PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM MENGATASI KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (enterpreneur) untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai lembaga keuangan. Kegiatan-kegiatan dunia usaha, baik di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO STUDI TENTANG KREDIT MACET DI PD. BPR BKK PLUPUH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan

Oleh : Dini Ikasari Kardila Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri

BAB I PENDAHULUAN. perorangan maupun badan usaha adalah untuk mengangkat pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman atau kredit. Bank berperan sebagai perantara antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan pengelolaan, pengontrolan, dan pengawasan yang baik.

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian negara. Pada dasarnya bank itu melaksanakan tugas

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa-jasa bank lainnya. Pengertian bank pada awal dikenalnya

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

STRATEGI PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK JATIM CABANG BOJONEGORO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

KENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR.

I. PENDAHULUAN. Kolektibilitas adalah tingkat atau ukuran kualitas suatu kredit. Penggolongan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. kredit atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB III METODE PENELITIAN. Probolinggo yaitu pada Bank Rakyat Indonesia. Tbk Cabang Probolinggo Unit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBINAAN DAN PENYELESAIAN KREDIT TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) STUDI PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap Negara, Bank berfungsi sebagai penghimpun dana dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB l PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana resiko suatu bisnis, kredit bermasalah merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH SEJAHTERA TAPAK DI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) KANTOR CABANG GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

Transkripsi:

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM MENGATASI KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN) STUDI PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero)Tbk KANTOR CABANG MALANG Ringkasan Skripsi Disusun Oleh: Amanda Panca Shani Nomor Induk : 15125006 UNIVERSITAS GAJAYANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MALANG 2017

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM MENGATASI KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)STUDI PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (Persero)Tbk KANTOR CABANG MALANG Industri perbankan memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pembangunan nasional serta perekonomian nasional.kredit merupakan sumber pendapatan utama bagi bank sekaligus menjadi sumber masalah karena akan menentukan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.apabila kredit tidak dikelola dengan bijaksana dapat mengakibatkan kredit bermasalah atau kredit macet. Meningkatnya kredit bermasalah atau Nonperforming Loan akan mempengaruhi jumlah sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat, selain itu bank tidak dapat memberikan dana segar kepada masyarakat dengan lancar karena terbatasnya dana segar.salah satu dampak serius dari krisis ekonomi terhadap sektor perkreditan adalah tingginya tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan pada bankbank. Restrukturisasi kredit dimaksudkan untuk menyehatkan kredit bermasalah dalam mewujudkan industri perbankan yang sehat serta mampu berkembang secara wajar dengan cara melakukan analisis terhadap transaksi serta kebijakan yang telah ditempuh, Keputusan untuk melakukan restrukturisasi diambil, untuk membuat keadaan menjadi lebih baik, yaitu untuk menggerakkan sektor riil maupun menyehatkan keuangan debitur dan meminimalisasi tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan bagi bank sebagai kreditur. Sebagai salah satu Bank penyalur kredit terbesar, tentunya dampak yang harus dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) adalah tingginya tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam mengatasi tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) melaksanakan kebijakan restrukturisasi kredit Adapun yang menjadi tujuan dengan diadakannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam mengatasi kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang, Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hambatan yang dihadapioleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang dalam mengatasi kredit bermasalah(non Performing Loan) melalui restrukturisasi kredit. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah. Data primer yaitu data yang diperoleh di lapangan atau diperoleh dari sumbernya meliputi pengetahuan, pengalaman dan penjelasan responden. Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui pihak perantara. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari buku, jurnal, dokumen serta laporan yang berkaitan dengan fokus penelitian baik berupa gambaran umum perusahaan. Pengumpulan data dari PT Bank Tabungan Negara(Persero)Tbk untuk kemudian dipilah sesuai data yang dibutuhkan yang meliputi data mengenai penanganan NPL. Menganalisa pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang Malang. Membandingkan NPL sebelum dan sesudah pelaksanaan restrukturisasi kredit serta menganalisis penyebabnya. NPL yang dihitung meliputi NPL pada tahun 2015 dan 2016. Menarik kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan dan memberikan saran yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam kegiatan perkreditan pada PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang Malang.

Perkembangan tingkat kolektibilitas pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk Cabang Malang untuk periode 2015 sampai 2016 dapat diketahui dari tabel berikut: Tabel 1 Perkembangan Tingkat Kolektibilitas KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk untuk periode 2015 dan 2016 Kol 2015 2016 Jml Debitur Outs (Rp) Jml Debitur Outs (Rp) L 16,187 870,754,340,320 17,876 940,568,733,450 DPK 1,798 96,868,980,230 1,560 90,547,300,324 KL 45 1,065,003,458 38 980,346,987 Dir 34 965,782,671 30 875,004,865 Macet 369 9,894,640,210 323 7,870,340,540 Total 18,433 979,548,746,889 19,827 1,040,841,726,166 Sumber: Unit Consumer Collection & Remedial Jumlah NPL pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk pada tahun 2015 sampai dengan 2016 sebagai berikut: Tabel 2 Perkembangan Tingkat Kolektibilitas KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk untuk periode 2015 dan 2016 Kol 2015 2016 Jml Outs (Rp) Jml Outs (Rp) Debitur Debitur KL 45 1,065,003,458 38 980,346,987 Dir 34 965,782,671 30 875,004,865 Macet 369 9,894,640,210 323 7,870,340,540 Total 448 11,925,426,339 391 9,725,692,392 Sumber: Unit Consumer Collection & Remedial NPL juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 9.725.692.392 disertai dengan penurunan debitur NPL menjadi 323 orang. Namun Secara teoritis kondisi ini masih membahayakan bagi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk karena total kredit yang termasuk npl yaitu kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet masih cukup besar. Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis data yang ada adalah menghitung presentase NPL sebelum dilakukan restrukturisasi KPR dengan cara membandingkan jumlah kredit bermasalah (NPL) dengan jumlah kredit yang disalurkan (outstanding kredit) dapat dituliskan dalam rumus berikut NPL Tahun 2015 NPL = 1.21%

NPL Tahun 2016 NPL = 0.93% Permohonan restrukturisasi di BTN yang Kredit yang layak di rekstrukturisasi pada tahun 2015 sebanyak 180 debitur dengan total kredit Rp 4.510.365.400,00 pada tahun 2016 terdapat peningkatan jumlah debitur yang layak menjadi 195 orang dengan jumlah kredit sebesar Rp 4.200.222.546,00.. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Tabel pelaksanaan restrukturisasi KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk periode tahun 2015 sampai dengan 2016 Keterangan 2015 2016 Jml Outstanding (Rp) Jml Outstanding (Rp) Deb Deb Layak 180 4.510.365.400 195 4.200.222.546 Dalam proses 11 1.200.526.366 13 981.371.500 restrukturisasi Pelaksanaan 10 975.600.540 11 920.032.120 kesepakatan restrukturisasi Jumlah kredit 201 6.686.492.306 219 6.101.626.166 Tidak 120 1.236.823.404 77 911.063.024 Penyelesaian 1.971.324.500 27 857.651.350 48 lainnya Jumlah kredit 168 3.208.147.904 104 1.768.714.374 tidak Total (Kol 5 / Macet) 369 9.894.640.210 323 7.870.340.540 Sumber : bagian CCRU PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Apabila dibandingkan dengan keseluruhan meskipun dari tahun ke tahun terjadi penurunan jumlah outstanding kredit yang, Hal ini dikarenakan jumlah NPL pada umumnya menurun, dan jumlah macet pada khususnya jumlahnya Mengalami penurunan. Meskipun outstanding NPL yang menurun, namun saya strukturisasi masih dijadikan pilihan utama dalam melakukan penyelamatan kredit terbukti pada tahun 2015 jumlah kredit yang sebesar 67,58% sedangkan kredit yang tidak hanya 32,42% pada tahun 2016 jumlah kredit yang sebesar 77,52% dari total kredit dalam kolektibilitas macet, sedangkan kredit yang tidak hanya 22,47%. Meskipun secara umum persentase pelaksanaan restrukturisasi menurun namun masih dijadikan pilihan utama dalam mengatasi kredit dalam kolektibilitas macet, yang pada akhirnya juga akan berimbas pada jumlah kredit yang dikategorikan NPL.

Jumlah pelaksanaan restrukturisasi kredit pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan, maka jumlah implementasi restrukturisasi kredit sebanyak 56,07% dari NPL. Pada tahun 2016, jumlah pelaksanaan restrukturisasi kredit sebesar 62,74% dari NPL, perbandingan tersebut dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4 Tabel perbandingan Pelaksanaan restrukturisasi KPR dengan Non Performing Loan (NPL) Tahun 2015 sampai dengan 2016 Keterangan Pelaksanaan restrukturisasi KPR Jml Deb 2015 2016 Outstanding Jml Deb (Rp) 201 6.686.492.306 219 Outstanding (Rp) 6.101.626.166 NPL 448 11.925.426.339 391 9.725.692.392 Prosentase 44,87% 56,07% 56,01% 62,74% Sumber : CCRU PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk(data diolah) Perkembangan Tingkat Kolektibilitas KPR PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Untuk Periode 2015 Sampai Dengan 2016 Sesudah Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit 2015 2016 Kol Outstanding Jml Jml Deb (Rp) Deb Outstanding (Rp) L 16,388 877,440,832,626 18,095 946,670,359,616 DPK 1,798 96,868,980,230 1,560 90,547,300,324 KL 45 1,065,003,458 38 980,346,987 Dir 34 965,782,671 30 875,004,865 Macet 168 3,208,147,904 104 1,768,714,374 Total 18,433 979,548,746,889 19,827 1,040,841,726,166 NPL Setelah Pelaksanaan restrukturisasi KPR tahun 2015 NPL = NPL = 0,53% NPL Setelah Pelaksanaan restrukturisasi KPR tahun 2016 NPL = NPL =0,35 % Tabel Perbandingan NPL Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan Restrukturisasi KPR pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Malang Tahun NPL Sebelum NPL Sesudah Selisih 2015 1,21% 0,53% 0,68% 2016 0,93% 0,35 % 0,58% Sumber : data diolah

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit secara umum dapat menurunkan / meminimalkan NPL setelah dilakukan restrukturisasi kredit pada tahun 2015 & 2016. NPL tahun 2015 yang semula 1,21% menjadi 0,53% berarti terjadi penurunan NPL sebesar 0,68% NPL tahun 2016 yang semula 0,93% menjadi 0,35 % berarti terjadi penurunan NPL sebesar 0,58%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menarik kesimpulan terhadap pelaksanan restrukturisasi kredit khususnya Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang. Selanjutnya dari kesimpulan tersebut peneliti akan memberikan saran-saran dengan tujuan dapat bermanfaat dalam pengelolaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) khususnya dalam hal penyelamatan kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang. Pelaksanaan restrukturisasi kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang telah berjalan dengan baik, seiring dengan diberlakukannya SE.Direksi No. 61/DIR/CCRD/2014 tanggal 22 Desember 2014 mengenai petunjuk pelaksanaan restrukturisasi dan penyelesaian kredit perorangan yang telah diperbaharui oleh SE. Direksi No. 44/DIR/CCRD/2015 tentang program percepatan penyelesaian NPL dan kewenangan pejabat pemutus Restrukturisasi. Pola restrukturisasi di BTN Cabang Malang adalah sebagai berikut: a. Penjadwalan ulang (PUL); b. Penundaan pembayaran kewajiban(grace period); c. Alih debitur; d. Pengurangan tunggakan bunga dan/atau denda Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang dalam upaya menurunkan tingkat kredit bermasalah (Non Performing Loan) melalui restrukturisasi kredit yaitu: a. Kendala mengenai sarana dan prasarana Beberapa tahun yang lalu sempat terjadi kerusakan pada system komputerisasi online BTN. Data-data yang ada tidak biasa diakses dan itu terjadi di beberapa wilayah Jawa Timur. Akibatnya fungsi dari petugas Consumer Collection & Remedial Unit terhambat. b. Kendala budaya masyarakat Pihak debitur belum bisa melunasi / menyelesaikan kewajibannya dan debitur tidak dapat membayar biaya-biaya dari restrukturisasi kredit tersebut (factor ekonomi debitur). c. Restrukturisasi KPR belum dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, karena perlunya koordinasi antara kantor pusat dengan kantor cabang, karena masingmasing lembaga tersebut mempunyai agenda atau prioritas yang berbeda satu dengan yang lain.