PENGARUH KONSENTRASI AMMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP SIFAT SHELLAC YANG DIMODIFIKASI MENJADI FORMASI GARAM

dokumen-dokumen yang mirip
Investigasi Pengaruh Pluronik 473 Pada Stabilitas Shellac

KARAKTERISTIKNANOKOMPOSIT FORMASI GARAM SHELLAC AMN CLAY YANG DIPLASTISASI DENGAN POLIETILENA GLIKOL (PEG) BERAT MOLEKUL 400Gram/mol

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta

KARAKTERISASI LAPISAN SHELLAC YANG DIPLASTISASI DENGAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) MOLECULAR WEIGHT (MW) 400 DAN (MW) 600

Pengaruh Berbagai Tipe Tanah Lempung pada Karakteristik Komposit Kanji Alifa Zietyn Nawangratri 1, Khairuddin 2, Candra Purnawan 3

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI SHELLAC WAXFREE, SSB-57- SONE, SSB-3-CIRCLE DAN SHELLAC BERBAHAN DASAR DARI PROBOLINGGO

KARAKTERISASI LAPISAN SHELLAC-MONTMORILLONITE KOMPOSIT YANG DIPLASTISASI DENGAN POLIETILENA GLIKOL (PEG) BERAT MOLEKUL 400

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

SYNTHESIS THIN LAYER ZnO-TiO 2 PHOTOCATALYSTS SOL GEL METHOD USING THE PEG (Polyethylene Glycol) AS SOLVENTS SCIENTIFIC ARTICLE

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Jebres

Disusun oleh : ARI WISNUGROHO NIM. M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

KARAKTERISTIK DAN AKTIVASI CAMPURAN TANAH ANDISOL / LEMPUNG BAYAT / ABU SEKAM SEBAGAI PENJERAP LOGAM BERAT KROMIUM (Cr) TESIS

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

OPTIMASI DEKOLORISASI REMAZOL YELLOW FG DENGAN KOMBINASI SISTEM ADSORPSI DAN FOTOELEKTRODEGRADASI MENGGUNAKAN FOTOANODA Ti/TiO 2 -PbO

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN POLIETILEN GLIKOL DIAKRILAT TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROGEL FILM UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

Kinetika Reaksi Poliesterifikasi Hidrolisat Shellac dan Anhidrida Ftalat Ditinjau Dari Reaktivitas Gugus Hidroksil

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan padi

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

ADSORPSI SENG(II) OLEH BIOMASSA Azolla microphylla-sitrat: KAJIAN DESORPSI MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM NITRAT ABSTRAK ABSTRACT

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Bab III Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BIDANG MINAT BIOFISIKA

3 Metodologi penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI COATING KERTAS DENGAN KANJI SINGKONG DAN TANAH LEMPUNG MONTMORILLONITE SEBAGAI MATERIAL KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

POLA RESPIRASI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) YANG DI-COATING DENGAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera barbadensis Miller) SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

ANALISA KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BUNGA MAWAR MERAH MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

PREPARASI MEMBRAN KOMPOSIT ELEKTROLIT KARBOKSIMETIL KITOSAN/ZnO/POLIVINIL ALKOHOL UNTUK APLIKASI SEL BAHAN BAKAR (FUEL CELLS)

Sera Desiana - Pengaruh Variasi Waterglass terhadap Kadar Air dan Kadar Lempung...

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

HALAMAN PENGESAHAN. Disetujui Oleh : NIP NIP Mengetahui : Ketua Jurusan Kimia

BAB III. METODE PENELITIAN

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

Pembuatan selulosa dari kulit singkong termodifikasi 2-merkaptobenzotiazol untuk pengendalian pencemaran logam kadmium (II)

PEMBUATAN ADSORBEN GRAPHENE OXIDE TERMODIFIKASI GLISIN UNTUK ADSORPSI ION TEMBAGA(II) DENGAN SISTEM BATCH

PENGARUH VARIASI ph DAN WAKTU PADA PEMBUATAN Ca-Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH KONSENTRASI AMMONIUM HIDROKSIDA TERHADAP SIFAT SHELLAC YANG DIMODIFIKASI MENJADI FORMASI GARAM Resti Rifiyantika 1, Khairuddin 2, Candra Purnawan 3 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret 2 Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret 3 Dosen Jurusan Kimia FMIPA universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta ABSTRACT The effects of ammonium hydroxide (AMN) 0.05 M on shellac film characteristics has been performed. Characterization was determined by insoluble solids test and fourier transform infra red (FTIR) to determine the stability of the shellac films. The coating was done by solvent-casting method, the material dissolved into 96% ethanol, and the coating was kept at room temperature 25 for 2 days. The insoluble solid test was carried out at storage from 0 to 2nd month with 85% RH moisture. The results of pure shellac and shellac-amn 0.05 M are 1.181%; 2,217%; 5,048% and 0,596%; 0.952%; 3,639%. And the insoluble solid test dissolve on heating at 125 with variation of heating time is 10; 30; 60; 90 and 180 minutes. The results of pure shellac and shellac- AMN 0.05 M were 7.391%; 47.494%; 55.306%; 61.86%; 71.33% and 5.63%; 42.063%; 51.55%; 55.733%; 65.995%.This showed that the percentage of insoluble solids increased with increasing time of storage due to moisture and heating time. FTIR spectroscopy test showed that the addition of AMN 0.05 M, 0.1 M and 0.2 M into the shellac was able to increase the absorbance intensity of O-H and C=O groups. Keywords: ammonium hydroxide, Shellac, Polymerization, Stability. ABSTRAK Telah dilakukan studi pengaruh amonium hidroksida (AMN) 0,05 M pada karakteristik lapisan shellac. Karakterisasi ditentukan dengan uji padatan tidak larut dan fourier transform infra red (FTIR) untuk mengetahui stabilitas shellac. Pembuatan lapisan dilakukan dengan metode solventcasting, yaitu bahan dilarutkan ke dalam etanol 96%, dan pembentukan lapisan dilakukan pada suhu ruang 25 selama 2 hari. Uji padatan tidak larut dilakukan pada penyimpanan dari bulan ke- 0 sampai dengan ke-2 dengan kelembaban 85% RH. Hasilnya berturut-turut dari shellac murni dan shellac-amn 0,05 M adalah 1,181%; 2,217%; 5,048% dan 0,596%; 0,952%; 3,639%. Dan uji padatan tidak larut pada pemanasan pada suhu 125 dengan variasi waktu pemanasan yaitu 10; 30; 60; 90 dan 180 menit. Hasilnya berturut-turut dari shellac murni dan shellac-amn 0,05 M adalah 7,391%; 47,494%; 55,306%; 61,86%; 71,33% dan 5,63%; 42,063%; 51,55%; 55,733%; 65,995%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase padatan tidak larut semakin meningkat seiring bertambahnya waktu penyimpanan akibat kelembaban maupun waktu pemanasan. Uji spektroskopi FTIR menunjukkan bahwa penambahan AMN 0,05 M ke dalam shellac mampu meningkatkan intensitas absorbansi gugus O-H dan gugus C=O. Kata kunci : amonium hidroksida, Polimerisasi Shellac, Stabilitas.

PENDAHULUAN Shellac merupakan sekresi resin yang dimurnikan dari serangga lak, Laccifer lacca, yang sebagian besar dibudidayakan di pohon inang dari India dan Thailand. Shellac dilaporkan sebagai campuran kompleks polyesters dan singles esters[1]. Shellac tersusun atas resin keras dan resin lunak poliester dan ester tunggal dengan asam dasar polyhydroxy seperti asam aleuritic, asam jalaric, dan asam laccijalaric. Ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan alcohol dan alkali dan memiliki permeabilitas asam yang rendah[2]. Karena pembentukan lapisan yang sangat baik dan sifat pelindung, shellac secara luas diterapkan di industri militer, industri listrik, industri tinta cetak, kulit, plastik, metallurgy, mesin, industri kayu, industri makanan, dan obat-obatan[3]. Pemanfaatan shellac pada industri farmasi telah sangat menurun akibat dari ketidakstabilan yang rendah dan solubilitas atau kelarutan yang rendah[2]. Molekul shellac terdiri dari kelompok hidroksil dan karboksil. Rendahnya jumlah asam karboksil per molekul shellac dan tingginya derajat kelarutan asam (ρka) mengakibatkan solubilitas rendah. Selain itu polimerisasi dapat terjadi dengan esterifikasi antara kelompok-kelompok fungsional dalam molekul shellac yang merupakan penyebab ketidakstabilan. Oleh karena itu, beberapa upaya telah dilakukan untuk memodifikasi struktur shellac. Masalah pada stabilitas dapat diatasi dengan formasi garam pada shellac [4]. Polimerisasi shellac terjadi akibat esterifikasi dan pengeluaran air (H 2 O), yang mengakibatkan pemblokiran dan penurunan kelarutan [5]. Sejak polimerisasi terjadi melalui kelompok karboksil, perlindungan di asam karboksilat harus menjadi cara yang mungkin untuk meningkatkan stabilitas shellac. Larutan alkali menunjukkan kelarutan yang lebih baik. Ammonium hidroksida yang selanjutnya disebut AMN menunjukkan kelarutan yang lebih baik pada shellac dibandingkan kelarutan shellac dalam bentuk asam bebas [6].

Gambar 1. Skema aging shellac [7] (1) Reaksi di atas merupakan reaksi antara ammonia dengan air membentuk ion dan. Pada modifikasi shellac dengan AMN, diharapkan ion H dari OH milik shellac akan berikatan dengan ion H dari OH - milik AMN pada shellac. Selanjutnya pada shellac tersisa ion O - yang diharapkan berikatan dengan H + dari. Hal ini kemungkinan akan memperlambat terjadinya esterifikasi pada shellac. Gambar 2. Formasi pembentukan shellac dengan penambahan garam AMN[6]

METODE Shellac yang digunakan pada penelitian ini adalah shellac waxfree Pembuatan larutan shellac yaitu dengan cara shellac 3 g dilarutkan ke dalam 36 ml ethanol 96% dan didiamkan selama 24 jam hingga homogen. Selanjutnya disaring sampai volumenya 26 ml dan dititrasi. Titrasi dilakukan untuk menentukan titik ekuivalen dari shellac. Larutan shellac dititrasi dengan larutan sodium hidroksida yang sebagai penitran. Pembuatan larutan sodium hidroksida dengan cara melarutkan 1,6 g sodium hidroksida ke dalam aquades yang bersuhu 50 C. Setelah mengetahui titik ekuivalen, selanjutnya dapat menentukan volume AMN yang diperlukan. PH saat melakukan titrasi diukur dengan mnggunakan ph meter. Pembuatan lapisan shellac-amn dilakukan dengan menambahkan AMN 0,05 M pada shellac. Shellac sebanyak 5 g dilarutkan ke dalam 50 ml ethanol 96% dan distirrer selama 24 jam dan dituang ke dalam cetakan dan disimpan pada suhu ruang 25 ºC selama 2 hari. Selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan uji cara sampel ditimbang seberat 0,5 g dan dipanaskan pada suhu 125 ºC dengan variasi waktu pemanasan yaitu 10; 30; 60; 90 dan 180 menit. Setelah itu dilarutkan pada etanol 96% sebanyak 10 ml selama 3 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dan pengeringan pada suhu ruang yang selanjutnya dilakukan penimbangan padatan tidak larut. Hasil selisih dari penimbangan filter sesudah dan sebelum sebagai persentase padatan tidak larut. Penyimpanan sampel dari bulan ke-0 sampai ke-2 dengan kelembaban 85% RH dan suhu 25 ºC, uji padatan tidak larut diukur pada bulan tersebut.

persentase padatan tidak larut (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Shellac merupakan campuran poliester dan ester tunggal, terdiri dari beberapa gugus hidroksil dan gugus karboksil. Aging pada shellac dilaporkan karena polimerisasi di antara kelompok-kelompok ini, yang mengakibatkan ketidakstabilan shellac. Parameter uji ini adalah salah satu indikator yang menunjukkan kestabilan shellac[10]. Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh AMN 0,05 M pada stabilitas shellac terhadap waktu penyimpanan yaitu pada bulan ke-0 sampai dengan bulan ke-2 pada kondisi kelembaban 85% dan suhu 25 ºC. Karena mengalami polimerisasi maka dapat diketahui persentase padatan tidak larut. Grafik hubungan antara waktu penyimpanan terhadap persentase padatan tidak larut 6 4 2 0 0 1 2 waktu penyimpanan (bulan) shellac murni 0,05 Gambar 3. Grafik hasil uji insoluble solid terhadap waktu penyimpanan pada kelembaban relatif 85% dan suhu 25ºC Pada Gambar 3 menunjukkan hasil uji insoluble solid, pada lapisan shellac murni nilai uji insoluble solid berturut-turut dari bulan ke-0 sampai dengan bulan ke-2 yaitu 1,181%; 2,217% dan 5,048%. Nilai uji insoluble solid pada lapisan shellac-amn 0,05 M berturut-turut yaitu 0,596%; 0,952% dan 3,639%. Dari hasil uji tersebut menunjukkan bahwa stabilitas shellac murni maupun shellac-amn menurun seiring lamanya waktu penyimpanan. Ini menandakan bahwa sampel mengalami proses polimerisasi atau aging. Hasil uji insoluble solid pada lapisan shellac-amn 0,05 M lebih rendah persentasi padatan tidak larutnya dibandingkan pada lapisan shellac murni. Hal ini membuktikan bahwa AMN mampu

persentase padatan tidak terlarut (%) memperlambat proses polimerisasi dari shellac, meskipun hanya sedikit efek AMN yang diberikan pada shellac untuk memperlambat proses polimerisasinya. Untuk mengetahui polimerisasi pada shellac juga dilakukan uji insoluble solid pada pemanasan dengan suhu 125 ºC dengan variasi lamanya waktu pemanasan yaitu 10; 30; 60; 90 dan 180 menit untuk lapisan shellac murni dan lapisan shellac-amn 0,05 M. Proses polimerisasi dipercepat saat shellac terkena panas. Bila shellac dipanaskan di atas titik lelehnya 120-130 ºC, shellac menjadi 70% larut dalam alkohol dengan sangat cepat, sebelum laju reaksinya melambat, hanya 5-10% larut dalam alkohol. Seiring tingkat padatan tidak terlarut dalam alkohol naik,pemisahan uap air terjadi, secara bertahap menghilangkan air dari struktur molekuler dari shellac. Tes tersebut dirancang untuk mengukur seberapa cepat polimerisasi shellac saat terkena panas, yang disebut dengan tes Life Under Heat [5]. Grafik hubungan antara waktu pemanasan terhadap persentase padatan tak terlarut 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 50 100 150 200 waktu pemanasan (menit) murni 0,05 M Gambar 4. Grafik hasil uji insoluble solid pada suhu 125 ºC dengan variasi waktu pemanasan Pada Gambar 4 menunjukkan nilai uji insoluble solid pada lapisan shellac murni berturut-turut pemanasan pada suhu 125 ºC selama 10; 30; 60; 90 dan 180 menit yaitu 7,391%; 47,494%; 55,306%; 61,86% dan 71,33%. Pada lapisan shellac-amn 0,05 M yaitu 5,63%; 42,063%; 51,55%; 55,733% dan 65,995%.

absorbansi Dari hasil uji didapatkan bahwa polimerisasi terjadi pada semua sampel yaitu pada lapisan shellac murni dan lapisan shellac-amn 0,05 M yaitu semakin meningkat terhadap lamanya waktu pemanasan. Perubahan persentase padatan tidak larut secara signifikan terjadi pada pemanasan 10 sampai 30 menit pada lapisan shellac murni maupun lapisan shellac-amn 0,05 M di semua konsentrasi, namun dari menit 30 ke menit 180 perubahan persentase padatan tidak larut tidak signifikan. Hal ini kemungkinan karena laju reaksinya melambat seiring menurunnya konsentrasi reaktan. Dan dari hasil FTIR ditunjukkan dengan peningkatan intensitas gugus C=O dibanding shellac murni. [12]. Seperti pada Gambar 5 yang menunjukkan nilai puncak C=O pada shellac murni adalah 1709,968715 dan pada shellac-amn 0,05 M adalah 1715,755411. Nilai intensitas absorbsi dari shellac murni adalah 0,051079047 dan shellac-amn adalah 0,064378861. 0.12 0.1 Grafik hubungan antara bilangan gelombang shellac murni dan shellac-amn 0,05 M terhadap absorbansi O - H 0.08 0.06 0.04 C - O C = O C - H abs murni abs 0,05 0.02 0 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 bilangan gelombang (1/cm) Gambar 5. Grafik hubungan antara bilangan gelombang terhadab absorbansi pada lapisan shellac murni dan shellac-amn

KESIMPULAN AMN 0,05 M mampu memperlambat proses polimerisasi shellac pada penyimpanan selama 2 bulan dengan kelembaban 85% RH dan suhu 25 ºC serta pada pemanasan dengan suhu 125 ºC. DAFTAR PUSTAKA [1] Anan, M., Nunthanid, Jurairat, & Limmatvapirat, S. (2010). Effect of Molecular Weight and Concentration of Polyethylene Glycol on Physicochemical Properties and Stability of Shellac Film. Journal of Agricultaral and Food Chemistry, 58, 12934-12940. [2] Anan., et.al (2007). Effect of Plasticizers on Stability of Shellac Film. Journal of Agricultaral and Food Chemistry, 55, 687-692. [3] Xia, Wang., et.al. (2006). Present research on the composition and application of lac. For study China, 8(1) : 65-69. [4] Piyawatakarn., et.al. (2012). Design of Shellac-based Film with Improved Mechanical Properties Trough Composite Formation with Clay. Advanced Materials Research, 506 : 290-293. [5] Derry, J. (2012). Investigating Shellac:Documenting the Process,Defining the Product.ThesisThe Institute of Archeology,Conservation and History Faculty of HumanitiesUniversity of Oslo. [6] Limmatvapirat, S., et.al. (2007). Enhanced enteric properties and stability of shellac films through composite salts formation. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 67, 690 698. [7] Farag, Yassin. (2010). Characterization of Different Shellac Types and Develpoment of Shellac-Coated Dosage Form. Thesis, Doctor Grade of Hamburg University. [12] Nurcahyani, N. (2015).Karakterisasi Shellac-Montmorillonite Nanokomposit yang Difabrikasi dengan Metode Solvent Casting.Skripsi, Departemen Fisika FMIPA UNS.