Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
Jakarta, 12 Juli 2007

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan Dalam Rapat Pansus Pemilu DPR-Rl, Kamis 12 Juli 2007 Oleh Juru Bicara F-PPP DPR-Rl: Dra. Hj. Lena Maryana Anggota DPR-Rl Nomor: A-26

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

JAKARTA, 11 Juli 2007

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD

Disampaikan oleh : Drs. AL MUZZAMIL YUSUF Nomor anggota A-249. Dibacakan pada Raker Pansus PEMILU dengan Pemerintah Kamis, 12 Juli 2007

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

Ringkasan Putusan.

Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

Yth. Sdr. Pimpinan Pansus dan Rekan-rekan Anggota Pansus ; Yth. Sdr. Menteri Dalam Negeri beserta Staf ; Para hadirin sekalian yang kami hormati,

Rabu, 24 September 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PUTUSAN.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

KONVERSI SUARA MENJADI KURSI Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (PERLUDEM)

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

Disampaikan oleh : ANTARINI MALIK Nomor Anggota : A-424

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SELASA, 10 JULI 2007

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

Selanjutnya perkenankanlah kami, Fraksi Partai GOLKAR DPR RI, menyampaikan pendapat akhir fraksi atas RUU tentang Partai Politik.

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

Selasa, 7 Pebruari 2006

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

Siaran Pers. Jakarta, 6 November 2016

UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

PIDATO KETUA DPR-RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI KE-3 MASA SIDANG II TAHUN SIDANG KAMIS, 1 OKTOBER 2009

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 18 JULI 2006

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT. Tanggal 23 Februari2016

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

Evaluasi Rencana Penambahan Jumlah Kursi DPR

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

Disampaikan oleh: Drs. Ali Mochtar Ngabalin, Msi. - Anggota No.A- 12

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

Transkripsi:

PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT PARIPURNA DPR RI Disampaikan oleh : DR. Benny K. Harman Nomor Anggota : A-444 Assalamu Alaikum Wr.Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Om Swasti Astu Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat Yang terhormat, Pimpinan DPR RI Anggota DPR RI Menteri Dalam Negeri RI Menteri Hukum dan HAM RI Seluruh Hadirin Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-nya, hari ini kita dapat melaksanakan tugas konstitusional, yaitu: Pembicaraan Tingkat II dan pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Penyelenggaraan Pemilu ), dalam Rapat Paripurna DPR RI. Sesuai dengan ketentuan dalam UU MD3, Pasal 171 ayat (1), bahwa Pembicaraan tingkat II merupakan pengambilan keputusan oleh DPR dan Pemerintah dalam rapat paripurna DPR; SAUDARA PIMPINAN, ANGGOTA DPR RI DAN PARA MENTERI YANG KAMI HORMATI, Mendahului pernyataan persetujuan atau penolakan dari Fraksi-Fraksi terhadap RUU ini, sebagaimana disebutkan pada pasal 171 UU MD3 tersebut, perkenankan Fraksi Partai Demokrat menyampaikan pokok-pokok pandangan sebagai bagian dan yang pada pokoknya sebagaimana yang telah Page 1 of 9

kami sampaikan pada pendapat akhir mini Fraksi di pengambilan keputusan tingkat I di Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu. Sejak awal dimulainya pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu sampai dengan tahap akhir pembicaraan tingkat I, Fraksi Partai Demokrat telah melakukan pengkajian mendalam, baik dari sisi norma, substansi, materi muatan maupun teknis penyusunan terhadap 543 Pasal dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu. Dari 543 Pasal itu, Fraksi Partai Demokrat telah menyampaikan 204 permasalahan dalam Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Fraksi Partai Demokrat terlibat aktif pada seluruh rangkaian pembahasan pembicaraan tingkat I, baik di Pansus, Panja, Tim Perumus (Timus), maupun Tim Sinkronisasi (Timsin). Pada seluruh tahapan pembahasan pembicaraan tingkat I tersebut, seringkali terdapat perbedaan pandangan dan pendapat antar fraksi-fraksi, dan antar fraksi dengan pemerintah, baik dalam pembahasan DIM maupun pembahasan pasal per pasal, terutama pembahasan 5 (lima) isu krusial. SAUDARA PIMPINAN, ANGGOTA DPR RI DAN PARA MENTERI YANG KAMI HORMATI, Pandangan Fraksi pada sidang paripurna yang terhormat ini, disusun dengan mencermati dinamika pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu dari sejak awal hingga akhir pembahasan, dengan berbagai argumentasi dan cara pandang yang berbeda, namun tetap dalam semangat kebersamaan yang kuat dan produktif, dengan tujuan memperkuat iklim demokrasi yang lebih baik dan memberikan kepastian hukum terhadap penyelenggaraan Pemilu. Terhadap lima (5) isu krusial dengan dinamika perbedaan pandangan dan pendapat yang cukup tajam antar fraksi dengan fraksi dan antar fraksifraksi dengan pemerintah yang juga menjadi pembicaraan di ranah publik, Fraksi Partai Demokrat berpandangan sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan ketentuan ambang batas 20%/25% persen untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Fraksi Partai Demokrat berpendapat bahwa tidak ada relevansinya untuk dilakukan pengaturannya dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu. Untuk itu Fraksi Partai Demokrat secara tegas menolak penentuan besaran Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu ini dengan dasar dan alasan sebagai berikut : Page 2 of 9

Pertama, ketentuan Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) yang pada intinya memuat ketentuan, bahwa yang berhak mencalonkan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah Partai Politik peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memperoleh 20% (dua puluh persen) kursi di DPR RI atau 25% (dua puluh lima persen) perolehan suara sah dalam Pemilu 2014 yang lalu. Fraksi Partai Demokrat berpandangan bahwa ketentuan ini jelas tidak sesuai dengan hukum, logika dan akal sehat. Mengapa, karena hasil Pemilu Legislatif pada 2014 itu telah dipergunakan untuk mencalonkan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pilpres 2014, dimana terpilih Joko Widodo sebagai Presiden dan M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Dan masuk akal, karena Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dalam Pemilu 2014 tidak serentak. Kedua, ketentuan yang mensyaratkan hanya Partai Politik dan Gabungan Partai Politik yang memperoleh 20% (dua puluh persen) kursi di DPR RI atau 25% (dua puluh lima persen) perolehan suara sah dalam Pemilu 2014 yang dapat mengajukan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu 2019 jelas tidak sejalan dengan putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden pada 2019 diadakan serentak. Karena diadakan serentak, sesuai putusan Mahkamah Konstitusi maka seharusnya setiap Partai Politik peserta Pemilu 2019 memiliki hak yang sama untuk mengajukan Calon Presiden dan Wakil Presidennya. Dengan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, semua Partai Politik peserta Pemilu mempunyai kedudukan, hak dan kewajibannya yang sama di depan hukum. Namun dengan adanya ketentuan Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) tersebut jelas bersifat diskriminatif karena membeda-bedakan status dan kedudukan setiap Partai Politik Peserta Pemilu khususnya berkaitan dengan hak mengajukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Ketiga, Partai Politik peserta Pemilu 2019 bukan hanya Partai Politik peserta Pemilu 2014, melainkan juga Partai Politik yang pada Page 3 of 9

2019 baru menjadi peserta Pemilu. Maka itu, hasil Pemilu Legislatif 2014 yang digunakan sebagai rujukan untuk Pemilu Presiden 2019 sangat jelas akan membatasi hak Partai Politik yang pada 2019 baru menjadi peserta Pemilu. Lebih dari pada itu, ketentuan tersebut amat jelas sekali telah merugikan hak konstitusional Partai Politik peserta Pemilu 2019 untuk mengajukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Keempat, adanya ketentuan yang mensyaratkan hanya Partai Politik dan gabungan Partai Politik peserta Pemilu yang memperoleh dukungan 20% (dua puluh persen) kursi di DPR RI atau 25% (dua puluh lima persen) perolehan suara sah dalam Pemilu 2014 sangat jelas terkandung maksud atau niat untuk membatasi dan menutup peluang bagi munculnya figur-figur alternatif dalam kontestasi Pemilu Presiden pada tahun 2019 yang akan datang. Pilihan rakyat dibatasi sehingga rakyat yang berdaulat menjadi apatis dalam Pemilu; Kelima, masih terkait dengan butir keempat di atas, Fraksi Partai Demokrat berpandangan bahwa RUU Penyelenggaraan Pemilu sejatinya harus mendorong munculnya calon-calon pemimpin alternatif agar persaingan dalam demokrasi elektoral semakin meningkat dan semakin baik termasuk partisipasi dan kualitasnya. Demokrasi yang mempersempit pilihan rakyat apalagi untuk menutup terjadinya persaingan sehat dalam Pemilu jelas akan gagal menghasilkan pemimpin yang berkualitas dengan dasar legitimasi yang kuat dari rakyat.ingat! Dalam kehidupan demokrasi, rakyatlah yang berdaulat, rakyatlah yang memilih pemimpinnya, dan bukan partai partai politik; Keenam, sesuai dengan konstitusi kita, siklus kepemimpinan nasional berlangsung 5 (lima) tahunan baik untuk memilih anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden. Apabila hasil Pemilu Legislatif 2014 dipergunakan kembali dalam penentuan Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) 2019, maka siklus penggantian kepemimpinan nasional kita bukan 5 (lima) tahunan tetapi 10 (sepuluh) tahunan. Sangat mungkin hasil Pemilu Legislatif 2019, hasilnya akan berbeda jauh dengan hasil Pemilu Legislatif 2014. Siapa yang dapat menjamin hasil Pemilu Legislatif 2014 akan sama dengan Pemilu Legislatif 2019, Page 4 of 9

sehingga hasil Pemilu Legislatif 2014 dijadikan rujukan sebagai Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) pada Pemilu Presiden 2019; Ketujuh, selain dari pada itu Fraksi Partai Demokrat berpandangan bahwa hukum Pemilu yang didesain sekarang hendaknya mampu mendorong terjadinya penguatan sistem presidensiil dimana Presiden tidak disandera oleh Partai Politik pendukungnya sehingga menyulitkan Presiden memenuhi janjijanji politiknya dalam kampanye. Putusan Mahkamah Konstitusi yang secara expresis verbis memerintahkan pelaksanaan Pemilu Legislatif harus serentak dengan Pemilu Presiden pada intinya dimaksudkan untuk memperkuat presiden dalam sistem presidensiil multipartai tanpa tersandera oleh kepentingan Partai Politik pendukungnya. Bukankah itu kehendak rakyat dan perintah konstitusi kita? Kedelapan, sekali lagi ditegaskan bahwa adanya ketentuan yang menggunakan Hasil Pemilu Legislatif 2014 sebagai syarat untuk Partai Politik atau gabungan Partai Politik dalam mengajukan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden pada Pemilu 2019 jelas merupakan kontradiksi (contradictio in terminis) dengan putusan Mahkamah Konstitusi yang intinya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden secara mandatory harus diadakan serentak. Itu terkandung maksud tidak ada lagi Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) dalam Pemilu Presiden 2019 karena Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tersebut akan dilaksanakan serentak. Atas dasar itu, kami Fraksi Partai Demokrat memandang ketentuan Ambang Batas pencalonan Presiden dan Wakil Presiden (Presidential Threshold) dalam Pemilu Presiden 2019 dengan menggunakan hasil Pileg 2014 yang lalu adalah sebuah kekeliruan atau kesesatan cara pikir juridis yang harus segera kita luruskan sebelum bangsa dan negara ini jatuh ke dalam kondisi yang disebut dengan constitutional fallacy. 2. Seiring dengan tumbuh dan kembangnya pelaksanaan demokrasi di Indonesia menuju arah yang lebih baik, peningkatan secara bertahap Ambang Batas Parlemen (Parlementary Treshold) adalah sebuah keniscayaan dan hal rasional untuk dipertimbangkan. Dengan peningkatan secara bertahap Ambang Batas Parlemen (Parlementary Page 5 of 9

Treshold) tersebut, Fraksi Partai Demokrat berkeyakinan akan memberikan kontribusi besar terhadap penguatan sistem kepartaian menuju yang lebih baik secara gradual dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut diatas, Fraksi Partai Demokrat berpandangan bahwa penentuan Ambang Batas Parlemen (Parlementary Treshold) yang dapat mewujudkan penguatan sistem kepartaian menuju yang lebih baik secara gradual dan sistematis dalam RUU Penyelenggaraan Pemilu adalah sebesar 4%; 3. Terkait dengan 3 (tiga) pilihan dalam Sistem Pemilu DPR dan DPRD, Fraksi Partai Demokrat memandang bahwa sistem pemilu terbuka seperti pemilu terdahulu merupakan pilihan yang terbaik saat ini. Sistem pemilu terdahulu masih relevan dan demokratis. Memilih sistem pemilu yang berbeda dengan sistem pemilu terdahulu berpotensi menyebabkan perubahan struktur dan proses pencalegan serta dapat berakibat pada menurunnya kualitas demokrasi (defisit demokrasi). Fraksi Partai Demokrat dapat memahami bahwa penting untuk berada pada titik dimana kedaulatan partai dan kedaulatan rakyat harus diraih secara bersamaan melalui representasi politik dan partisipasi publik. 4. Terkait dengan Alokasi Kursi di Daerah Pemilihan (District Magnitude), Fraksi Partai Demokrat berpandangan ada 2 (dua) hal penting yang harus dipertimbangkan yaitu masalah keterwakilan dan kesetaraan kekuatan suara, dan bukan hanya sekedar tingkat kompetisi. Atas dasar prinsip-prinsip integritas wilayah, kultur daerah, keterhubungan antar wilayah dan keberlanjutan daerah pemilihan terdahulu, Fraksi Partai Demokrat berpendapat bahwa penentuan besaran Alokasi Kursi di Daerah Pemilihan (District Magnitude) yang mengacu pada model multi-member constituency dengan 3-10 kursi untuk daerah pemilihan DPR RI dan 3-12 kursi untuk daerah pemilihan DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota adalah lebih proporsional dalam mewujudkan derajat keterwakilan. 5. Terkait dengan Formula Penghitungan Suara atau Konversi Suara, Fraksi Partai Demokrat menghargai munculnya 3 (tiga) varian yang diputuskan dalam pansus yaitu Divisor Saint Lague, Divisor Saint Lague Modifikasi dan Kuota Hare; Page 6 of 9

Dari 3 (tiga) Varian tersebut, Fraksi Partai Demokrat berpendapat bahwa metode Kuota Hare merupakan metode yang paling tepat untuk digunakan dalam konversi suara hasil perhitungan menjadi kursi di parlemen. Metode kuota hare mampu menekan angka disproporsionalitas dan meningkatkan derajat keterwakilan (proporsionalitas suara). Apabila dibandingkan dengan metode konversi suara lainnya, metode kuota hare dipastikan mampu menekan angka disproporsionalitas dan telah memenuhi unsur constitutive parts of electoral system. Berdasarkan simulasi stokastik, metode kuota hare memiliki standar deviasi terkecil dan berkoefisien korelasi mendekati angka 1, yang menunjukkan bahwa seluruh variabel terhitung berpengaruh signifikan positif dan proporsional. Selain itu, metode kuota hare merupakan metode yang paling dikenal di Indonesia dan telah digunakan beberapa kali pada pemilu terdahulu. SAUDARA PIMPINAN, ANGGOTA DPR RI DAN PARA MENTERI YANG KAMI HORMATI, Seperti diketahui bersama, perbedaan pandangan dan pendapat terhadap 5 (lima) isu krusial, belum mendapatkan titik temu dan persetujuan sampai pada tahap akhir pembicaraan tingkat I dan hanya menghasilkan opsi dalam bentuk 5 (lima) paket pilihan. Oleh karena itu, Fraksi Partai Demokrat merasa perlu memberikan pandangan sebagai sikap akhir Fraksi sebelum menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap RUU Penyelenggaraan Pemilu dalam sidang paripurna ini. Fraksi Partai Demokrat menyadari dan menghargai sepenuhnya sikap dan cara pandang tiap-tiap fraksi yang cukup beralasan dalam konteks penguatan demokrasi dengan argumentasi rasional berikut alasan-alasan yang mendasarinya. Terhadap 5 (lima) opsi dalam satu paket pilihan, FPD berpandangan bahwa ke 5 isu krusial ini telah dibahas cukup panjang dan komprehensif di tingkat Pansus dengan menyepakati adanya 5 (lima) opsi sebagai alternatif pilihan untuk diputuskan pada sidang paripurna, yaitu : Page 7 of 9

No Isu Krusial A B C D E 1 Ambang Batas 20%/25% 0% 10%/15% 10%/15% 20%/25% Presiden 2 Ambang Batas 4% 4% 4% 5% 3,5% Parlemen 3 Sistem Pemilu Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka 4 Jumlah Kursi per Dapil 3-10 3-10 3-10 3-8 3-10 5 Konversi Suara Saint Lague Murni Kuota Hare Kuota Hare Saint Lague Murni Kuota Hare Tabel: 5 (lima) opsi dalam satu paket pilihan terhadap 5 (lima) isu krusial Berdasarkan 5 (lima) opsi tersebut, Fraksi Partai Demokrat berpendapat bahwa ke 5 (lima) opsi tersebut telah mewakili seluruh perbedaan pandangan dan pendapat dari tiap-tiap fraksi. Pada sidang paripurna ini, Fraksi Partai Demokrat mengharapkan ke 5 (lima) opsi dapat diputuskan bersama secara musyawarah untuk mufakat. Namun demikian, sesuai dengan ketentuan pasal 171 ayat (2), Dalam hal persetujuan bersama secara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak melalui pengambilan keputusan tingkat II dalam rapat paripurna untuk dipilih dan diputuskan. SAUDARA PIMPINAN, ANGGOTA DPR RI DAN PARA MENTERI YANG KAMI HORMATI, Pada kesempatan dan momentum politik yang baik ini, Fraksi Partai Demokrat mengucapkan terima kasih, baik kepada seluruh Fraksi-Fraksi di DPR, maupun kepada Pemerintah dari sejak dimulainya pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu sampai dengan pembicaraan tingkat II ini. Dengan mengucapkan Bismillaahirrahamaanirrahim, Fraksi Partai Demokrat menyatakan persetujuannya terhadap Rancangan Undang- Undang tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum, dengan memilih opsi B (Ambang Batas Pecalonan Presiden dan Wakil Presiden 0% (Nol Persen), Ambang Batas Parlemen 4% (empat persen), Sistem Pemilu (Terbuka), Jumlah Kursi per Dapil (3-10 untuk DPR RI dan 3-12 untuk DPRD), Konversi Suara (Kuota Hare)) sebagai keputusan dan sikap akhir Fraksi, untuk selanjutnya diputuskan dan disahkan menjadi Undang-Undang tentang Page 8 of 9

Penyelenggaraan Pemilihan Umum, sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Demikian Pandangan Fraksi Partai Demokrat pada sidang paripurna ini, atas perhatian dan kerjasama pemerintah dan fraksi-fraksi selama Pembicaraan Tingkat-I dan Tingkat II ini berlangsung, diucapkan terima kasih. Wabillahittaufikwalhidayah, Wassalamualaikum WrWb. Jakarta, 19 Juli 2017 PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Ketua Sekretaris, EDHIE BASKORO YUDHOYONO, M. Sc. DIDIK MUKRIANTO, S,H., M.H. Anggota DPR-RI No. A-434 Anggota DPR-RI No. A-437 Page 9 of 9