BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik - cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. C. Subjek Penelitian 1. Populasi : mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Kriteria inklusi dan eksklusi a. Inklusi : perempuan yang telah mengalami menarke, dapat berdiri tegak dalam posisi antropometri (tidak dalam keadaan sakit yang dapat mengganggu pengukuran tinggi badan dan panjang kaki). Eksklusi : responden tidak bersedia diteliti, responden lupa (usia menarke, frekuensi olahraga dan frekuensi konsumsi susu). 3. Sampel : mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 4. Besar sampel : 60 (rule of thumb). Sampel minimal untuk setiap satu variabel bebas dan variabel terikat adalah 30. Setiap penambahan satu variabel bebas membutuhkan sampel minimal 15.
Sampel untuk satu pasang variabel bebas dan variabel terikat ditambah dua variabel luar yang mempengaruhi varibel terikat = 30 + 15(2) = 60 (Murti, 2010) 5. Teknik sampling : purposive sampling Purposive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel di mana peneliti memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2011).
D. Desain Penelitian Populasi Sampel Purposive Sampling Wawancara Pengukuran 1. Usia menarke 2. Frekuensi olahraga 3. Frekuensi konsumsi susu 1. Tinggi badan 2. Panjang kaki Data Analisis Data Uji T dan Uji Korelasi Pearson
E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : usia menarke 2. Variabel terikat : tinggi badan dan panjang kaki saat dewasa 3. Variabel luar : a. Dapat dikendalikan : olahraga dan konsumsi susu. b. Tidak dapat dikendalikan : genetik. F. Definisi Operasional 1. Usia menarke : usia pertama kali mengalami mentruasi. Satuan dalam tahun. Skala : numerik. 2. Tinggi badan akhir : tinggi badan saat dewasa; tinggi badan yang sudah stabil karena tidak akan mengalami pertumbuhan tinggi lagi, yang diukur dengan prinsip pengukuran antropometri. Satuan dalam centimeter (cm). Skala : numerik. 3. Panjang kaki : panjang kaki saat dewasa; panjang kaki yang sudah stabil karena tidak akan mengalami pertumbuhan panjang/tinggi lagi, yang diukur dengan rumus : panjang kaki = tinggi badan tinggi saat duduk keterangan : tinggi saat duduk diukur dari kepala hingga bagian terbawah tubuh saat duduk. (Onland-Moret et al., 2005) Satuan dalam centimeter (cm). Skala : numerik.
1) Olahraga Olahraga yang dimaksud adalah frekuensi olahraga khususnya selama masa pubertas dan masa remaja, yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : Olahraga cukup : jika dilakukan minimal 3 kali seminggu. Olahraga kurang : jika dilakukan kurang dari 3 kali seminggu. (Karim, 2002) Skala : ordinal. 2) Konsumsi susu Konsumsi susu yang dimaksud adalah frekuensi konsumsi susu khususnya selama masa pubertas dan masa remaja, yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : Konsumsi susu cukup : jika frekuensi minimal 2 kali sehari. Konsumsi susu kurang : jika frekuensi kurang dari 2 kali sehari. (Wagner dan Greer, 2008) Skala : ordinal. G. Alat dan Bahan Penelitian 1. Staturemeter (alat ukur tinggi badan, ketelitian 0,1 cm) 2. Alat tulis H. Cara Kerja 1. Wawancara Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data dengan cara interviewer menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden sebagai narasumber (Johnson, 2000). Pada pengertian ini
dapat diketahui bahwa kegiatan wawancara melibatkan dua pihak yakni interviewer atau orang yang melaksanakan kegiatan wawancara dan juga interviewee atau pihak yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2009). Teknik wawancara dilakukan langsung (face to face) oleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai usia menarke, frekuensi olahraga dan frekuensi konsumsi susu selama masa pubertas dan masa remaja dari responden. 2. Pengukuran a. Tinggi badan Pengukuran tinggi badan diukur dengan staturemeter pada posisi antropometri. Langkah-langkah pengukuran : 1. Alas kaki dan semua aksesori yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran tinggi badan dilepas. 2. Responden berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan. 3. Bahu rata, tangan di samping. 4. Kepala, bahu, pantat, tumit menempel di dinding 5. Tumit rapat membentuk huruf V 6. Saat akan dilakukan pengukuran, responden diminta menarik nafas dalam (inspirasi maksimal). Tarik staturemeter hingga vertex.
7. Pengukuran dilakukan dari bagian vertex sampai telapak kaki. 8. Lihat hasil pengukuran (saat melakukan pembacaan, mata pemeriksa sejajar dengan skala hasil pengukuran tinggi badan). (Norton et al., 1996) b. Panjang kaki Panjang kaki diukur dengan rumus : panjang kaki = tinggi badan tinggi saat duduk Prinsip pengukuran tinggi saat duduk sama dengan pengukuran tinggi badan, hanya saja tinggi saat duduk diukur dari vertex hingga bagian terbawah tubuh saat duduk. (Onland-Moret et al., 2005) Alat ukur : staturemeter. I. Teknik Analisis Data : uji T dan uji korelasi Pearson. Uji T digunakan untuk membandingkan nilai rerata 2 kelompok, sedangkan uji korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel numeric (Sastroasmoro, 2011). Analisis data penelitian menggunakan SPSS 16.0.