BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena yang tidak kalah menarik. Pertama, angkatan kerja saat ini lebih didominasi oleh wanita Dessler (Chiu, 2001). Sementara tingkat pendidikan semakin maju, kaum wanita yang bekerja juga semakin mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi pula. Kedua, dalam perkembangan karirnya wanita sering menghadapi fenomena langit-langit kaca (glass celling), yaitu hambatan untuk menuju pada tingkatan manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi. Ketiga, pemisahan jenis pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelamin masih sering terjadi dan hal tersebut akibat dominasi sifat pria dalam organisasi. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja membawa peningkatan besar dalam jumlah orang dengan tanggung jawab yang signifikan baik di kantor maupun dengan keluarga. Kerja dan keluarga adalah dua hal yang penting dalam kehidupan manusia, seseorang bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga, tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga menjadi motivasi bagi seseorang untuk meningkatkan kinerja, tapi di sisi lain antara kerja dan keluarga bisa menimbulkan perbedaan. Partisipasi wanita saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam lingkungan masyarakat. Partisipasi wanita disini berhubungan dengan peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik 1
mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Kecenderungan wanita untuk bekerja menimbulkan banyak implikasi, antara lain merenggangnya ikatan keluarga dan implikasi lain. Implikasi itulah yang membuat tenaga kerja wanita menimbulkan sebuah konflik peran ganda pada sebagian wanita yang bekerja. Work family conflict ini termasuk dalam bentuk konflik inter role di mana tekanan peran dari pekerjaan dan keluarga saling bertentangan, sehingga partisipasi dalam satu peran membuatnya lebih sulit untuk berpartisipasi terhadap yang lainnya. Work family conflict juga berhubungan sangat kuat dengan depresi dan kecemasan yang diderita oleh wanita dibandingkan pria. Konflik peran terjadi ketika terdapat kebijakan atau tuntutan berbeda dan ini dapat menyebabkan ketidakpuasan individu dan penurunan kinerja organisasi. Adapun konflik peran ganda ini bisa menurunkan kinerja karyawan, sementara menurunnya kinerja karyawan bisa memberi dampak pada meningkatnya keinginan untuk keluar, meningkatnya absensi, dan menurunya komitmen organisasi. Jadi hal ini merupakan keadaan yang berbahaya bagi organisasi, karena bisa menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terganggu, yang akhirnya bisa menurunya kinerja organisasi. 2
Istilah stres kerja, yaitu respon yang adaptif terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpangan secara fisik, psikologis dan perilaku. Sesungguhnya stress mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif stress pada tingkat rendah sampai pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja karyawan, sedangkan pada tingkat negatif stress pada tingkat yang tinggi adalah penurunan pada kinerja karyawan yang drastis. Bagi organisasi dampak work family conflict dan stres kerja tersebut akan berakibat pada menurunnya komitmen organisasi, motivasi, kepuasan kerja dan produktifitas, serta meningkatnya absensi bahkan turnover. Ini merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan perusahaan dalam mengolah Sumber Daya Manusia untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Pada kenyataanya, PT. TIKI JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) yang bergerak dalam bidang pengiriman dan logistik yang bermarkas di Jakarta, Indonesia telah mengalami peningkatan persentase terhadap turnover karyawatinya, terutama pada divisi bagian Accounting dan Customer service. Dijelaskan bahwa pada tahun 2010 ke tahun 2011, karyawati pada divisi Customer service mengalami peningkatan Turnover yang cukup tinggi yaitu sebesar 11,2% dari 9,5% menjadi 20.7%, dan ini merupakan angka terbesar dalam lima tahun terakhir. Padahal Bisnis yang terkait dengan kepuasan pelanggan ini harus mampu berkompetisi dengan perusahaan jasa yang lain untuk menumbuh kembangkan bisnisnya. Pelayanan adalah kunci utama untuk menarik pelanggan dalam bisnis jasa. Sehingga produktivitas karyawan tergantung dari kinerja karyawan itu sendiri. 3
Meskipun pada tahun 2011 ke 2012 PT. TIKI JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) berhasil menurunkan tingkat turnover karyawati di divisi customer service sebesar 2,3%. Tidak demikian pula yang dialami oleh divisi accounting, presentase turnover tiap tahun yang dialami divisi accounting selalu mengalami peningkatan. Tabel 1 berikut memperlihatkan bagaimana presentase tingkat turnover karyawati di PT. TIKI JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) pada divisi bagian Accounting dan Customer Service dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Tabel 1.1 Turnover karyawati Di PT. TIKI JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) pada divisi bagian Accounting dan Customer Service Unit Kerja 2008 2009 201 0 Accounting 13,7% 17,1% 21 % Customer Service 7.7% 8.3% 9.5 % Sumber: TIKI JNE 201 1 22, 6% 20. 7% 2012 25,1% 18.4% Namun demikian, permasalahan mengenai kinerja merupakan permasalahan yang akan selalu dihadapi oleh pihak manajemen perusahaan, oleh karena itu manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan tersebut akan membuat manajemen perusahaan dapat mengambil berbagai 4
kebijakan yang diperlukan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya agar dapat sesuai dengan harapan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas serta didukung dengan fakta fakta yang ada, penelitian ini dilakukan dengan mengambil judul ANALISIS PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA (WORK FAMILY CONFLICT) DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN WANITA DI PT. TIKI JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) Tomang 45. 1.2 Rumusan masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan suatu permasalahan yaitu : 1) Apakah ada pengaruh antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dan Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir)? 2) Apakah ada pengaruh antara Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir)? 3) Apakah ada pengaruh antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir)? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 5
1) Untuk mengetahui pengaruh antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) terhadap Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir). 2) Untuk mengetahui pengaruh antara Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir). 3) Untuk mengetahui pengaruh antara pengaruh Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan wanita di PT. TIKI JNE (jalur Nugraha Ekakurir). 1.4 Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini diharapkan bisa memiliki manfaat sebagai berikut: 1) Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya bidang Sumber Daya Manusia dalam kaitannya dengan Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict), Stres Kerja dan Kinerja pada karyawan wanita. 2) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan akan memperluas wawasan dan menambah pengetahuan dalam bidang sumber daya manusia khususnya tentang pengaruh Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan. 3) Bagi Perusahaan 6
Memberikan masukan bagi perusahaan yang berupa informasiinformasi tentang upaya yang tepat dalam mengurangi tingkat Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) karyawan wanita,stres Kerja dan upaya peningkatan Kinerja Karyawan. 4) Bagi Karyawan Wanita Dapat menjadi masukan dan informasi yang berkaitan dengan hubungan antara Konflik peran Ganda (Work Family Conflict) dengan Stres kerja sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 7