Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 7 Nomor 3, hal 38-47

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci : Pendekatan pembelajaran Matematika (PBM), Pemecahan Masalah Matematika, Komunikasi matematik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Kata Kunci: Pendekatan pembelajaran Matematika (PBM), Penalaran Matematika, Pemecahan Masalah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen)

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMP

Pengaruh Penggunaan WhatsApp Messenger Sebagai Mobile Learning Terintegrasi Metode Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

Ismail Hanif Batubara Dosen Program Studi Pendidikan FKIP UMSU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN CAROSUSEL FEEDBACK TERHADAP KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GAMPING JURNAL SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD OLEH:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017) Abstrak

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN MATEMATIS SISWA SMA MELALUI MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua

ANGKET MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN TARIKH ISLAM. Saya selalu hadir tepat waktu ketika pelajaran Tarikh Islam di mulai. 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN

KEEFEKTIF. oleh Eriana Ristiani NIM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 7 PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

ASEP GUNAWAN. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

97 Ismail Hanif Batubara : Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis. WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.1 JAN-JUNI 2017 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN BERMUATAN DISPOSISI MATEMATIKA PADA KELAS X PROGRAM IPS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD. Ikhwan Robi 1, Undang Rosidin 2, Viyanti 2,

WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.1 JAN-JUNI 2017 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DI SMP NEGERI 24 MEDAN Oleh : Siti Zahara H. Harahap Izwita Dewi Ida Karnasih, Universitas Negeri Medan ara_tenbrother@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan penalaran logis siswa yang memperoleh TPS lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh TPS lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 24 Medan dengan sampel 56 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen semu dengan pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang mengambil dua kelas (kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2) melalui teknik random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan penalaran logis dan tes kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk uraian. Data dianalisis dengan uji t. Sebelum digunakan uji t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan taraf signifikan 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata N-Gain tes kemampuan penalaran logis kelas eksperimen adalah 0,65 dan kelas kontrol adalah 0,53 dengan nilai sig = 0,007 dengan 0,007 < α = 0,05 maka peningkatan kemampuan logis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sedangkan rata-rata N-Gain tes eksperimen adalah 0,62 dan kelas kontrol 0,38 dengan nilai sig = 0,000 dengan 0 < α = 0,05 maka peningkatan kemampuan logis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif tipe TPS, Kemampuan penalaran logis, Kemampuan komunikasi matematis.

IMPROVING LOGICAL REASONING ABILITY AND MATHEMATICAL COMMUNICATION THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODEL MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) AT SMP NEGERI 24 MEDAN ABSTRACT The objectives of this study are to observe whether : (1) the improvement of students logical reasoning ability thought by TPS cooperative learning model is higher than those taught by expository learning model, (2) the improvement of students mathematical communication ability taught by TPS cooperative learning model is higher than those taught by expository learning model, This study was held at SMP Negeri 24 Medan by having 56 students as sample. This study used quasi-experimental method with pretestposttest control group design. The population of this study was all students of grade VIII taking two classes (experimental 1 class and experimental 2 class) through random sampling technique. The instrument had required content validity and coefficient reliability. Data were analyzed by t test. Before it was used t test the normality and homogeneity tests with significant level 5% had been done. The result of data analysis showed that the average of N-Gain logical reasoning ability test is 0,65 in experiment class, while 0,5 in control class, with sig = 0,007 and 0.007 < α 0,05. Therefore, the improvement of students logical reasoning ability taught by experiment class is higher than control class. The average of N-Gain communication ability test in experiment is 0,62 in experiment class, while and 0,38 in control class, with sig = 0,000 and 0.000 < α 0,05. Therefore, the improvement of students communication ability taught by experiment class is higher than control class. Keywords : TPS Cooperative Learning, Logical Reasoning Ability, Mathematical Communication Ability PENDAHULUAN Rendahnya nilai matematika siswa ditinjau dari lima aspek kemampuan matematika yang dirumuskan oleh NCTM (2000) yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis, komunikasi matematis, koneksi matematis, penalaran matematis dan representasi matematis. Pengelompokan ini sejalan dengan tuntutan kemampuan yang disarankan pemerintah melalui kurikulum pembelajaran matematika tahun 2006 yang menjadi acuan penilaian secara nasional. Namun dalam penelitian ini hanya membahas pada kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. Keraf (1982) mengatakan penalaran (reasoning) merupakan proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta yang diketahui menuju suatu kesimpulan. Aktivitas bernalar harus dilakukan siswa, jika mereka tidak melakukan aktivitas berfikir ketika belajar, maka yang mereka

peroleh hanya sekedar hafalan dan tidak memahami inti atau konsep dari materi yang telah dipelajari. TIMSS (Napitupulu, 2008 : 27) menilai bahwa penalaran merupakan hal yang penting sebagai bagian dari ranah kognitif sehingga menjadikannya satu komponen penilaian dalam evaluasinya. Namun, dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan penalaran logus siswa masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian observasi lapangan yang dilakukan di SMP Negeri 24 Medan menunjukkan bahwa kemampuan penalaran logis siswa masih rendah dilihat dari soal yang diberikan kepada siswa yaitu: suatu gedung bertingkat dapat dikerjakan 12 orang dalam waktu 48 hari. Jika gedung tersebut harus selesai dalam waktu 36 hari. Berapakah tambahan pekerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan gedung? Hasilnya menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk menentukan posisi dari nilai suatu perbandingan apakah soal tersebut merupakan perbandingan senilai atau berbalik nilai dan siswa mengalami kesulitan dalam proses perhitungannya. Selain kemampuan penalaran logis, juga perlu dikuasai siswa karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran komunikasi. Menurut Cole dan Chan (Ansari, 2009 : 8), yaitu keberhasilan suatu proses belajar mengajar bergantung pada bentuk komunikasi yang digunakan oleh guru, pada saat berinteraksi dengan siswa. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan dan berargumentasi secara lisan dan tertulis, mangajukan atau menjawab pertanyaan dan berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun kelas. Karena itu kemampuan komunikasi matematis siswa penting. Namun, Setelah dilakukan observasi di SMP Negeri 24 Medan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah terlihat dari soal yang diberikan pada siswa yaitu: Sebuah model pesawat terbang panjang badannya 18 cm, lebar sayapnya 12 cm. Jika lebar sayap pesawat sesungguhnya 8 m, buatlah model matematika dari persoalan tersebut? Setelah itu berapakah panjang badan pesawat sesungguhnya? Hasilnya juga menunjukkan siswa mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide-ide matematisnya secara tertulis, dapat dilihat dari penyelesaian yang dibuat siswa, siswa juga tidak mampu menuliskan model matematika dari persoalan yang diberikan. Siswa juga kurang membaca dan memahami persoalannya sehingga melakukan kesalahan dalam menafsirkan soal, ini disebabkan kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi ajar yang diberikan kepadanya akibatnya kemampuan komunikasi matematis siswa rendah. Rendahnya kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah pembelajaran. Umumnya proses pembelajaran yang sering dilakukan di kelas lebih terpusat kepada guru

(teacher-centered) bukan terpusat kepada siswa (student centered), ini berarti guru yang aktif sedangkan siswa pasif selama pembelajaran. Guru menyampaikan pelajaran secara konvensional, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Pembelajaran lebih menekankan pada latihan mengerjakan soal dengan menghafal dan mengulang prosedur, menggunakan rumus atau algoritma tertentu, tidak mendukung pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Pelaksanaan pembelajaran seperti ini menimbulkan konsekuensi yang berdampak negatif kepada siswa. Misalkan kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa, kenyataannya kemampuan untuk memahami suatu permasalahan matematis kemudian mengubahnya kedalam bentuk simbol-simbol matematika merupakan kemampuan yang diperlukan dalam komunikasi matematis. Selain itu jika siswa diberi soal yang beda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak tahu harus memulai dari mana mereka bekerja untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Hal seperti inilah yang membuat siswa lebih banyak bergantung pada guru, sehingga sikap ketergantungan inilah yang kemudian menjadi karakteristik siswa yang secara tidak sadar tumbuh dan berkembang menjadi kepribadian siswa itu sendiri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran ini merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok. Lie (2008:43) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan mendapatkan manfaat secara kognitif ataupun afektif dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dengan mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih dapat menguasai atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan barunya. Model pembelajaran ini selain mengacu pada aktivitas berpikir, berpasangan dan berbagi juga dirancang untuk mengatasi pola interaksi siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis. Selain itu siswa dapat mempeoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide dari masingmasing kelompok menyebar. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang penerapan model Kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa, sebab dalam pembelajaran ini dimulai dengan melakukan aktifitas berfikir secara individu, kemudian secara berpasangan sehingga dapat mengkontruksikan pengetahuan yang dipeoleh dari sebelumnya dan menggambungkan dengan

pengetahuan yang diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung. Disamping itu, siswa dapat saling sharing untuk menyelesaikan masala sehingga dapat meningkatkan aktifitas dan keterampilan sosial siswa dengan adanya saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 24 Medan, sebagai sampel dalam penelitian ini, secara acak dipilih dua kelas secara acak maka terpilihlah siswa kelas VIII-A dan VIII-C yang kemudian secara acak dipilih pula kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini terpilih kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-A sebagai kelas kontrol, dengan masing jumlah siswa pada kelas tersebut adalah 28 siswa Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pretestpostest control group design. Desain Penelitian Kelompok Pretes Perlakuan Postest Eksperimen O 1 X 1 O 2 Kontrol O 1 O 2 Keterangan: O 1 : Tes pretes O 2 : Tes postes : Diberi perlakuan X 1 Instrumen pengumpulan data melalui tes kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. Data yang diperoleh melalui tes, digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. Analisis statistik yang digunakan uji t HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan pretest dan postest kepada siswa diperoleh N-Gain masing-masing kelas untuk melihat apakah terdapat peningkatan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis antara siswa yang diberi model Kooperatif tipe TPS dan siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori. Rata-rata N-Gain kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,65 dan pada kelas kontrol sebesar 0,53 sedangkan rata-rata N-gain

siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,62 dan pada kelas kontrol 0,38. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa yang diberi model Kooperatif tipe TPS dan siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori digunakan uji t. Dari data N-gain kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa diketahui data berdistribusi normal dan homogen. Tabel 1 : Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Penalaran Logis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk KELAS Statistic Df Sig. Statistic df Sig. PENALARAN EKSPERIMEN.131 28.200 *.941 28.117 KONTROL.138 28.184.970 28.568 a. Lilliefors Significance Correction Tabel 2 : Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Penalaran Logis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. PENALARAN Based on Mean 1.372 1 54.247 Based on Median 1.121 1 54.294 Based on Median and with adjusted df 1.121 1 53.709.294 Based on trimmed mean 1.339 1 54.252 Tabel 3 : Hasil Uji t Kemampuan Penalaran Logis Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means PENALA RAN Equal variances assumed Equal variances not assumed F Sig. T Df Sig. (2- tailed) Mean Std. Error 95% Confidence Interval of the Lower Upper 1.372.247 2.828 54.007.12429.04395.03617.21240 2.828 52.811.007.12429.04395.03613.21245

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3 di atas dengan menggunakan uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh t hitung sebesar 2,828 dengan nilai signifikansi 0,007 sedangkan pada t tabel sebesar 1,70. Karena t hitung t tabel (2,828 dan signifikansi α 0,05 (0,007 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran logis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tabel 4 : Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk KELAS Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. KOMUNIKASI EKSPERIMEN.149 28.113.944 28.137 KONTROL.157 28.076.956 28.284 a. Lilliefors Significance Correction Tabel 5: Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 Sig. KOMUNIKASI Based on Mean.187 1 54.667 Based on Median.126 1 54.724 Based on Median and with adjusted df.126 1 50.628.724 Based on trimmed mean.180 1 54.673 Tabel 6 : KOMUNI KASI Equal variances assumed Equal variances not assumed Uji t Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t Df Sig. (2- tailed) t-test for Equality of Means Mean Std. Error 95% Confidence Interval of the Lower Upper.187.667 5.068 54.000.24000.04736.14506.33494 5.068 52.229.000.24000.04736.14498.33502

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 6 di atas dengan menggunakan uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh t hitung sebesar 5,068 dengan nilai signifikansi 0,000 sedangkan pada t tabel sebesar 1,70. Karena t hitung t tabel (5,068 α 0,05 (0,000 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. PEMBAHASAN PENELITIAN a. Faktor Pembelajaran Faktor pembelajaran merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. Tiap tahap dalam TPS memberi kontribusi terhadap peningkatan kemampuan siswa serta dapat memperoleh hasil yang optimal. Keenam tahapan tersebut meliputi: tahap 1 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Tahap 2 Think (berfikir individu), Tahap 3 Pair (berpasangan), Tahap 4 Share (berbagi/presentasi), Tahap 5 Evaluasi, Tahap 6 Memberikan penghargaan. Lembar aktivitas siswa (LAS) dirancang sesuai dengan tahap pada TPS, yakni: berhubungan dengan. b. Kemampuan Penalaran Logis Kemampuan penalaran logis siswa adalah tingkat berpikir siswa dalam menggunakan aturan, sifat-sifat dan logika matematika yang diukur dan dievaluasi berdasarkan komponen kemampuan cara berpikir untuk mencari kebenaran berdasarkan fakta analogi, generalisasi, dan kondisional masalah kontekstual, tidak terpisah dari proses problem solving dan dimulai dengan pengetahuan informasi siswa serta terorganisasi secara matematis, sehingga siswa mampu mengkonstruksikan pemikirannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Selama aktivitas pembelajaran berlangsung akan timbulnya interaksi antara siswa dengan siswa yang merupakan hal terpenting dalam melihat kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. Selain itu dapat menumbuhkan sikap saling membantu, saling menghargai, saling berbagi dan saling diuntungkan antara siswa yang kemampuan tinggi, sedang dan rendah. sesuai dengan informasi yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis data terhadap rata-rata skor pretes yang dilakukan pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui TPS dengan rata-rata sebesar 5,00 dan pada kelompok siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositrori dengan rata-rata sebesar 4,04. Dari hasil pengujian data rerata skor pretes terhadap kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah adanya pembelajaran dilakukan postes dan hasil rata-rata skor postes kemampuan penalaran logis siswa yang memperoleh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS sebesar 12,11 dan pada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori sebesar 10,30. Kemudian N-gain kemampuan penalaran logis siswa yang memperoleh model sebesar 0,65 dan pada siswa yang memperoleh pembeleajaran ekspositori sebesar 0,53. Dari hasil N-gain tersebut diketahui bahwa peningkatan kemampuan penalaran logis siswa yang memperoleh model lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan diperoleh kemampuan penalaran logis dengan nilai signifikan, karena, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran logis siswa yang memperoleh model lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori. c. Kemampuan Komunikasi Matematis Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah konstektual secara tulisan yaitu: (a) Menyatakan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematis. (b) menuliskan informasi dari situasi matematika ke dalam model matematika (c) Menginterpretasikan model atau situasi matematis dalam bentuk diagram. Dari hasil penelitian didapat bahwa rata-rata skor pretes komunikasi matematis yang dilakukan pada kelompok siswa yang memperoleh TPS sebesar 4,79 dan siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori sebesar 3,89 Setelah adanya pembelajaran dilakukan postes dan hasil rata-rata skor postes siswa yang memperoleh model pembelajaran Kooperatif tipe TPS sebesar 11,61 dan pada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori sebesar 8,39. Kemudian N-gain kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh TPS sebesar 0,62 dan pada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori sebesar 0,38. Dari hasil N-gain tersebut diketahui bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh TPS lebih tinggi daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran ekspositori. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan diperoleh dengan nilai signifikan, karena SARAN Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan model ini, masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya dilaksanakan oleh guru matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang berminat. 1. Kepada Guru Model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa dapat diterapkan pada semua kategori KAM. Oleh karena itu hendaknya model pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan yang membuat siswa terlatih dalam memecahkan masalah melalui analogi, generalisasi, kondisional dan silogisme. Begitu juga halnya dalam mengkomunikasikan matematika siswa melalui proses menyatakan gambar ke dalam ide matematika, menyatakan masalah matematika dalam bentuk gambar, dan menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam bahasa, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan siswa yang memperoleh model lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran ekspositori. matematika. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Di samping itu kemampuan menguasai bahan ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan implementasi model diperlukan bahan ajar yang lebih menarik dirancang berdasarkan permasalahan kontektual yang merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebagai pembuka belajar mampu stimulus awal dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. 2. Kepada Lembaga Terkait Pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan menekankan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan penalaran logis dan komunikasi matematis siswa. 3. Kepada Peneliti yang Berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini. DAFTAR PUSTAKA Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Pena. NCTM. (2000). Mathematic Assesment A Practical Handbook. Virginia, The National Council of Teacher Mathematic Inc. Keraf, G. (1982). Argumen dan Narasi. Komposisi Lanjutan III. Jakarta : Gramedia. Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia. Napitupulu, E. (2008) Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma. Vol 1 No. 1 Edisi Juni 2008. Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menegah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi UPI : Tidak diterbitkan Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group