BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis diwarnai dengan persaingan yang semakin tinggi. Untuk menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kotler dan Amstrong, 2004;283)

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI MINUMAN RINGAN BERSODA COCA COLA DI SURABAYA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian. Sehingga pemberian merek (branding) sebenarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya,

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar dalam era teknologi terjadi sangat cepat dimana fenomena

BAB I PENDAHULUAN. pasar dari sellers market menjadi buyers market sehingga konsumen menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini mengakibatkan banyak persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menyebabkan peran

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Market Size No. Industri Telekomunikasi 27% 30%

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas jasa sudah menjadi standar yang dapat dengan mudah dan cepat ditiru dan dimiliki oleh siapa

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tingkat persaingan dalam industri sepatu dan sandal sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara mudah dan praktis. Dewasa ini banyak berbagai alat yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihubungi di manapun berada menyebabkan telepon selular menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Merek memberi nilai kepada pelanggan dan sekaligus kepada perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan ingin berhasil

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis bagi setiap perusahaan. Suatu perusahaan mengharapkan agar hasil

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran

I. PENDAHULUAN. mengandung susu tanpa lemak dan lemak susu.

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa: globalisasi, teknologi dan deregulasi. Perkembangan, perubahan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan transportasi dalam berbagai kegiatannya seperti bekerja,

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pembelian, dimana konsumen benar-benar membeli produk (Philips

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara cepat. Agar orang dapat melakukan pekerjaan secara cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I. positif di mata pasar. Dalam tujuan mendapatkan awareness yang tinggi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia semakin lama semakin

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN KECAP ABC DI SURABAYA (Studi Pada Giant Margerejo Surabaya)

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat. Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Loyalitas Pelanggan shampo merek

BAB I PENDAHULUAN. cepat dimana fasilitas tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapanpun. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

PENGARUH ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA MINUMAN SARI BUAH DALAM KEMASAN FRUTANG DI SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan banyaknya produk-produk yang diciptakan oleh perusahaan pesaing, maka banyak perusahaan lama maupun yang telah ada berusaha untuk terus berupaya mempertahankan keeksistannya didalam membuat dan menawarkan produk mereka bahkan memasarkan produk tersebut dengan sangat baik serta membuat jalur distribusi yang sangat tepat agar dapat mengurangi biaya maupun untuk lebih dekat pada konsumen. Produk-produk yang mampu bertahan adalah produk-produk yang memiliki kelebihan dan nilai tambah dibandingkan dengan produk lainnya yang ada sebelumnya. Banyak perusahaan yang terus melakukan inovasi dan penambahan nilai pada produk yang telah dihasilkan sebelumnya. Hal ini membuat banyak riset dan pengembangan yang dilakukan perusahaan yang telah ada untuk mencari peluang dalam mempertahankan dan juga meningkatkan tingkat penjualan perusahaan setiap tahunnya. Dari banyaknya cara dan strategi yang digunakan perusahaan, terdapat salah satu strategi yang mampu menambah dan terus membuat hidup produk yang ada lebih panjang dibandingkan sebelumnya. Strategi ini merupakan strategi baru yang sekarang banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan lama maupun perusahaan baru yang ingin menambahkan nilai tertentu pada produk yang diciptakannya. Strategi ini dinamakan strategi Co-

2 Branding. Co-Branding ini adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan menggabungkan 2 merek yang telah ada menjadi 1 merek unggulan yang ditawarkan kembali kedalam pasaran yang ada saat ini. Co-Branding adalah kombinasi dari dua merek atau lebih untuk menciptakan suatu produk baru dan unik (Washburn, Till dan Priluck, 2000). Dan menurut (Kusuma, 2013) Co-Branding merupakan strategi yang dapat mendiferensiasikan dan merebut perhatian konsumen. Ada beberapa produk-produk yang sudah ada sebelumnya yang menggunakan strategi ini agar tetap hidup dan terus diminati konsumen seperti Sonny Ericson, Motorola, Polytron dan Maspion yang menggunakan strategi Co-Branding dengan meluncurkan merek ternama mereka seperti Teflon-Dupont dan Dolby. Menurut (Leonita, 2012) asosiasi yang diciptakan dalam Co-Branding dapat meningkatkan ekuitas merek karena adanya transfer nilai dari merek-merek yang berpartisipasi. Merek yang memiliki ekuitas yang tinggi jika dipasangkan dengan merek lain yang mempunyai ekuitas yang tinggi pula akan menghasilkan evaluasi yang lebih positif pada Partnering Brand dibandingkan dengan sebelum dipasangkan (Washburn,Till dan Priluck, 2000). Dari banyaknya hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan tentu saja merek (Brand) menjadi hal yang paling utama didalam memasarkan sebuah produk. Suatu merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak mempunyai arti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengetahui apakah produk itu

3 baik dan berkualitas. Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut (Kotler, 2004, p. 285). Untuk itu sebuah merek harus memiliki daya tarik yang mampu membuat konsumen mengingat merek tersebut didalam benaknya dan membuat merek tersebut menjadi salah satu referensi utama yang ada didalam benaknya ketika membutuhkan produkproduk sejenis lainnya yang ada dipasaran. Selain merek harus memiliki daya tarik, tentunya merek harus memiliki tingkat kualitas dan ekuitas yang baik dan memenuhi standar dalam kriteria pemilihan konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2004), Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to the product or service (p. 292). Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual suatu perusahaan. Dari ekuitas merek (Brand Equity) yang ada sebuah produk dapat memberikan bentuk atau kesan kepada konsumen dalam mempengaruhinya melakukan pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian. Dalam penelitian ini Brand Equity yang terdiri dari 5 dimensi yang merupakan indikator pembentuk dari Brand Equity hanya digunakan sebanyak 3 indikator, alasannya karena penelitian ini hanya membahas pada tahap sebelum konsumen memutuskan pembelian

4 pada suatu produk. Sedangkan indikator lainnya yaitu brand loyalty dan other proprietary brand asset membahas lebih lanjut tentang bagaimana konsumen merasa puas dan melakukan pembelian kembali pada produk yang dibeli sebelumnya. Roslina (2009) mengemukakan bahwa niat beli (purchase intention) seringkali digunakan sebagai sarana dalam menganalisis perilaku konsumen. Sebelum melakukan suatu pembelian, konsumen pada umumnya akan mengumpulkan informasi, baik mengenai produk yang didasarkan pada pengalaman pribadi maupun yang berasal dari lingkungan sekitar. Setelah informasi terkumpul, konsumen akan memulai penilaian terhadap produk tersebut, mengevaluasi serta membuat suatu keputusan pembelian setelah membandingkan produk dan mempertimbangkannya. Pengertian dari definisi Purchase Intention menurut Semuel, Wijaya (2008: 41) adalah sebagai berikut : "Pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu". Sedangkan menurut Belch (2004) Purchase Intention adalah kecenderungan untuk membeli sebuah merek dan secara umum berdasarkan kesesuaian antara motif pembelian dengan atribut atau karakteristik dari merek yang dapat dipertimbangkan. Menurut Busler (2000), Purchase Intention dapat diukur melalui dimensi likely yakni rencana pembelian konsumen terhadap sutu produk, definitely would yang mengacu pada kepastian konsumen dalam suatu produk dan probable yang mengacu pada kemungkinan konsumen dalam membeli suatu produk. Purchase Intention juga berkaitan dengan faktor lainnya yang membantu

5 konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk dengan merek tertentu. Menurut Zajonc dan Markus (dalam Ebrahimm,2011:3), dalam literatur pemasaran, kata preferensi berarti keinginan atau pilihan alternatif. Preferensi berada di atas semua kecenderungan perilaku. sehingga Brand Preference adalah sikap konsumen ketika dihadapkan pada situasi untuk memilih satu atau lebih merek dalam kategori produk yang sama (Odin, 2001). Brand Preference juga adalah tahap terakhir sebelum konsumen melakukan keputusan pembelian (Simamora, 2002). Dalam hal ini berarti persepsi terhadap merek juga dapat membantu seorang konsumen dalam proses sebelum konsumen melakukan pembelian. Merek pada produk yang kuat dan sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas memungkinkan diferensiasi relatif dengan pesaing lain yang lebih dikenal, bernilai dan berkesinambungan. Hal ini berarti, pelanggan atau konsumen dapat menetapkan brand preference pada pilihan merek yang disukainya bila merek produk tersebut sudah dikenal dan memiliki brand equity yang kuat yang menunjukkan kepercayaan konsumen yang tinggi terhadap merek produk yang mudah diingat dan yang memiliki kualitas sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh penjual atau produsen. Maka, pengaruh brand preference dapat memeditasi brand equity terhadap purchase intention (Kotler dan Keller, 2007 dalam Sumahajaya, 2011). Dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, Suryoko, dan Listyorini dengan judul

6 penelitiannya Pengaruh Strategi Co-Branding, Brand Equity Terhadap Purchase Intention Melalui Brand Preference (Study Co- Branding Daihatsu-Toyota Pada Produk Daihatsu Xenia Di Karya Zirang Utama) disini menjelaskan bahwa Strategi Co-Branding mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Brand Equity, Brand Preference, dan Purchase Intention, dan untuk meningkatkan Brand Preference dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efektifitas strategi Co-Branding dan diikuti dengan upaya-upaya yang dapat meningkatkan Brand Equity. Untuk perusahaan yang ada dan menggunakan strategi ini tentunya harus mampu melihat setiap peluang yang ada dan meminimalkan terjadinya kesalahan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan konsumen. Industri yang ada sekarang ini juga banyak mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada saat sekarang ini industri makanan dan minuman tetap berada pada 3 besar dalam market size industri dilihat dari terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal yang menarik terjadi juga pada salah satu makanan dan minuman yang sering dikenal sebagai hidangan pendingin untuk bersantai, yaitu es krim. Es krim menjadi salah satu produk yang juga mendapatkan perhatian dari konsumen. Sebelumnya pada tabel berikut ini akan menjelaskan tentang besarnya market size untuk industri makanan dan minuman yang terus meningkat.

7 Tabel 1.1 Market size beberapa industri tahun 2010-2011 No Industri Market Size 2010 2011 1. Makanan dan minuman 45% 55% 2. Gadjet 29% 42% 3. Telekomunikasi 27% 30% 4. Toiletries 25% 29% 5. Motor 20% 29% 6. Produk rumah tangga 19% 16% 7. Farmasi 14% 13% 8. Keuangan 13% 13% 9. Kosmetik 11% 16% 10. Produk anak 10% 14% 11. Retail 10% 13% 12. Produk pendidikan 6% 12% Sumber : Modifikasi Majalah SWA No. 10/XXVI/12-25 Mei 2010 dan SWA No. 12/XXVI/9-22 Juni 2011 Tabel 1.1 menunjukan bahwa market size industri makanan dan minuman masih menempati peringkat pertama sebesar 45% pada tahun 2010 dan naik sebesar 10% pada tahun 2011 menjadi 55%. Peningkatan tersebut menunjukan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat Indonesia pada produk makanan dan minuman sangat tinggi. Es krim merupakan salah satu produk dari industri makanan yang cukup potensial. Potensi pasar es krim di Indonesia bisa mencapai 60 juta liter per tahun, akan tetapi yang terealisasi baru mencapai 47 juta liter per tahun. Meskipun demikian pertumbuhan pangsa pasar es krim di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan sekitar 5-10% (kabarbisnis.com 10 April 2011). Penetrasi pasar es krim di Indonesia tergolong rendah dikarenakan hanya ada

8 sedikit produsen yang memasarkan produknya secara nasional, kebanyakan produsen es krim adalah industri rumah tangga yang pasarnya terbatas di daerah tertentu dan tidak terpantau oleh data riset. Berikut ini juga dapat kita lihat pangsa pasar yang ada dari 3 jenis es krim yang memasarkan produknya di Indonesia. Tabel 1.2 Pangsa Pasar Industri Es Krim di Indonesia tahun 2010-2011 Sumber : Modifikasi Majalah Marketing No. 08/X/Agustus 2010 dan Marketing No. 04/XI/April 2011 Tabel 1.2 diatas menunjukan bahwa Wall s masih bertahan pada peringkat pertama sebagai market leader pada industri es krim di Indonesia, akan tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan pangsa pasar sebesar 1,4% dari 72,1% pada tahun 2010 menjadi 70,7%. Penurunan pangsa pasar tersebut menunjukan adanya kejenuhan konsumen terhadap merek Wall s sehingga berdampak pada berkurangnya keputusan pembelian konsumen. Hal ini tentu Menjadi permasalahan bagi perusahaan karena keputusan pembelian konsumen terhadap es krim Wall s sangat penting agar bisa tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin tinggi.

9 Untuk tetap mampu bersaing dengan perusahaan lainnya maka Unilever menggunakan strategi Co-Branding untuk menaikan pangsa pasar dari es krim Wall s yang ada. Perusahaan Unilever menggabungkan 2 jenis produknya yang terbilang cukup terkenal di pasaran untuk menjadi 1 produk baru yang memiliki keunikan dan belum ada sebelumnya. Produk ini menggabungkan merek es krim Wall s dengan minuman juice Buavita yang merupakan produk minuman yang terbuat dari sari-sari asli buah-buahan. Buavita merupakan merek minuman sari buah dan es krim dari Unilever Indonesia. Merek ini diluncurkan oleh PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk. pada tahun 1971. Merek ini telah diakuisisi oleh Unilever Indonesia pada tahun 2008. Wall's Buavita merupakan es krim rasa buah diproduksi oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. tersedia dalam pilihan rasa: Strawberry (Stroberi), Kiwi (Kiwi), Mango (Mangga), Red Grape (Anggur Merah), Lychee (Leci). Produk ini kemudian mengalami peningkatan dan mendapatkan respon yang positif dari konsumen yang sudah pernah membelinya. Hanya saja distribusi untuk es krim Wall s Buavita ini belum terlalu luas sehingga banyak konsumen lainnya yang belum terlalu mengenal produk dan merek ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah Co-Branding berpengaruh terhadap Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya?

10 2. Apakah Brand Equity berpengaruh terhadap Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya? 3. Apakah Brand Preference berpengaruh terhadap Purchase Intention pada produk Wall s Buavita di Surabaya? 4. Apakah Brand Equity berpengaruh terhadap Purchase Intention pada produk Wall s Buavita di Surabaya? 5. Apakah Co-Branding berpengaruh terhadap Purchase Intention melalui Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh antara Co-Branding terhadap Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara Brand Equity terhadap Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya. 3. Untuk mengetahui pengaruh antara Brand Preference terhadap Purchase Intention pada produk Wall s Buavita di Surabaya. 4. Untuk mengetahui pengaruh antara Brand Equity terhadap Purchase Intention pada produk Wall s Buavita di Surabaya. 5. Untuk mengetahui pengaruh antara Co-Branding terhadap Purchase Intention melalui Brand Preference pada produk Wall s Buavita di Surabaya.

11 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai berdasarkan tujuan penelitian diatas adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pembaca dan rekan-rekan mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam ilmu manajemen khususnya mengenai pengaruh Co-Branding, Brand Equity terhadap Purchace Intention melalui Brand Preference. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan informasi bagi Unilever untuk terus mengembangkan dan memperbaiki produk-produk yang ada dan juga melakukan perbaikan pada strategi yang digunakan agar dapat terus bersaing dengan pesaing lainnya. 1.5 Sistematika Skripsi Sistematika penulisan ini terbagi menjadi lima bab yang disusun secara sistematika sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

12 BAB 2: TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada bagian ini akan berisi mengenai desain penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian sekarang, landasan teori yang terdiri dari pengertian Co-Branding, Brand Equity, Brand Preference, Purchase Intention, hubungan antar variabel, kerangka konseptual penelitian dan hipotesis. BAB 3: METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan mengenai desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, skala pengukuran variabel, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, serta teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini terdiri dari karakteristik responden, hasil analisis data yang berisi uji-uji menggunakan SEM, dan uji hipotesis. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini membahas simpulan dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah dilakukan, serta mengajukan saran yang dapat berguna bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.