BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema Ibu, Kamu dan Jarak merujuk kata Ibu ke penulis dan kata Kamu ke anak penulis, dan kata jarak yang menjadi kondisi yang mengilhami saya untuk karya Tugas Akhir ini. Kata Kamu yang merujuk pada anak saya bersifat eksklusif, hal ini dikarenakan karya Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk anak laki-laki saya. Karya ini dilatar belakangi dari kondisi personal saya, yang kemudian dihadirkan dalam dua bentuk ilustrasi, yaitu pertama, harapan yang ditimbulkan oleh isu jarak, dan kedua, respon-respon atas jarak antara penulis dan anak itu sendiri. 3.2 Gagasan Pemikiran Seni merupakan ekspresi yang dihadirkan oleh perasaan dan pemikiran. Dan perasaan merupakan respon individu terhadap sesuatu yang terjadi di luar dirinya. Dan banyak seniman yang mengambil kisah dan pengalaman seputar hidupnya sebagai sumber inspirasi. Kisah-kisah yang menyangkut problema kehidupan yang tersangkut di dalam maupun diluar dirinya. Inspirasi seniman memang tidak terlepas dari faktor lingkungan serta pengalaman hidupnya atau juga bisa dari gagasan atau idenya sendiri, yang kemudian akan mempengaruhi aspek emosi dan batin seniman untuk menghasilkan karya seni. Pemikiran atau perasaan yang bergejolak di dalam diri seseorang tidak telalu baik untuk dipendam, khususnya untuk hal-hal yang bersifat sensitif. Perasaan atau pemikiran yang diungkapkan ini lah yang disebut ekspresi. Saya merasa sangat ekspresif dalam memperlakukan perasaan saya. Saya besar dengan kebiasaan menulis buku harian sejak kecil. Sudah lebih dari 7 buku harian yang saya hasilkan. Semakin kesini, saya tidak terlalu menggunakan penulisan untuk mengekspresikan perasaannya, namun lebih didominasi oleh tehnik gambar. Dan
beberapa bulan terakhir ini, saya cenderung lebih niat dalam memperlakukan buku harian saya, caranya dengan memperlakukannya sebagai sebuah karya seni juga. Dan penggunaan teks dan visual pada karya-karya saya umumnya bersifat idiolek, sehingga, walaupun karya tersebut diperlihatkan secara umum, tetap mempunyai intimacy hanya di antara saya dengan karya-karya saya, yaitu sebuah hal yang sifatnya personal, sebuah gambaran dari perasaan saya yang dapat diinterpretasikan oleh siapapun yang melihatnya namun tetap karya tersebut hanya mempunyai ikatan personal dengan saya. Adapun karya ini bersifat personal, namun karya ini masih bisa dilihat dalam permasalahannya yang mengacu kepada hubungan sosial antara manusia, khususnya disini hubungan ibu dan anak. Dan isu hubungan ibu dan anak disini juga menjadi permasalahan yang universal. Saya melihat karya ini sebagai pintu masuk dari permasalahan universal yang terjadi di sekitar kita. Karya seni dijadikan sebagai terapi buat saya, dengan menggunakan ekspresi kreatif untuk mencapai atau menjaga kondisi mental dan emosi. Dengan melihat karya yang dihasilkan dan apa yang telah dikomunikasikan saya pada suatu karya, saya merasa telah mampu mengenal diri saya sendiri secara lebih baik. Selain proses penyampaian perasaan pada karya, saya juga merasakan pengalaman-pengalaman yang bersifat estetis maupun personal pada saat proses pengerjaan karya. Dibantu dengan tehnik yang dipilih saya, yang banyak melibatkan saya pada perasaan, pemikiran, indera dan intuisi baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Seperti pada saat saya melakukan pewarnaan dengan menggunakan spidol, yang disitu menurut saya prosesnya terasa cukup lama dan banyak menghasilkan perbincangan antara saya dengan saya sendiri. Saya cenderung melibatkan empati terhadap karya-karya saya. Seperti menulis sebuah buku harian, menggambar, menorehkan tinta ke kertas atau kegiatan-kegiatan serupa yang melibatkan perasaan yang dicurahkan, merupakan sebuah terapi, sebuah usaha menuju sesuatu yang baik, dan inilah yang saya perlakukan dalam karya-karya saya. Dan memang rasanya setelah berhasil mencurahkan apa yang dirasakan adalah hal yang menyenangkan. Perasaan-perasaan yang muncul dari karya Tugas Akhir ini berlatar belakang dari isu personal tentang hubungan ibu dan anak. Keadaan yang mengharuskan saya berpisah untuk sementara dengan anak saya telah menginspirasikan karya ini. Jarak dengan
orang yang tersayang melahirkan banyak pengalaman dan cerita buat saya. Dari situ juga lahir banyak harapan-harapan yang muncul sesaat namun sangat sering. Kerinduan akan saya terhadap anak saya, yang sering saya rasakan saat jauh darinya kadang menimbulkan perasaan yang sangat aneh sampai kadang saya terheran sendiri. Saat saya masih menjalani kehidupan normal saya sebagai mahasiswi, juga sebagai wanita single kembali, menjalani kehidupan sosial dengan orang-orang sebaya dimana saya merasa sama seperti mereka, yang membedakan hanyalah saya sudah mempunyai anak. Menurut saya ini perasaan yang aneh. Saat saya masih menjalani kelabilan, kenekatan, kebandelan, kesenangan seperti wanita berumur 24 tahun lainnya namun di satu sisi saya juga diselimuti naluri keibuan yang muncul dengan misterius tanpa saya pernah duga bahwa saya bisa mempunyai suatu perasaan yang sangat besar akan seseorang (anak). Sesuai dengan tema yang saya angkat untuk tugas akhir ini, yaitu ibu, kamu dan jarak melahirkan dua buah kondisi yang menjadi isu dalam proses saya berkarya, yaitu sebuah respon yang kemudian menghasilkan harapan yang keduanya timbul karena adanya isu jarak tersebut. Dan dalam karya Tugas Akhir ini, saya berusaha merefleksikan perasaan-perasaan saya selama setahun terakhir ini selama berjarak dari anak saya. 3.3 Gagasan Visual Untuk karya Tugas Akhir ini saya sangat tertarik dengan tampilan visual yang tidak biasa namun sederhana, tidak menampilkan latar belakang atau latar suasana yang berlebihan. Saya sangat suka sekali susunan kalimat yang harfiah, begitu juga dengan tampilan visual yang sangat harfiah. Tampilan tidak biasa juga bisa tercapai dengan visual yang surrealis, visual yang seperti ini menurut saya sangat sesuai dengan harapan-harapan yang ingin saya tampilkan pada karya Tugas Akhir ini. Dimana disitu saya merasa dengan penggambaran visual yang surrealis dapat menjebol tembok realitas dan mewakili harapan, mimpi dan imajinasi.
3.3.1 Drawing Untuk tehnik drawing saya cenderung menggunakan stilasi bentuk untuk mewakilkan sosok saya dan sosok anak saya dan elemen-elemen lainnya. Bentuk yang sederhana dan teknik outline satu garis ini sudah saya lakukan sejak saya gemar menggambar. Dan dengan teknik menggambar seperti ini menurut saya sangat mewakilkan kepribadian saya. Disitu saya melihat teknik menggambar seperti ini sangat terlihat jujur, dan yang menurut saya paling terpenting adalah dapat mewakilkan bentukbentuk aslinya. 3.3.2 Warna hadirnya warna disini hanyalah sebagai warna, kehadirannya tidaklah dimaksudkan untuk memunculkan makna-makna tertentu. Tak ada urgensi-urgensi terhadap fakta mentalnya, latar historisnya dan lain-lain. Tetapi disini penggunaan warna hanyalah sebagai bagian yang sangat besar dari nilai estetis si karya. Warna disini dilihat dari komposisinya terhadap bentuk, kekontrasannya, keseimbangannya pada saat pemasangan karya dan lainnya. Terkecuali untuk pemilihan warna putih sebagai warna kulit yang akan dijelaskan pada sub bab pembentukan karakter. 3.3.3 Penggunaan Teks Penggunaan teks atau kalimat pada karya tugas akhir saya dimaksudkan untuk mempertegas karya terhadap sebuah kondisi dan suasana. Kalimat yang saya susun itu sendiri mempunyai makna yang idiolek (kode yang diciptakan seniman) yang dimana disitu saya mampu menciptakan kode-kode yang hanya bisa dimengerti oleh saya sebagai senimannya. Disitu bisa terdapat idiom-idiom baru, plesetan makna, dan kebebasan saya dalam mengartikan simbol-simbol. seperti contoh apel saya simbolkan sebagai ; cinta, rasa sayang, hati, kebahagiaan.
3.4 Proses Berkarya 3.1 Kumpulan ilustrasi harian penulis Karya-karya diatas ini bisa merupakan ilustrasi harian saya. Disini saya terbiasa menuangkan perasaan yang sedang saya rasakan pada saat itu juga dalam bentuk gambar. Saya menggambarkannya diatas kertas-kertas yang sudah saya sudah saya kumpulkan secara sengaja (koleksi). Semenjak setahun terakhir ini saya gemar mengkoleksi kertas, karena kesukaan saya menggambar pada motif, warna dan tekstur kertas yang beragam. Kebiasaan mengilustrasikan kejadian yang terjadi di hidup saya ini menjadi sebuah terapi tersendiri buat saya, dimana saya merasakan ketenangan, kelegaan dan kesenangan dalam proses pembuatannya. Dari kebiasaan ini juga yang akhirnya menginspirasikan pada tampilan visual untuk Tugas Akhir saya. dari segi penggambaran situasi, pewarnaan, latar belakang, penulisan kalimat, tehnik penggambaran, penggunaan alat-alat gambarnya, dan elemen-elemen lain inilah yang saya pakai sama pada karya Tugas Akhir ini. Inilah yang menjadi gagasan visual pertama untuk karya Tugas Akhir ini.
3.2 Proses berkarya Pada proses pembuatan karya, saya banyak berproses di kamar kos-kosan saya, biasanya saya mengerjakannya pada malam hari dan juga ditemani lagu-lagu favorit saya. Sebisa mungkin saya mengerjakan drawing karya Tugas Akhir dalam keadaan yang nyaman. 3.4.1 Teknis Dari segi teknis, saya menggambar dengan menggunakan drawing pen dengan ketebalan 0.2, paint marker dengan berbagai warna, tip-ex, spidol warna snowman dan white marker dengan ketebalan kecil sampai yang besar. Dan pengerjaannya pada kertas kertas yang saya kumpulkan. Kemudian setelah pengerjaan karya secara manual, saya akan menscan gambargambar tersebut menjadi format digital. Setelah itu karya-karya ini saya print dengan ukuran yang lebih besar dari aslinya (ukuran kertas A4,A5 dan F4). Fasilitas digital yang saya gunakan adalah pada penajaman warna, saya tidak menggunakan fasilitas
digital dalam membuat atau merubah gambar. Penajaman warna dengan mengunakan software Adobe Photoshop CS2 sangat diperlukan, karena warna dari hasil scan lebih turun dari warna aslinya, oleh karena itu penajaman warna sangat diperlukan disini. Penggunaan digital disini saya maksudkan untuk beberapa hal. Pertama atas dasar kecenderungan berkarya, sesuai dengan latar belakang saya yang selama 3 tahun berkerja sebagai desainer di beberapa clothing independent di Bandung dan juga Jakarta. Dengan latar belakang perkerjaan secara saya sadari memberikan jarak antara saya dan karya-karya saya. Kecenderungan yang timbul adalah saya mengerjakan karya saya secara manual dan kemudian saya pindahkan ke dalam bentuk digital dengan hasil akhir yang berjumlah banyak seperti pada kaos, flyers, majalah dan lain-lain dan kemudian auranya hilang karena hasil akhirnya dalam bentuk baru dan jumlahnya massal. Dan kecenderungan inilah yang kemudian menimbulkan suatu kebiasaan, dan yang saya rasakan adalah kedekatan antara saya dengan proses dan hasil digital yang ditimbulkan karena kebiasaan ini. Alasan kedua yang lebih konseptual adalah penggunaan cetak digital dikarenakan jarak itu sendiri, disini karya tugas akhir ini saya secara sadar menimbulkan jarak antara saya dan karya saya. sesuai dengan tema yang telah saya pilih ini dan yang telah dilatar belakangi dengan isu jarak itu sendiri. Saya melihat dan merasakan penggunaan tehnik digital print memberikan jarak antara seniman dan karya. Karya digital juga bisa dianalogikan sebagai anak, yang kemudian jarak tersebut diwakilkan dari sebuah mesin yang mewujudkan hasil akhir karya. Untuk alasan ketiga yang sangat relevan dengan hasil karya adalah keinginan saya untuk menampilkan karya ini tidak biasa. Dimana disitu saya menggunakan kertas sebagai medium karya yang tidak lepas dari warna, motif dan teksturnya, yang kemudian akan dicetak dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran aslinya dengan medium yang berbeda pula.
3.4.2 Pembentukan karakter Warna Kulit dan Bentuk Muka Dalam pembentukan karakter yang menjadi obyek pada karya saya merupakan sebuah bentuk penyederhanaan dari wujud rupa saya dan anak saya. Saya mengambil bentukbentuk yang bisa mewakili masing-masing karakter. Untuk pemilihan warna kulit, saya memakai warna putih. Warna kulit yang sebenarnya mempunyai batasan dalam ruang tempat dan cuaca, dimana sebuah fakta bahwa kulit orang Asia pada umumnya coklat kekuningan, orang Timur Tengah mempunyai kulit coklat kehitaman dan orang Eropa mempunyai kulit berwarna putih dan sebagainya. Pada karya ini saya menghadirkan warna putih sebagai warna kulit, urgensinya adalah sebagai penyambung antara hubungan ibu dan anak ( adanya kemiripan yang eksplisit ), sebagai sebuah harapan atau sebuah kondisi yang tidak mempunyai batasan, perwakilan dari keadaan yang dialami oleh saya juga dirasakan oleh kebanyakan orang (isu universal). Untuk pembentukan muka saya dan anak saya, saya mengambil sebuah ciri yang sangat menonjol, yang menurut saya sangat terlihat dari bentuk rambutnya. Seperti saya menggambarkan anak saya sebagai anak lelaki dengan mata sayu dan rambut lurus berponi. Penggambaran ini sesuai dengan rupa aslinya anak saya secara sederhana. 3.3 Pembentukan karakter
Untuk pemakaian motif pada karakter ibu dan karakter anak, saya memakai motif garis dan motif bulat-bulat. Untuk motif garis saya gunakan untuk baju yang dikenakan oleh anak saya, dan motif bulat digunakan untuk baju yang saya kenakan. Motif disini perannya sebagai lambang dari gender, dimana saya sebagai ibu adalah seorang perempuan dan anak saya adalah seorang laki-laki. Penggunaan motif garis sebagai lambang dari gender lelaki dan motif bulat sebagai lambang perempuan didasari oleh memori masa kecil dimana bentuk motif ini terekam di memori saya sebagai sebuah bentuk yang kontradiktif. Saat saya masih kecil yang teringat di memori saya, ibu saya selalu memakaikan saya kaos dengan motif bulat-bulat, sedangkan untuk kakak laki-laki saya dipakaikan beliau dengan kaos bermotif garis. 3.4 Motif bulat dan motif garis