BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA MA AL-HIDAYAH WAJAK MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Madrasah Aliyah Al Hidayah Wajak

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

tes Lampiran 1 Skala Efikasi Diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Tingkat 3 Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma Kalimalang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB II LANDASAN TEORI

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sama-sama penting. Dalam 7-S Framework of McKinsey

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu sarana mendidik anak bangsa untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang dikuasai oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi kehidupan, dimana masa untuk menentukan berbagai hal yang akan menentukan arah dan perjalanan hidupnya (Gunarsa, 2004:125). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan-perubahan kondisi fisik dan psikis dalam diri remaja maupun perubahan pada lingkungan sosial tempat mereka berada. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial remaja yang jauh lebih luas dari pada lingkungan di rumah atau wilayah tempat tinggal (Widyari (Tanpa Tahun):1). Kondisi lingkungan belajar sekolah sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan belajar siswa di sekolah. Dalam proses belajar siswa tersebut, tidak sedikit remaja mengalami masalah-masalah akademik seperti pengaturan waktu belajar, memilih metode belajar untuk mempersiapkan ujian, menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya dan sebagainya. Jika dalam hal ini remaja mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan segala sesuatu dengan berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas 1

2 sesuai batas waktu yang telah ditentukan, maka ia dapat dikatakan sebagai orang yang melakukan prokrastinasi (Ghufron & Risnawita, 2014:149). Istilah prokastinasi digunakan pada suatu kecenderungan untuk menunda-nunda suatu penyelesaian tugas atau pekerjaan (Ghufron & Risnawita, 2014:151). Prokrastinasi akademik yang terjadi pada siswa karena siswa suka menunda-nunda mengerjakan tugas sampai batas waktu pengumpulan (deadline), suka tidak menepati janji untuk segera mengumpulkan tugas dengan memberi alasan untuk memperoleh tambahan waktu atau tidak menyukai tugasnya dan memilih untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan seperti menonton televisi, jalan-jalan dan sebagainya (Stiyawan & Ismara, 2014:207). Ferrari (1995:76-84) menyatakan bahwa dalam prokrastinasi meliputi empat aspek, antara lain: penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas sekolah yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas sekolah, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sekolah. Sebagaimana yang disebutkan Ferrari di atas banyak didukung oleh peristiwa prokrastinasi yang terjadi pada kalangan pelajar, seperti peristiwa prokrastinasi di luar negeri sebagai salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan lebih kecil. Sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka (Anggraeni, 2014:3).

3 Menurut penelitian Ghufron (dalam Anggraeni, 2014:2) menyatakan hal yang serupa juga terjadi di Yogyakarta pada sebagian remaja SMU/MA dan yang sederajat ditemukan bahwa penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan remaja dalam menghadapi tugas-tugas mereka. Banyak remaja yang menunda belajar untuk menghadapi ulangan, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting bagi mereka. Sejalan dengan hal terebut, berdasarkan hasil penelitian (Van Wyk, 1978; dalam Ilfiandra, 2010:1), menemukan bahwa sebanyak 15% dari populasi mengalami prokrastinasi dan sebanyak 1 % dari populasi mengalami prokrastinasi (Ilfiandra, 2010:1). Perilaku yang sama juga terjadi di salah satu institusi pendidikan yaitu lembaga MA Al-Hidayah Wajak. Hal ini dibuktikan dengan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru MA Al-Hidayah Wajak yang menyatakan bahwa siswa masih sering melakukan penundaan serta keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, siswa juga lebih cenderung untuk lebih menghabiskan waktunya melakukan kegiatan yang menyenangkan dibandingkan dengan mengerjakan tugas sekolah. Selain itu, masih terlihat bahwa siswa dalam mengerjakan tugasnya memiliki kesenjangan waktu dengan perencanaan dan kinerja aktual sekolah yang harus diselesaikannya (Wawancara, 18 Oktober 2014). Selain itu, menurut salah satu guru bidang studi yang diwawancarai juga mengatakan bahwa siswa seringkali menunda-nunda tugas penting sekolah yang seharusnya wajib dikerjakan olehnya. Selain itu beliau juga

4 menjelaskan bahwa banyak diantaranya siswa yang suka menyepelekan dan mengesampingkan tugas, hanya karena mereka cenderung suka melakukan kegiatan menyenangkan (seperti menonton acara TV). Hal ini akan berimbas negatif karena mengulur waktu proses pengerjaan tugas tersebut (Wawancara, 18 Oktober 2014). Pernyataan di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh guru BK MA Al-Hidayah Wajak bahwa umumnya keluhan dan permasalahan utama dalam diri siswa selama pembelajaran adalah masalah kedisiplinan dalam mengerjakan serta menyelesaikan tugas guru yang masih rendah. Guru BK juga mengungkapkan bahwa seringkali menerima keluhan dari orang tua atau wali dari anaknya yang bermasalah di sekolah, ketika di rumah siswa lebih cenderung bermain dengan temannya, menghabiskan waktunya dengan menonton TV, serta bermalas-malasan ketimbang menyelesaikan tugas sekolahnya (belajar) (Wawancara, 18 Oktober 2014). Selain itu, ketika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa di sekolah, ditemukan juga bahwa mereka memiliki perilaku belajar dengan kualitas kinerja yang masih rendah baik di lingkungan sekolah atau di rumah. Siswa tersebut menyebutkan juga bahwa jika guru memberikan tugas atau PR, dalam pengerjaanya seringkali mengalami permasalahan karena faktor utamanya adalah rasa malas dalam menyelesaikannya. Hasilnya, ketika mengumpulkan tugas ke gurunya, mereka seringkali tidak pernah tepat sesuai waktu yang ditentukan. Keterlambatan siswa dalam pengumpulan tugas ini terjadi karena mereka masih memiliki kesenjangan waktu dalam

5 merencanakan dan menyelesaikan kinerja aktual tugas di sekolah (Wawancara, 20 Oktober 2014). Fenomena-fenomena yang terjadi di atas membuktikan bahwa masih banyak siswa MA Al-Hidayah Wajak yang melakukan prokrastinasi terhadap tugas dan kewajiban yang diberikan oleh guru di sekolah. Sehingga, indikasi prokrastinasi (seperti penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas sekolah yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas sekolah, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sekolah) masih tinggi pada siswa MA Al-Hidayah Wajak. Sehingga, fakta-fakta di atas yang menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MA Al-Hidayah Wajak ini. Selain itu, fenomena prokrastinasi yang terjadi di MA Al-Hidayah Wajak tidak sesuai dengan visi madrasah yaitu: terwujudnya lembaga yang mampu menghasilkan lulusan yang berwawasan Imtaq dan Iptek yang berakhlakul karimah berdasarkan pada ASWAJA serta budaya bangsa. Jadi, sesuai dengan visi madrasah yang hendak dicapai seharusnya MA Al-Hidayah Wajak mampu untuk menjadikan siswanya sebagai murid yang berkualitas dan tidak melakukan praktek prokrastinasi ataupun menunda-nunda dalam hal mengerjakan tugas sekolah. Tetapi, sebaliknya di MA Al-Hidayah Wajak banyak terjadi praktek prokrastinasi yang menyebabkan siswa suka menunda tugas yang diberikan sekolah dan memilih kegiatan yang lebih menyenangkan daripada membuat tugas yang diberikan oleh guru. Dan secara tidak langsung mengakibatkan

6 lulusan di MA Al-Hidayah Wajak tidak sesuai dengan visi madrasah yang ingin dicapai. Menghadapi penyebab prokrastinasi akademik tersebut diperlukan keyakinan siswa akan kemampuannya untuk mengahadapi permasalahan dan melakukan tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki berdasarkan Bandura disebut dengan self-efficacy. Dimana efikasi diri menurut Bandura adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (Ghufron & Risnawita, 2014:73). Seperti yang dinyatakan Steel (2007) bahwa self-efficacy memiliki peranan cukup penting dalam dinamika kemunculan prokrastinasi. Keinginan melakukan sesuatu hal akan menjadi tinggi ketika harapan keberhasilan juga tinggi, sehingga tingkat prokrastinasi bisa menjadi rendah. Hal sebaliknya terjadi pada individu yang memiliki self-efficacy rendah akan memiliki kecenderungan melakukan prokrastinasi (Steel, 2007:71). Self-efficacy merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Baron dan Byrne (1991 dalam Ghufron & Risnawita, 2014:73) mendefinisikan efikasi diri (self-efficacy) sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Adapun bentuk-bentuk dari self-efficacy antara lain dapat menyelesaikan tugas tertentu, yakin dapat memotivasi diri

7 untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, yakin bahwa diri mampu berusaha dengan keras, gigih dan tekun, yakin bahwa diri mampu bertahan menghadapi hambatan dan kesulitan, yakin dapat menyelesaikan permasalahan di berbagai situasi (Brown, 2006; dalam Manara, 2008:36). Self-efficacy menentukan usaha yang dikeluarkan dan daya tahan individu untuk bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan tugastugas sekolah. Siswa yang memilki self-efficacy tinggi akan menentukan keyakinan diri dalam mengerjakan tugas, ulangan, atau ujian. Jika self-efficacy siswa tinggi maka ia akan percaya diri. Jika self-efficacy siswa rendah maka ia akan memiliki keyakinan diri yang rendah juga, sehingga akan melakukan perilaku prokrastinasi (Warsiti, 2013:3). Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan memiliki self-efficay yang tinggi dapat membuat siswa lebih yakin akan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak membuang-buang waktu dalam menyelesaikan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh seorang guru. Penelitian ini juga dilatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh Nuroh (2006) yang berjudul Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Wahid Hasyim Malang pada hasil penelitiannya menunjukan ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku prokrastinasi yang ditunjukkan dengan nilai korelasi (r) adalah sebesar r = - 0.719 ; sig < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku prokrastinasi. Dan ini

8 berarti bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah perilaku prokrastinasi. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku prokrastinasi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara self-efficacy dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al-Hidayah Wajak. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana tingkat self-efficacy siswa MA Al-Hidayah Wajak? 2. Bagaimana tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al- Hidayah Wajak? 3. Adakah hubungan antara self-efficacy dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al-Hidayah Wajak? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui : 1. Tingkat self-efficacy pada siswa MA Al-Hidayah Wajak. 2. Tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al-Hidayah Wajak. 3. Hubungan antara self-efficacy dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al-Hidayah Wajak.

9 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dalam memperkaya dan mengembangkan khazanah teori psikologi khususnya yang berkenaan mengenai self-efficacy dan perilaku prokrastinasi akademik. 2. Manfaat praktis Sebagai wacana yang memberikan informasi tentang adanya hubungan antara self-efficacy dengan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa MA Al-Hidayah Wajak.