-kesepakatan, pelaksanaan kemitraan usaha, dan evaluasi (oleh: pendamping dan pembina fungsional). e. Tahap monitoring dan evaluasi Kegiatan pada tahap ini meliputi : pengendalian dan monitoring proses pelaksanaan yang sedang berjalan serta evaluasi terhadap keberhasilan yang sudah dicapai (oleh: petugas pendamping, dan pembina fungsional). E. Kepengurusan KUBE a. Keanggotaan KUBE Kriteria KUBE yang layak mendapatkan dan penguatan modal usaha melalui P2FM melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial adalah:

34 1. Prioritas utama adalah KUBE penumbuhan Departemen Sosial yang produktif, Dinas Sosial Kabupaten/Kota melalui APBD dan KUBE lainnya yang telah memiliki usaha awal. 2. Anggota KUBE berjumlah 10 orang. 3. Berusia antara 15 sampai dengan 55 tahun dan sudah berkeluarga 4. Memiliki kegiatan pengelolaan UEP dan kegiatan sosial. 5. Diutamakan KUBE yang memiliki pembukuan dan catatan keuangan. 6. Diusulkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dan direkomendasikan oleh Dinas Sosial Provinsi. b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok 1. Kedekatan tempat tinggal atau letak geografis. 2. Jenis usaha atau keterampilan anggota. 3. Ketersediaan sumber 4. Latar belakang kehidupan budaya 5. Memiliki motivasi yang sama 6. Keberadaan kelompok-kelompok masyaratakat yang sudah tumbuh berkembang lama. c. Kewajiban anggota 1. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang sudah disepakati. 2. Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama. 3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.

35 4. Memanfaatkan iuran dana stimulan ataupun bantuan modal usaha dengan penuh tanggung jawab. 5. Membayar iuran dana kesetiakawanan sosial (IKS) setiap bulan sesuai kesepakatan bersama yang sudah ditentukan. 6. Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota keluarganya. d. Hak anggota 1. Mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja KUBE. 2. Memperoleh dana penguatan modal usaha KUBE 3. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari pembagian hasil KUBE. 1 F. Pengelolaan UEP a. Pengelolaan Kelompok 1. Untuk efektivitas dan efisiensi pembinaan KUBE, maka pengelolaan KUBE dilakukan melalui pendekatan kelompok. 2. Untuk kelancaran pengelolaan KUBE maka dibentuk kepengurusan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. 3. Untuk menjalankan kegiatan-kegiatan KUBE sehari-harinya dipimpin oleh ketua kelompok yang dibantu dengan pengurus-pengurus lainnya. 1 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, op.cit, h.10-17

36 4. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan kelompok melalui musyawarah kelompok yang dipimpin ketua atau pengurus KUBE. 5. Pengelolaan dana diserahkan pada musyarawah kelompok. 6. Pendamping berperan sebagai fasilitator, pemberi saran dan pertimbangan-pertimbangan demi kemajuan kelompok. 7. Untuk kelancaran kegiatan kelompok maka setiap KUBE harus menetapkan aturan main yang mengatur kegiatan kelompok tersebut. 8. Untuk pembinaan KUBE secara rutin bisa dilakukan melalui KUBE dengan kelompok kecil, namun untuk kepentingan pembinaan tertentu, kelompok KUBE dapat digabungkan sesuai kebutuhan menjadi kelompok besar. b. Pengelolaan Jenis Usaha (UEP) 1. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan kegiatan-kegiatan KUBE maka setiap KUBE dapat mengembangkan satu atau beberapa jenis usaha ekonomi produktif (UEP) yang sesuai dengan minat, potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber yang ada di lingkungannya dengan usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) 2. Pengelolaan UEP yang dikembangkan oleh KUBE sepenuhnya diserahkan kepada anggota KUBE tersebut. 3. Untuk pengembangan UEP, anggota KUBE dapat bekerja sama dengan pengusaha atau instansi terkait.

37 G. Pengembangan UEP a. Jenis usaha awal 1. Setiap KUBE yang mendapat bantuan penguatan modal usaha sudah memiliki minimal satu jenis usaha ekonomi produktif (UEP) yang perkembangannya cukup baik dan prospektif. 2. Bantuan penguatan modal usaha dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif yang sudah ada dengan terlebih dahulu mengajukan proposal pengembangan usaha yang direncanakan. 3. Bantuan penguatan modal usaha dapat dimanfaatkan untuk penambahan jenis usaha baru bila dianggap memiliki peluang yang cukup baik. 4. Pengembangan dan penambahan jenis usaha yang dilakukan harus didasarkan kesepakatan semua anggota KUBE dengan pertimbangan kemungkinan keberhasilan jenis usaha yang dipilih dengan terlebih dahulu mengajukan proposal usulan pengembangan usaha. 5. Pengembangan dan penambahan jenis atas dasar kesepakatan kelompok dengan pembinaan dari pendamping dan pihak instansi terkait setempat. b. Langkah-langkah pengembangan usaha 1. Menentapkan struktur organisasi dan menyusun uraian tugas yang jelas dan rinci. 2. Menata administrasi kegiatan kelompok dengan baik.

38 3. Mengidentifikasi potensi SDM, keterampilan, kemampuan yang dimiliki oleh anggota KUBE. 4. Menyusun rencana program dan kegiatan, serta rencana anggaran biaya. 5. Menggalang kebersamaan dan kekompakan di antara sesama anggota KUBE dan juga dengan tokoh-tokoh masyarakat serta lingkungan yang lebih luas. 6. Membangun komitmen bersama yang dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kerja para anggota KUBE dalam mengembangkan jenis usaha yang dipilih. 7. Mengembangakan jenis usaha yang sesuai dengan keterampilan dan bidangnya dari masing-masing anggota KUBE serta mencari potensi dan sumber-sumber yang ada dalam lingkungan masing-masing di dalam wadah KUBE. 8. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan anggota dan lingkungan sekitarnya. 9. Membangun jaringan kerja dengan berbagai pihak yang dapat menguntungkan kelompok KUBE. 10. Memfasilitasi terbentuknya LKM KUBE dalam rangka pengembangan usaha. 2 2 Ibid, h.37