BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

EKOLOGI Anopheles spp. DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Ecology of Anopheles spp. in Central Lombok Regency. Majematang Mading 1*, Muhammad Kazwaini 1

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN POPULASI DAN BIONOMI Anopheles spp DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

Muhammad Kazwaini, Fridolina Mau. Loka Litbang P2B2 Waikabubak Indonesia

PERILAKU MENGHISAP DARAH AN. BARBIROSTRIS DI LOKASI TAMBAK IKAN BANDENG DAN KAMPUNG SALUPU DESA TUADALE KABUPATEN KUPANG TAHUN 2010

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M.

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

Identifikasi Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria dari Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

Bionomik Nyamuk Anopheles spp di Desa Sumare dan Desa Tapandullu Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011

JENIS DAN STATUS ANOPHELES SPP. SEBAGAI VEKTOR POTENSIAL MALARIA DI PULAU SUMBA PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011

SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

Beberapa aspek bioekologi Anopheles spp. di Desa Karuni Kecamatan Laura Kabupaten Sumba Barat Daya Nusa Tenggara Timur

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

Species diversity and biting activity of malaria vectors (Anopheles spp.) in Lifuleo Village, West Kupang District, East Nusa Tenggara

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

ARTIKEL HUBUNGAN KEBERADAAN TERNAK DAN LOKASI PEMELIHARAAN TERNAK TERHADAP KASUS MALARIA DI PROVINSI NTT

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

Muhammad Kazwaini*; Ruben Wadu Willa

KERAGAMAN SPESIES NYAMUK DI DESA PEMETUNG BASUKI DAN DESA TANJUNG KEMALA BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

Potensi Penularan Malaria di Desa Sigeblog, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara

IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

3 METODOLOGI. untuk menentukan lokasi tempat perindukan larva nyamuk Anopheles. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

DESKRIPSI BIONOMIK NYAMUK Anopheles Sp DI WILAYAH KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016

Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DUSUN BENDAWULUH, DESA BEJI, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BEBERAPA ASPEK PERILAKU AN. MACULATUS THEOBALD DI PITURUH KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

Konfirmasi Anopheles sinensis dan Anopheles vagus sebagai Vektor Malaria di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun Hanani M.

PENGKAJIAN BIONOMIK NYAMUKANOPHELES SEBAGAI PENDEKATAN UNTUK MENGENDALIKAN POPULASINYA DALAM UPAYA MENANGGULANGI MALARIA

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN Anopheles spp PADA EKOSISTEM PEDALAMAN DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKONFIRMASI TERSANGKA VEKTOR DALAM PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DESA KEBUTUH DUWUR KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA


4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa aspek perilaku Anopheles sundaicus di Desa Konda Maloba Kecamatan Katikutana Selatan Kabupaten Sumba Tengah

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

PENYEBARAN KASUS DAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KARAKTERISTIK TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN ANOPHELES SP. DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTO BAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

KEPADATAN NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DESA PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS, DESA JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN DAN BATUKUWUNG KABUPATEN SERANG

GAMBARAN KASUS DAN TERSANGKA VEKTOR MALARIA DI DAERAH PEDALAMAN MALINAU

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

KOMPOSISI UMUR NYAMUK ANOPHELES sp YANG DEDUGA SEBAGAI VEKTOR DI DAERAH PEGUNUNGAN KECAMATAN LENGKONG, KABUPATEN SUKABUMI

JENIS DAN STATUS ANOPHELES SPP. SEBAGAI VEKTOR POTENSIAL MALARIA DI PULAU SUMBA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EKOLOGI HABITAT PERKEMBANGBIAKAN ANOPHELES SPP. DI DESA SIMPANG EMPAT, KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

Epidemiology of malaria in inlad area of Nunukan. Epidemiologi malaria di daerah pedalaman Nunukan. Penelitian. Vol. 4, No.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

Umur Relatif Nyamuk... (Yuyun Srikandi, et. al)

BEBERAPA ASPEK PERILAKU ANOPHELES MACULATUS THEOBALD DI PITURUH, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH

Survei Entomologi Dalam Penanggulangan Wabah Malaria

FAUNA ANOPHELES SP DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA. ANOPHELES sp.'s FAUNA IN SOUTHWEST SUMBA DISTRICT PENDAHULUAN

Situasi Vektor Malaria di Desa Buayan dan Ayah Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

Unnes Journal of Public Health

STUDI BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles sundaicus DI DESA SUKARESIK KECAMATAN SIDAMULIH KABUPATEN CIAMIS

BAB 6 PEMBAHASAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yuyun Srikandi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEPADATAN VEKTOR MALARIA PADA LINGKUNGAN PENDERITA DI PUSKESMAS BAMBU KAB. MAMUJU 2008

Faktor Risiko Penularan Malaria Di Jawa Barat (Kajian Epidemiologi Tentang Vektor, Parasit Plasmodium,

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

Transkripsi:

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH Majematang Mading 1 dan Ira Indriaty P.B. Sopi 1 1 Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Waikabubak, Jln. Basuki Rahmat Km 5 Puu Weri, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur Abstract Selong Belanak Village was one of the village with the highest percentage rate of Annual Malaria Incident by 7,59 % in area of Puskesmas Mangkung in 29. The objectives of this study were to determine some bioecology aspects of An. vagus that was breeding habitats characteristic, larva density, and biting activity of An. vagus. This study was conducted at Selong Belanak village, Center Lombok District, Nusa Tenggara Barat Province in 21. This study was a descriptive study using cross sectional approach. Larva and adults colections were doing in this study by using man baited method. The results showed that breeding habitats of An. vagus was rice fields, ditches, and water standing with ph between 7-7,5, salinity by ppm, turbidity and sun intensity was support the existence of mosquito vector in the breeding habitat. The biting characteristic of An. vagus have a exofilic and exophagic type. Mosquitoes collection were conducted in around of animals stable, and the results higher density more than other method with result 2, by person by hour. The highest density biting activity of mosquito in outside between 2. 21. o clock with Man Hour Density (MHD) is,1 by person by hour. Detection of Sporozoit in salivary glands of suspected malaria vector needs to do to malaria vector. Key words: Bioecology, malaria, An.vagus SOME BIOECOLOGYCAL ASPECTS OF Anopheles vagus IN SELONG BELANAK VILLAGE OF CENTRAL LOMBOK DISTRICT Abstrak Pada tahun 29, Desa Selong Belanak merupakan salah satu desa dengan angka Annual Malaria Incident (AMI) tertinggi di wilayah Puskesmas Mangkung sebesar 7,59. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bioekologi nyamuk Anopheles vagus mencakup karakteristik habitat perkembangbiakan, kepadatan nyamuk dan pola aktivitas menggigit An. vagus. Penelitian dilakukan pada tahun 21. Desain penelitian menggunakan rancangan survei entomologi dengan pendekatan cross sectional. Kegiatan yang dilakukan meliputi penangkapan jentik dan nyamuk dewasa dengan metode umpan orang. Hasil penelitian di dapatkan tempat perkembangbiakan nyamuk Anoheles vagus di Desa Selong Belanak adalah sawah, parit sawah, selokan dan genangan air di lahan kosong yang tak terurus dan di sekitar perumahan. PH air 7-7,5, kadar garam berkisar antara ppm, kekeruhan air dan intensitas matahari pada tempat perkembangbiakan (breeding place) mendukung perkembangan nyamuk vektor malaria. An. vagus cenderung bersifat eksofili dan eksofagik. Penangkapan di sekitar kandang mempunyai kepadatan tinggi dibandingkan dengan metode lain yakni mencapai 2, per orang per jam aktifitas menggigit di luar rumah dengan kepadatan tertinggi pada jam 2.-21. dengan MHD,1 per orang per jam. Deteksi sporozoit dalam kelenjar ludah perlu dilakukan untuk menentukan dugaan vektor. Kata Kunci: Bioekologi, malaria, dan An. vagus Naskah masuk: 24 Januari 214; Review I: 27 Januari 214; Review II: 25 Maret 214; Layak Terbit: 1 Oktober 214 26

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 Alamat korespondensi penulis pertama: e-mail; maje_inside@yahoo.com PENDAHULUAN Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, wilayah kerja Puskesmas Mangkung merupakan wilayah dengan angka kejadian malaria tertinggi di Lombok Tengah dengan Annual Malaria Incidence (AMI) 14,6, 1 tergolong dalam kategori High Prevalen Area (HPA). 2 Angka kejadian malaria di puskesmas ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AMI tingkat kabupaten. Yang menjadi perhatian bahwa beberapa desa di wilayah Puskesmas Mangkung termasuk dalam Kawasan Wisata yaitu Desa Selong Belanak dan Desa Mekarsari. Pada tahun 29 Desa Selong Belanak mempunyai angka AMI tertinggi sebesar 7,59. 1 Desa Selong Belanak secara geografis berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia (coastal). Di desa ini terdapat tempat-tempat perkembangbiakan vektor potensial seperti sungai, lagun temporal maupun permanen, pesawahan, perkebunan dan hutan yang berdampingan pemukiman penduduk, hotel dan fasilitas pariwisata lainnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin dekat pemukiman dengan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk semakin berisiko penduduknya untuk tertular malaria. Penelitian di Lombok Timur yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Lombok Tengah menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal kurang dari 1m dengan tempat perkembangbiakan vektor mempunyai risiko sebesar 1,78 kali untuk menderita malaria dibandingkan dengan jarak lebih dari 2 m, 3 sedangkan di Sri Lanka, jarak pemukiman penduduk dengan tempat perkembangbiakan nyamuk kurang dari 25 m mempunyai risiko 14 kali lebih besar untuk menderita malaria dan risiko tersebut semakin berkurang dengan semakin bertambahnya jarak. 4 Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menekan penularan malaria di wilayah tersebut, Namun tampaknya kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang optimum. Untuk mendapatkan upaya pemberantasan yang efektif dan efisien maka informasi mengenai bioekologi vektor sangat di perlukan bagi upaya pengendalian vektor secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bioekologi nyamuk An. vagus mencakup karakteristik habitat perkembangbiakan, kepadatan nyamuk dan pola aktivitas menggigit An. vagus di Desa Selong Belanak Kabupaten Lombok Tengah. METODE Penelitian dilakukan di Desa Selong Belanak Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat pada tahun 21. Disain penelitian menggunakan rancangan survei entomologi. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Bahan dan alat yang digunakan adalah peralatan untuk penangkapan jentik dan nyamuk dewasa, alat pengukuran suhu dan kelembaban udara seperti aspirator, senter, paper cup, cidukan, light trap, thermometer dan hygrometer. Survei jentik nyamuk dilakukan pada genangan air yang potensial sebagai tempat perkembangbiakan di daerah penelitian. Untuk menghitung kepadatan jentik dilakukan sesuai dengan standar WHO. 5 Jentik dipelihara sampai menjadi dewasa kemudian di identifikasi menurut spesiesnya berdasarkan kunci identifikasi bergambar. 6 Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan di dalam dan di luar rumah dari jam 18. sampai jam 6.. selain itu juga dilakukan penangkapan terhadap nyamuk yang hinggap/istirahat di dinding dan di sekitar kandang ternak. Penangkapan dilakukan oleh enam orang dengan menggunakan aspirator (tiga di dalam dan tiga di luar rumah). Penangkapan di dalam rumah (indoor) dilakukan dengan metode umpan 27

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 badan (human bitting) selama 4 menit setiap jamnya dan dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang istirahat (resting) dinding selama 1 menit. Penangkapan di luar rumah (out door) juga dilakukan dengan umpan badan selama 4 menit setiap jamnya dan dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang sedang istirahat kandang selama 1 menit. Alat perangkap nyamuk light trap di pasang di luar rumah mulai jam 18. sampai jam 6.. Nyamuk yang tertangkap untuk dikelompokan berdasarkan metode dan jam penangkapan serta spesies, selanjutnya di identifikasi spesiesnya. Suhu dan kelembaban udara diukur tiap jamnya, kemudian dihitung angka maksimal dan minimalnya. Pada pagi hari jam 6.- 8. dilakukan penangkapan istirahat dinding dan yang istirahat di alam. HASIL DAN BAHASAN Tempat perkembangbiakan Nyamuk Anopheles spp Jenis tempat perkembangbiakan Anopheles spp. yang positif jentik di Desa Selong Belanak adalah parit, sawah, selokan, genangan air di lahan kosong yang tak terurus dan di sekitar perumahan, genangan bekas ban kendaraan, lagun dan saluran irigasi, dengan luas masing-masing tempat perkembangbiakan berkisar antara,5-5 m 2. Jentik An. vagus ditemukan pada jenis tempat perindukan berupa sawah, parit, selokan dan genangan air di lahan kosong dan disekitar perumahan. Parameter lingkungan yang diukur adalah lingkungan fisik meliputi kekeruhan, keterpaparan sinar matahari. Lingkungan kimia yang diukur meliputi kadar garam berkisar antara 14 /, ph air pada tempat perkembangbiakan bervariasi antara 7-9, dan lingkungan biologi meliputi biota air dan keberadaan predator di tempat peridukan yang positif jentik, kondisi ini sesuai dengan teori yang menyatakan derajat keasaman yang optimal untuk Anopheles spp. lebih banyak ditemukan diperairan yang bersifat basa (ph air berkisar 8-14). 7 Jenis tempat perkembangbiakan meliputi sawah, parit sawah selokan, lahan kosong, genangan air dan genangan bekas ban kendaraan jenis biota meliputi rumput (musei), ikan dan berudu/anak katak (Rana sp) sedangkan pada jenis tempat perkembangbiakan lagun dan saluran irigasi terdapat lumut dan ikan. Jentik banyak berlindung ditanaman air, lumut dan bersembunyi pada tanaman padi yang kering yang terendam air. 8 selengkapnya disajikan dalam Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Karakteristik Tempat Perindukan Anopheles spp. di Desa Selong Belanak Jenis Tempat perkembangbiakan Kekeruhan Keterpaparan sinar matahari Kadar garam ph Biota air Species Parit + + 7 Rumput An. vagus Sawah + + 7,5 Rumput, ikan An.vagus, An. aconitus, Selokan + - 7.5 Rumput, An.vagus lumut Genangan air di + - 7 Rumput An. vagus lahan kosong Genangan air di + - 7 Rumput An. vagus sekitar perumahan Genangan air bekas + + 7 Rumput An. maculatus ban kendaraan Lagun + + 14 9 Lumut, ikan An. subpictus, An. sundaicus Saluran irigasi + + 8 lumut An.aconitus 28

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 Kepadatan jentik Anopheles spp Beberapa tempat perkembangbiakan di Desa Selong Belanak, meliputi daerah persawahan, selokan, lagun, lahan kosong, genangan bekas ban kendaraan dan saluran irigasi. Jumlah jentik yang terkumpul selama penelitian sebanyak 1.14 ekor dengan kepadatan jentik tiap jenis tempat perkembangbiakan bervariasi antara,1 per ciduk sampai dengan 9,6 per ciduk, kepadatan jentik tertinggi pada jenis tempat perkembangbiakan lagun 2 sebesar 9,6 per ciduk dan kepadatan terendah pada jenis tempat perkembangbiakan sawah 1 sebesar,1 per ciduk, hasil pemeliharaan jentik yang tertangkap ditemukan An.vagus, An.subpictus, An.maculatus, An.aconitus, An. sundaicus, dan An. anullaris. Fauna Nyamuk Anopheles spp Penangkapan nyamuk menggunakan metode Night Landing Collection (NLC), Night Resting Collection (NRC), Light Trap Collection (LTC) dan Resting Morning Collection (RMC). Metode NLC meliputi penangkapan nyamuk menggunakan Umpan Orang Dalam (UOD) dan Umpan Orang Luar (UOL), metode NRC meliputi penangkapan nyamuk yang istirahat di dinding dan di sekitar kandang (Tabel 3). Jumlah nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap di Desa Selong Belanak sebanyak 1885 ekor, terbanyak ditemukan di luar rumah 1812 (96,13%). Nyamuk Anopheles yang ditemukan sebanyak tujuh spesies yaitu An. vagus, An. subpictus, An. aconitus, An. maculatus, An. sundaicus, An. anullaris dan An. tesselatus. Nyamuk Anopheles spp. yang paling banyak tertangkap adalah An. vagus, yang tersebar di luar rumah, walaupun dengan penangkapan umpan badan banyak menggigit di dalam rumah sebesar 1,78% dan penangkapan di sekitar kandang mencapai 63,78%, lebih dari separuh populasi yang berhasil dikumpulkan aktif di luar rumah. dan yang tertangkap dengan light trap mencapai 33,15%. Selengkapnya pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi fauna nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap berdasarkan metode penangkapan di Desa Selong Belanak Kabupaten Lombok Tengah tahun 21 Spesies Jml Landing collection Resting collection Light Dalam Luar Dinding Kandang trap An. vagus 1.626 29 12 9 137 539 1,78%,8%,5% 63,78% 33% An. subpictus 251 5 18 27 143 58 1,9% 2,7% 1,7% 56,9% 23,1% An. aconitus 4 1 3 % % % 25% 75% An. maculatus 1 1 % % % 1% % An. sundaicus 2 2 1% % % % % An. anullaris 1 1 1% % % % % An. tesselatus % % % % % % Resting morning % % % % % % 1 1% 29

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 An. subpictus separuh populasi ditemukan di sekitar kandang mencapai sebesar 56,97% dan aktif menggigit orang di luar rumah sebesar 7,17%, dan di dalam rumah sebesar 1,99% sedangkan yang tertangkap light trap sebesar 23,11%. An. aconitus aktif di luar rumah, ditemukan di sekitar kandang sebesar 25% dan tertangkap light trap mencapai 75%, sedangkan spesies Anopheles yang paling sedikit ditemukan adalah An. maculatus, An. anullaris dan An. tesselatus masing-masing sebanyak 1 ekor dengan metode yang berbeda. Berdasarkan penelitian Dachlan et al. (25), pada beberapa daerah fokus malaria di Provinsi Nusa Tenggara Barat ditemukan sebanyak 11 spesies, 5 spesies telah dibuktikan sebagai vektor yaitu 3 spesies berperan sebagai vektor utama (An. subpictus, An. maculatus, dan An. barbirostris), dan 2 spesies sebagai vektor sekunder (An. sundaicus dan An. aconitus). 9 Di Lombok Tengah berdasarkan laporan hasil survey entomologi pada beberapa lokasi endemis malaria ditemukan beberapa spesies antara lain An. subpictus, An. sundaicus, An. maculatus, An. kochi, An. barbirostris, An. philipinensis, An. teselatus, dan An. anullaris, tetapi belum dilakukan konformasi vektor. 1 Aktifitas menggigit Anopheles vagus Diantara spesies nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dan menggigit yang paling dominan yaitu An. Vagus. Hasil pengujian ELISA ditemukan An. vagus di Kabupaten Lombok Tengah mengandung sporozoit Plasmodium vivax, 11 dengan demikian diduga yang menjadi vektor malaria di Desa Selong Belanak Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah adalah An. vagus, namun untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan sporozoit salah satunya adalah melalui pembedahan kelenjar liur nyamuk Anopheles spp. 8 Anopheles vagus dapat diduga sebagai vektor malaria apabila memenuhi persyaratan antara lain nyamuk Anopheles vagus mempunyai kontak terhadap manusia cukup tinggi dan nyamuk Anopheles tersebut merupakan spesies yang jumlahnya selalu dominan bila dibandingkan dengan spesies lainnya dan di tempat lain spesies tersebut telah dikonfirmasikan sebagai vektor. 8 An. vagus yang ditemukan dengan menggunakan semua metode penangkapan NLC, NRC, MRC dan light trap. Penangkapan di sekitar kandang mempunyai kepadatan tinggi dibandingkan dengan metode lain yakni mencapai 2, per orang per jam. Ini menandakan bahwa An. vagus di daerah ini bersifat eksofilik. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan Munif, dkk, (26) menemukan An. vagus banyak ditemukan di sekitar kandang (96,5%), 12 namun belum dapat dipastikan spesies nyamuk ini menyukai darah manusia atau darah hewan karena pada penelitian ini tidak dilakukan uji presipitin. Ditinjau dari aktifitas menggigit An. vagus lebih suka menggigit di luar rumah/bangunan (eksofagik) hal ini terbukti dengan ditemukan An. vagus aktif menggigit di luar rumah dengan kepadatan tertinggi pada jam 2.-21. dengan Man-Hour Density (MHD),1 per orang per jam, tetapi juga ditemukan menggigit di dalam rumah namun frekwensi lebih kecil yaitu dengan kepadatan menggigit tertinggi pada jam 21.-22. dengan kepadatan,6 per orang per jam (Gambar 1), penelitian Kazwaini (28) menunjukan bahwa puncak kepadatan An.vagus di Kabupaten Lombok Tengah terjadi pada jam 19. (133 ekor) jam 21.-22. (159 ekor) dan jam 1.-2. (146 ekor). 11 3

MHD SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 2,5 2 1,5 1,5 18.- 19. 19.- 2. 2.- 21. 21.- 22. 22.- 23. 23.- 24. 24.- 1. 1.- 2. 2.- 3. 3.- 4. 4.- 5. UOD,4,1,8,4,3,6,4,1 UOL,1,1,6,3,1,3,1 DDG,3,1,1,1,1 5.- 6. KDG 1,9 1,3 2 1,2 1,1 1,4 2 1,6 1,9 1,9,3 Gambar 1. Kepadatan Nyamuk Anopheles vagus berdasarkan jam dan metode penangkapan Di Desa Selong Belanak Tahun 21 Pada dasarnya semua nyamuk Anopheles spp. baik yang vektor maupun bukan vektor lebih menyukai darah binatang, pada malam hari di daerah pedesaan yang terdapat ternak, maka aktifitas nyamuk lebih banyak ditemukan di dalam kandang dan sekitarnya. Pada penelitian Baroji (21), mengatakan bahwa semua spesies nyamuk yang menjadi vektor malaria di Jawa Tengah sebagian besar (>63%) dijumpai di kandang dan sekitarnya, hanya <19% menggigit dalam rumah dan <31,6% menggigit di luar rumah. Di daerah yang tidak ada sapi atau kerbau maka sebagian besar vektor (>75%) tertangkap menggigit orang maupun hinggap di dalam rumah, hanya sebagian kecil (25%) tertangkap di kandang dan sekitarnya. 13 Di sekitar rumah penduduk Desa Selong Belanak banyak terdapat semak. Keberadaan semak (vegetasi) yang rimbun akan mengurangi sinar matahari masuk/menembus permukaan tanah, sehingga lingkungan sekitarnya akan teduh dan lembab. Kondisi ini merupakan tempat yang baik untuk beristirahat bagi nyamuk dan juga tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di bawah semak, namun dari hasil analisa statistik belum cukup bukti untuk mangatakan keberadaan semak sebagai faktor risiko kejadian malaria. Adanya kebun/semak belukar yang ada di dekat rumah apabila tidak terawat dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biak vektor nyamuk. Penelitian di Nabire mengatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jarak kebun dengan terjadinya penularan malaria dengan OR = 7. 14 KESIMPULAN Tempat perkembangbiakan Anopheles vagus yang terdapat di Desa Selong Belanak adalah sawah, parit, sawah, selokan dan genangan air di lahan kosong dan disekitar perumahan. PH air antara 7-7,5, kadar garam berkisar ppm, air keruh dan terpapar sinar matahari pada tempat perkembangbiakan (breeding place) mendukung perkembangan nyamuk vektor malaria di Desa Selong Belanak. An. vagus cenderung bersifat eksofili dan eksofagik, penangkapan di sekitar kandang mempunyai kepadatan tinggi dibandingkan dengan metode lain yakni mencapai 2, per orang per jam aktifitas menggigit dengan aktif menggigit di luar rumah dengan kepadatan tertinggi pada jam 2.-21. dengan MBR,1 per orang per jam. 31

SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 SARAN Upaya untuk meratakan genangan air dengan tanah atau mengalirkan air yang tergenang di sekitar rumah agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. dan penebaran ikan pemakan jentik dan konfirmasi sebagai vektor malaria perlu dilakukan dengan pemeriksaan sporozoit dalam tubuh nyamuk untuk konfirmasi vektor lebih lanjut, misalnya dengan melakukan pembedahan kelenjar liur nyamuk. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Loka Litbang P2B2 Waikabubak atas bimbingan dan arahannya, Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah beserta staf, rekan-tekan peneliti dan teknisi yang telah membantu dalam pengumpulan data sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Dinkes Provinsi NTB. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 27. Mataram 28. 2. Depkes RI. Epidemiologi Malaria Modul 1 ed. Jakarta: Ditjen PPM-PLP Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang; 1999. 3. Kazwaini, M. Pengamatan Entomologi Daerah Endemis Malaria Di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Waikabubak 26. 4. Hoek, W., Konradsen, F., Amerasinghe, P.H., Perera, D., Piyaratne, M. K., and Amerasinghe, F.P. Towards a Risk Map of Malaria for Sri Lanka: the Importance of House Location Relative to Vector Breeding Sites. International Journal of Epidemiology 22;3 (32):18-285. 5. Esposito, F., Habluetzel, A. The Anopheles vector In: Carosi G. and Castelli F, editor. The Handbook of Malaria Infection in the Tropics Bologna, Italy: published by Italian Association Amici di Raoul Follereau (AIFO); 22. 6. O Connor, C.T., Soepanto A. Kunci Bergambar Jentik Anopheles di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M & PLP; 1999. 7. Depkes RI. Pemberantasan Vektor. Jakarta: Dirjen P2M&PLP; 1999. 8. Munif, A., Imron M. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria. Jakarta: CV. Sagung Seto; 21. 9. Dachlan, Y.P., Yotopranoto, S., Sutanto, Santoso, S.H.B., Widodo, A.S., Kusmartisnawati, et al. Malaria Endemic Patterns on Lombok and sumbawa Islands, Indonesia.25. 1. Dinkes Kabupaten Lombok Tengah. Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 26. Praya 27. 11. Kazwaini M. Epidemiologi Malaria High Incindence Area (HIA) Di Kabupaten Lombok Tengah, 21 12. Munif, A., Sudomo M, Soekirno. Bionomi Anopheles spp Di Daerah Endemis Malaria Di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Buletin Penelitian Kesehatan. 27; 35 (2): 57-8. 13. Barodji. Keberadaan Sapi dan Kerbau di Daerah Pedesaan dan Pengaruhnya terhadap Vektor Malaria. salatiga 21. 14. Marai, A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penularan Malaria Falciparum di Kecamatan Nabire Kota. Yogyakarta: Thesis S2. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada; 26. 32