A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengadilan dan kalaupun bersalah hukuman yang diterima lebih ringan. Selain

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Ni Luh Rahayu Widiasti, 2016

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penampilan merupakan faktor penting bagi setiap orang terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

membantu mempopulerkan K-Pop, perusahaan entertainment di Korea Selatan pun tanpa segan menggunakan Youtube sebagai sarana untuk membantu mendongkrak

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

48 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah idiom Bahasa Inggris yang berbunyi don't judge a book by its cover yang

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan makna, untuk itu manusia disebut sebagai homo signifikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONSUMTIF DENGAN SKRIPSI TIURMA YUSTISI SARI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PENDIDIKAN GIZI DALAM SURVEILANS UNDERWEIGHT PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

Journal of Social and Industrial Psychology

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. positif. Artinya penerimaan diri apa adanya (Brewer, 2005).

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

Konsep Body Image Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah sumber informasi yang sulit untuk dilepaskan dalam keseharian individu. Douglas Kellner (1995) mengemukakan bahwa media massa memang tidak hanya memiliki dampak langsung terhadap individu, tetapi juga mempengaruhi kebudayaan dan pengetahuan kolektif serta nilai-nilai di dalam masyarakat (Kellner,1995). Media massa menghadirkan perangkat citra, gagasan dan evaluasi yang ditampilkan melalui tampilan baik visual maupun audio visual yang menjadi sumber bagi masyarakat untuk memilih dan menjadikannya acuan dalam membentuk identitas diri (Kellner,1995). Fouts dan Burgaff dalam Tiggemann (2006) memaparkan bahwa salah satu efek dari transmisi yang diberikan media adalah munculnya konsep cantik ideal bagi para wanita. Tayangan televisi dan majalah sering menggunakan wanita sebagai ikon yang akhirnya menjadi role model bagi setiap remaja puteri di rumah (Tiggemann,2006). Tiggemann (2006) pun menjelaskan bahwa ikon yang ditampilkan melalui media tersebut memberikan definisi cantik yang memiliki kriteria bertubuh tinggi, berkulit putih, berambut panjang, dan bertubuh langsing. Bahkan terkadang langsing di sini menunjukkan tubuh yang benar-benar kurus (Tiggemann,2006). Field et al dalam Dohnt dan Tiggemann (2006) menjelaskan 1

2 media pun menyediakan informasi bagaimana cara untuk mencapai keadaan kurus tersebut (Tiggemann, 2006). Tiggemann dalam Cash & Pruzinsky (2002) memaparkan bahwa media menayangkan gambaran mengenai figur perempuan kurus yang mempengaruhi body image perempuan lain pada umumnya (Cash & Pruzinsky, 2002). Tayangan yang berulang mengenai figur tersebut menghasilkan tiga proses pada wanita yaitu komparasi sosial, internalisasi dari kurus ideal, dan penekanan mengenai penampilan pada evaluasi diri (Cash & Pruzinsky, 2002). Tayangan yang berulang selanjutnya akan disebut sebagai Exposure. Tiggeman menambahkan dalam Cash & Pruzinsky (2002) ketika perempuan membandingkan dirinya dengan gambar yang tersaji dalam media, mereka hampir tidak menemukan apa yang mereka inginkan. Ketika terjadi exposure mengenai gambar seperti itu di media, maka akan mengarahkan perempuan untuk menginternalisasi kurus ideal, sampai pada akhirnya hal tersebut diterima oleh mereka dan dijadikan sebagai poin untuk menilai diri mereka sendiri (Cash & Pruzinsky, 2002). Masih dalam Cash & Pruzinsky (2002), Tiggemann menjelaskan bahwa terdapat distorsi perseptual di mana perempuan melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang gemuk meskipun kenyataannya tidak seperti itu (Cash & Pruzinsky, 2002). Distorsi perseptual terjadi dalam tiga domain yaitu afektif, kognitif, dan perilaku terhadap body image (Cash & Pruzinsky, 2002). Pada domain afektif, kegagalan untuk mendapat ukuran dan berat sesuai tujuan yang tidak realistis akan mengarahkan pada ketidakpuasan tubuh dan mood yang negatif

3 (Cash & Pruzinsky, 2002). Pada domain kognitif, penekanan mengenai penampilan sebagai kriteria yang sentral pada hasil evaluasi diri (Cash & Pruzinsky, 2002). Pada domain perilaku, perempuan melakukan diet atau cara lain untuk menurunkan berat badan agar mencapai konsep kurus ideal (Cash & Pruzinsky, 2002). Gardiner dan Slater dalam Tiggemann (2006) mengemukakan bahwa perempuan atau gadis remaja mengindikasikan dengan jelas bahwa media memegang tanggung jawab pada perasaan negatif mereka terhadap tubuh mereka sendiri (Tiggemann, 2006). Jones, Vigfusdottir & Lee dalam Tiggemann (2006) menjelaskan majalah fashion dan konsumsi televisi ditemukan berkorelasi dengan ketidakpuasan tubuh, persepsi mengenai berat badan yang berlebih, dan munculnya gangguan makan (Tiggemann, 2006). Levine dan Smolak dalam Cash & Pruzinsky (2002) pun menjelaskan bahwa pada awal masa remaja, para remaja putri yang mempertimbangkan artikel majalah dan iklan sebagai sumber yang penting dari informasi untuk mendefinisikan dan mendapatkan tubuh yang sempurna akan lebih mudah untuk merasa tidak puas terhadap tubuhnya (Cash & Pruzinsky, 2002). Banyak remaja putri membandingkan dirinya sendiri dengan wanita yang bertubuh kurus di majalah dan televisi. Komparasi dengan model yang memiliki tubuh lebih kurus membuat mereka merasa memiliki berat dan bentuk tubuh yang lebih buruk, terutama jika mereka sudah memiliki body image yang negatif (Cash & Pruzinsky, 2002). Studi-studi yang dilakukan Levine dan Smolak dalam Cash & Pruzinsky (2002) mengenai remaja putri menemukan bahwa jenis tayangan yang ditonton oleh

4 remaja memiliki korelasi yang lebih erat dengan berat badan dan penampilan dibandingkan dengan lamanya menonton televisi itu sendiri (Cash & Pruzinsky, 2002). Jenis tayangan seperti video musik yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap remaja dalam memperhatikan berat badan dan penampilan (Cash & Pruzinsky, 2002). Cash & Pruzinsky dalam Nahidah (2008) menyatakan bahwa wanita pada semua umur memiliki ketidakpuasan yang lebih besar terhadap tubuhnya dibandingkan pria, mereka lebih memperhatikan berat badan dan penampilan dirinya. Lebih jauh lagi, wanita memiliki perasaan ketidaksesuaian yang besar antara tubuh ideal dengan tubuh mereka yang sebenarnya dan mereka cenderung menerima diri mereka lebih besar atau lebih berat dari diri mereka yang sebenarnya (Nahidah,2008). Menurut survei yang dilakukan majalah Cleo pada perempuan yang berusia 20-35 tahun, jumlah perempuan di Indonesia yang merasa tidak puas akan tubuhnya sendiri sebanyak 50 %, merasa terlalu gemuk 8 %, dan merasa terlalu kurus 5 % (Cleo, 2009). Menurut Deborah Stewart dalam Parents Guide (2005), perkembangan fisik pada tahap perkembangan remaja memang ditandai oleh ketidakpastian tampilan fisik. Ini membuat remaja seusia ini sering membanding-bandingkan tubuhnya dengan tubuh teman-temannya dan hal ini kerap memicu munculnya masalah mengenai body image pada remaja (Parents Guide, 2005). Levine dan Smolak dalam Cash & Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa body image adalah aspek yang paling

5 penting dari perkembangan psikologis dan interpersonal pada remaja, terutama remaja putri (Cash & Pruzinsky, 2002). Hurlock (1980) menuturkan bahwa timbul rasa prihatin pada remaja karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hurlock (1980) pun menambahkan bahwa para remaja menyadari dalam suatu hubungan sosial, mereka yang menarik secara fisik akan diperlakukan lebih baik (Hurlock, 1980). Fuhrman (1990) memaparkan bahwa kebanyakan remaja putri ingin menjadi kurus agar tercapainya konformitas dan media yang menyajikan streotype ideal dari wanita sukses berdasarkan dari penampilan fisiknya (Fuhrmann, 1990). Mereka akan merasa keluar dari lingkungan sekitar jika mereka tidak mengikuti standar dari kemenarikan fisik yang telah ditampilkan oleh teman dan media (Furhmann,1990). Hal ini disebabkan, remaja tidak lagi mengantungkan segala sesuatunya pada keluarga melainkan teman-teman sebaya (Fuhrmann, 1990). Selain agar tetap berada dalam kelompok teman sebaya yang diinginkan, remaja putri pun ingin dapat menjalin hubungan dengan lawan jenis. Sullivan dalam Steinberg (1992) mengemukakan bahwa pada masa remaja yaitu 12 hingga 18 tahun timbul kebutuhan akan keintiman pada lawan jenis dan kebutuhan akan kontak secara seksual (Steinberg, 1992). Beberapa penelitian yang lalu melaporkan bahwa remaja putri menganggap mereka yang bertubuh kurus akan lebih sukses dalam menjalin kencan dengan remaja putra (Paxton et al, 2005).

6 Damhorst et al dalam Paxton et al (2005) menjelaskan bahwa remaja putri memiliki kepercayaan untuk bisa populer di kalangan remaja putra mereka harus memiliki tubuh yang kurus untuk menarik perhatian (Paxton et al, 2005). Salah satu kelompok remaja yang memiliki perhatian tinggi untuk menjadi kurus adalah remaja yang merupakan anggota cheerleaders (Steinberg,1992). Thompson dan Digsby (2004) mengemukakan bahwa cheerleaders biasanya mengenakan seragam yang mungkin meningkatkan kesadaran tubuh dan hasrat untuk menjadi kurus. Sejauh ini, ekstrakurikuler cheerleading memiliki standar berat badan untuk menjadi cheerleaders. Setiap squad cheerleading sangatlah kompetitif dan memiliki nilai tinggi yang serupa dalam hal yang berkaitan dengan olah tubuh seperti senam lantai. Menurut Thompson dan Digsby (2004) biasanya perempuan yang berpartisipasi dalam olah raga ini mungkin secara signifikan memiliki resiko untuk mengembangkan gangguan makan. Sebagaimana disinyalir oleh Thompson dan Digsby (2004) cheerleaders memiliki ketidakpuasan tubuh yang besar dan insidensi yang tinggi terhadap gangguan makan (Thompson & Digsby, 2004). Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 5 Kota Bandung disebabkan oleh ekstra kurikuler cheerleading SMA Negeri 5 aktif memenangkan berbagai kejuaraan, tak hanya tingkat lokal namun hingga tingkat nasional. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu anggota cheerleaders SMA Negeri 5 kota Bandung, peneliti menemukan fakta bahwa para cheerleaders yang bersangkutan memiliki tubuh ideal namun masih memiliki ketidakpuasan tubuh

7 (Kusumawardhani, 2009). Mereka berupaya untuk tetap menjaga berat badannya selalu ideal agar dapat menampilkan performa yang prima (Kusumawardhani, 2009). Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas disertai dengan kenyataan di lapangan, peneliti ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam. Minimnya penelitian serupa di Indonesia memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian ini dan bermaksud untuk meneliti hubungan antara media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang dibahas sebelumnya, maka hal yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana tingkat media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung? b. Bagaimana tingkat ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung? c. Berapakah besar indeks korelasi media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung?

8 d. Apakah media exposure memiliki korelasi yang signifikan dengan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung? C. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana tingkat media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. b. Untuk mengetahui bagaimana tingkat ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. c. Untuk mengetahui berapa besar indeks korelasi media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. d. Untuk mengetahui korelasi yang signifikan antara media exposure mengenai tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung.

9 D. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat ; a. Kegunaan ilmiah yaitu, sebagai berikut: a) Memberikan informasi dan pengetahuan tentang media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. b) Sebagai bahan masukan empiris dan untuk menambah referensi dan literatur dalam bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian psikologi klinis di Indonesia yang menyangkut ketidakpuasan tubuh. b. Kegunaan praktis yaitu, sebagai berikut: a) Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan atau informasi dalam membawahi ekstra kurikuler cheerleaders. Sehingga dengan informasi tersebut dapat dilakukan evaluasi tentang kebijakan yang berhubungan dengan siswi-siswi terkait. b) Bagi cheerleaders, keluarga, dan teman sebayanya, untuk menambah informasi tentang ketidakpuasan tubuh. Sehingga dapat membantu dan memberikan dukungan pada cheerleaders yang mengalami ketidakpuasan pada tubuhnya. c) Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan mengenai permasalahan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan ketidakpuasan tubuh yang didasari oleh media baik televisi maupun majalah yang di

10 konsumsi oleh remaja putri. Selain itu juga sebagai bahan kajian bagi peneliti lain yang ingin memperdalam masalah sejenis. E. Asumsi Penulis merumuskan beberapa asumsi sebagai berikut: a) Media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal yang terdapat di televisi dan majalah banyak dikonsumsi oleh cheerleaders. Hal ini akan memicu cheerleaders untuk merasa tidak puas akan tubuhnya sendiri. b) Cheerleaders memiliki rasa ketidakpuasan pada tubuhnya sendiri. Karena cheerleaders termasuk kelompok remaja yang memiliki perhatian tinggi untuk menjadi kurus. Hal ini disebabkan seragam yang dikenakan oleh mereka meningkatkan kesadaran tubuh dan hasrat untuk menjadi kurus. c) Terdapat hubungan yang erat antara media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan rasa ketidakpuasan tubuh yang dirasakan oleh cheerleaders. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi yang dikemukakan diatas, maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : Terdapat korelasi yang signifikan antara media exposure dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung.

11 Hipotesis penelitian di atas kemudian diformulasikan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut : H o : Tidak ada korelasi yang signifikan antara media exposure dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. (H o : ρ = 0) H a : Terdapat korelasi yang signifikan antara media exposure dan ketidakpuasan tubuh di kalangan cheerleaders SMA Negeri 5 Kota Bandung. (H a : ρ 0) Hipotesis penelitian ini akan diuji pada α = 0,05 G. Metode Penelitian a. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional untuk memperoleh data empiris mengenai media exposure mengenai konsep tubuh wanita ideal dan ketidakpuasan tubuh pada cheerleaders di SMA Negeri 5 Kota Bandung. b. Subjek Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek pada penelitian adalah anggota cheerleaders yang berjumlah 38 orang di SMA Negeri 5 Kota Bandung.

12 c. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Bandung. Peneliti memilih SMA Negeri 5 Kota Bandung disebabkan adanya ekstrakurikuler cheerleading yang aktif memenangkan berbagai kejuaraan.