MODULASI DELTA ADAPTIF

dokumen-dokumen yang mirip
1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER IV TH 2010/2011

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

Rijal Fadilah. Transmisi Data

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

KONSEP DASAR TELEKOMUNIKASI DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI (DTG1E3)

Sistem Kontrol Digital

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL

Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI. Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Website :

Kelebihan pada sinyal sistem digital Signal digital memiliki kelebihan dibanding signal analog; yang meliputi :

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital

Model Transmisi Digital Optik Isyarat Analog Dengan Modulasi Delta

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

PRODI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2012 Yuyun Siti Rohmah, ST., MT

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION ( Q A M ) Sigit Kusmaryanto,

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED

Komunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46

Pokok Bahasan 2. Transmisi Digital

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Model Sistem Komunikasi

TEKNIK MODULASI. Kelompok II

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

Satuan Acara Perkuliahan Arjuni Budi P.

TEKNIK PENGKODEAN SINYAL Review from William Stalings. Waode Nurlailah (E1E )

Praktikum Sistem Komunikasi

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

Analog to Digital Converter (ADC)

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Untuk pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa digital atau analog yang di encode menjadi suatu sinyal digital x(t)

PENGKODEAN DATA Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

2.1. Filter. Gambar 1. Bagian dasar konverter analog ke digital

TEKNIK ENCODING SINYAL

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Rijal Fadilah. Transmisi Data

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Konversi Data Digital ke Sinyal Digital. Karakteristik Line Coding. Tujuan Line Coding

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Siskom Digital ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING. By : Dwi Andi Nurmantris

BAB II LANDASAN TEORI

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan yang perlu dirumuskan untuk akhirnya dapat

Teknik Operasional PCM 30

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

KODE MODUL TS.006 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK SUITSING.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

HAND OUT EK. 481 SISTEM TELEMETRI

V. M O D U L A S I. Gbr.V-1: Tiga sinyal sinusoidal yang berbeda. Sinyal 1 Sinyal 3. sinyal 2 t

KATA PENGANTAR. Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan maupun kepada semua pembaca.

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

TUGAS KOMUMIKASI DIGITAL. Modulasi Phase Shift Keying

TEKNIK MODULASI PADA KOMUNIKASI DATA

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

Sinyal dan Sistem Digital. Tutun Juhana KK Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

ADC ( Analog To Digital Converter Converter konversi analog ke digital ADC (Analog To Digital Convertion) Analog To Digital Converter (ADC)

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

SINYAL ANALOG DAN SINYAL DIGITAL. MAKALAH Disusun sebagai Tugas Pada Matakuliah Pengenalan Teknologi Telematika Oleh Andika Agus Pranata

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Pendahuluan. By : Dwi Andi Nurmantris

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

TUGAS KELOMPOK 4 SOFYAN AGU YESSICA RATTU YULINA JEUJANAN FRIDEAL HORMAN YEFTA SUPIT

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. -

Teknik Encoding. Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN EK.481 SISTEM TELEMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINYAL & RANGKAIAN DIGITAL

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

Teknik Telekomunikasi

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

MODULASI DELTA ADAPTIF SIGIT KUSMARYANTO http://sigitkus@ub.ac.id I. PENDAHULUAN Kecenderungan dalam perancangan sistem komunikasi baru untuk masa mendatang telah meningkatkan penggunaan teknik-teknik digital. Komunikasi digital menawarkan beberapa keuntungan penting dibandingkan dengan komunikasi analog, misalnya, kinerja yang lebih tinggi, lebih serbaguna, dan keamanan yang tinggi. Untuk mengirimkan sinyal-sinyal informasi analog, seperti sinyal video dan suara, dengan peralatan digital, sinyal tersebut harus dikonversi ke dalam sinyal digital. Proses ini dikenal sebagai konversi analog-ke-digital, atau kadangkadang disebut juga modulasi pulsa digital. Dua teknik penting dari konversi analog-ke-digital adalah pulse code modulation (PCM) dan delta modulation (DM). II. DASAR-DASAR MODULASI DELTA Salah satu teknik modulasi digital yang berbeda dengan metode modulasi analog seperti AM, FM, dan PM yang telah kita kenal sebelumnya adalah Pulse Code Modulation (PCM). PCM didisain untuk mentransmisikan sinyal pesan analog dalam bentuk digital seperti digambarkan dalam Gambar 1. Untuk melakukan ini, sebuah sistem PCM menyaring pesan analog dengan mempergunakan filter (lihat Gambar 1), mempergunakan pencuplik (sampler) untuk membuat sinyal waktu-diskrit (discrete-time signal), mendiskritkan amplitudo dari pulsa-pulsa waktu diskrit yang diperoleh sebelumnya (kuantisasi), dan memberikan kata biner untuk setiap level amplitudo diskrit yang ada. Katakata biner ini kemudian ditransmisikan melalui kanal khusus yang diinginkan dengan cara membuat bentuk-bentuk pulsa khusus dan deretan pulsa yang terdiri dari kata biner (kadang-kadang disebut pengkodean garis, line coding). Pulsa-pulsa hasil line coding ini kemudian dikirimkan langsung melalui kanal, bukan melalui modulator seperti pada teknik modul asi analog. 1

Dalam suatu sistem yang spesifik pulsa-pulsa yang dicuplik dapat dikuantisasi, atau kuantisasi maupun pencuplikan dilakukan secara bersamaan. Proses terakhir ini digambarkan dalam Gambar 2. Ayunan amplitudo total A 0 = 7 V dibagi ke dalam tingkatan-tingkatan amplitudo yang dispasi secara sama sebesar a = 1 V. Jadi ada M = A 0 /a+1 tingkatan-tingkatan amplitudo yang mungkin, termasuk nol. Dalam Gambar 2 cuplikan-cuplikan ditunjukkan diambil setiap detik dan tingkatan amplitudo yang terdekat sumber analog prefilter pencuplik (sampler) pengkuantisasi rancangan kata biner line coding kanal Gambar 1. Diagram Blok Modulasi Digital (PCM) Sumber : Jerry D. Gibson, 1990 dipilih sebagai tingkatan sinyal yang ditransmisi. Jadi, versi sinyal yang dicuplik dan dikuantisasi yang dihasilkan dari sinyal halus di Gambar 2a nampak dalam Gambar 2b. volt 7 6 5 4 3 2 1 0 2 4 6 8 10 12 volt (a) a A0 detik 7 6 5 4 3 2 1 0 2 4 6 8 10 12 (b) detik 2

Gambar 2. Pengkuantisasian dan Pencuplikan. (a) Sinyal Tertentu. (b) Versi yang Dikuantisasi dan Dicuplik Jelaslah proses pengkuantisasian memasukkan beberapa kesalahan ke dalam reproduksi akhir sinyal. Sinyal yang didemodulasi akan agak berbeda dari sinyal asal. Efek keseluruhan adalah seolah-olah bising tambahan ditambahkan ke dalam sistem. (Dalam kasus transmisi suara ini menunjukkan diri sebagai suara ketukan di latar belakang. Dalam kasus transmisi gambar gradasi kontinu keabuan dari hitam ke putih diganti dengan sejumlah diskrit keabuan, dan gambar juga kelihatan agak bising). Bising kuantisasi (quantization noise) ini tentu saja dapat dikurangi dengan memperpendek perpisahan tingkatan a atau dengan menambah banyak tingkatan M yang dipergunakan. Eksperimen menunjukkan bahwa 8 hingga 16 tingkatan cukup untuk suara yang sangat jelas terdengar. III. MODULASI DELTA ADAPTIF Dalam makalah ini tidak akan dijelaskan lagi secara terperinci mengenai teknik pensamplingan, pengkuantisasian dan pengkodean sinyal input analog ke digital dalam Pulse Code Modulation (PCM), namun akan lebih memfokuskan pembahasan pada apa yang terjadi pada bagian modulator dari sebuah transmitter. Kita tahu bahwa bagian penting dalam transmiter, salah satunya, adalah modulator. Dalam pembahasan nanti kita, utamanya, akan membahas mengenai modulator delta adaptif yang merupakan versi perbaikan dari modulator-modulator digital sebelumnya seperti differential PCM modulator dan linear delta modulator. Pembahasan akan disusun secara berurutan (naratif), yaitu dari sistem yang sederhana (lama) menuju sistem baru yang diperbaiki. III.1. PRINSIP MODULASI DELTA Modulasi delta adalah sebuah skema differential pulse code modulation (D-PCM) yang sinyal-bedanya, (t), dikodekan hanya ke dalam bit tunggal. Kita tahu bahwa dalam sistem D-PCM, sinyal-sinyal yang ditransmisikan adalah sinyal-beda (biasa ditulis (t)) yang merupakan hasil sampling sinyal baseband m(t) pada waktu k dan k-1, yaitu sinyal m(k) dan m(k-1). Bit tunggal tersebut, 3

yang menunjukkan hanya dua kemungkinan, dipergunakan untuk menaikkan atau menurunkan sinyal estimasi m (t). Salah satu cara disusunnya modulator delta ditunjukkan dalam Gambar 4. Skema ini disebut modulasi delta linier. Sinyal pita dasar (baseband) m(t) dan sinyal perkiraannya yang terkuantisasi m (t) dijadikan sebagai input ke dalam komparator. Sebuah komparator, sesuai namanya, pada prinsipnya membandingkan kedua sinyal input tersebut. Sebagaimana terlihat di Gambar 4, komparator mempunyai satu keluaran tetap V(H) jika m(t)>m (t) dan keluaran lain yaitu V(L) jika m(t)<m (t). Namun jika m(t)-m (t) mendekati nol maka peralihan V(H) dengan V(L) menjadi tak menentu. Komparator adalah pengganti amplifier differential pada D-PCM, karena dalam kasus ini kita hanya perlu tahu apakah m(t) lebih besar atau lebih kecil daripada m (t) dan bukan harga mutlak nilai beda tersebut. T s Sinyal tersampling Waktu (t) m(t) m (k (t) Difference amp. sample and hold (k) quantizer q(k) S 0 (t) accumulator predictor Gambar 3. Skema prinsip dasar diferensial PCM 4

S 0 (t) V(H) V(L) m(t)-m'(t) m(t) m'(t) comparator (t ) sample and hold D/A converter up-down counter count direction command clock T s Gambar 4. Sebuah modulator delta Up-down counter menambah atau mengurangi satu-satu setiap tepi aktif dari bentuk gelombang clock. Arah hitungan yaitu bertambah atau berkurang, ditentukan oleh level tegangan pada input count direction command ke counter. Jika input biner ini (juga input yang ditransmisikan S 0 (t)) pada level V(H), counter (penghitung) menghitung maju, dan jika input pada level V(L), penghitung menghitung mundur. Keluaran digital penghitung diubah ke dalam sinyal perkiraan terkuantisasi m (t) oleh D/A converter. 5

Ts clock t1 t2 t3 S V(H) V(L) Gambar 5. Respons modulator delta untuk masukan sinyal baseband m(t) Perhatikan Gambar 5! Untuk t 1, terlihat m(t)>m (t) sehingga S 0 (t)=v(h). Pada t 1, ketika clock aktif, penghitung menghitung maju dan sinyal m (t) segera melompat sejumlah S. Pada t 2, m(t)>m (t) sehingga hal yang sama terulang kembali. Pada t 3, m(t)<m (t), sehingga S 0 (t) = V(L). Penghitung mundur dan terjadi lompatan turun sejumlah S. Demikian peristiwa ini berulang. Kita perhatikan bahwa pada mulanya terjadi selisih yang cukup lebar antara m(t) dengan m (t). Hal ini ditandai dengan bising pada penerima (receiver). Namun setelah selang beberapa lama, m (t) mampu mengejar m(t) sehingga bisingpun mengecil. Namun, seperti yang terlihat pada Gambar 6, m (t) masih tetap bolak-balik sepanjang m(t). 6

m(t) m'(t) Gambar 6. Ilustrasi respons mula-mula dari modulasi delta dan perburuan oleh m (t) terhadap m(t). Namun modulator delta yang telah diuraikan tadi masih mempunyai kelemahan. Bila kemiringan (slope) dari sinyal m(t) sangat curam sehingga melebihi S/T s, maka sinyal estimasi m (t) tidak mampu mengejar m(t) dalam waktu singkat. Maka akan terjadi bising pada penerima yang disebut bising slope overload (bising kelebihan beban). Dari Gambar 7 kita lihat bahwa sinyal m (t) mengejar m(t) dengan bentuk linier sebelum akhirnya sinyal m(t) terkejar. Itulah sebabnya modulator ini disebut juga modulator delta linier. 7

m(t) m'(t) Gambar 7. Slope Overload (bising kelebihan beban) dalam modulasi delta linier Sekarang kita akan mebahas sistem modulasi yang merupakan modifikasi (perbaikan) dari modulasi delta sebelumnya, yaitu Adaptive Delta Modulation (ADM). Dalam teknik ini, sinyal step size (t) dibuat membesar secara seketika untuk bisa mengejar sinyal m(t) dengan lebih cepat. Kita akan membahas sebuah sistem ADM yang didisain dan dibentuk di Communication System Laboratory di CCNY. Blok diagram skema ini bisa dilihat pada Gambar 10. Kita tidak akan meneliti rincian perangkat keras (hardware) dari processor- nya melainkan akan menjelaskan cara kerjanya. Prosesor tersebut membunyai sebuah accumulator dan pada setiap tepi aktif dari clock, akan menghasilkan sinyal step S yang menambah atau mengurangi akumulator. Step 8

S bukanlah suatu nilai yang tetap namun merupakan penjumlahan dari step dasar S 0. Algoritma untuk menghasilkan S adalah sebagai berikut : Dalam respons untuk tepi clock aktif, prosesor untuk memulai menghasilkan sebuah step yang pembesarannya sama dengan step yang dihasilkan dalam respons untuk tepi clock ke- (k-1). Step ini ditambahkan atau dikurangkan dari akumulator, bila diperlukan, untuk menggerakkan m (t) menuju m(t). Namun kemudian, jika arah step pada tepi clock k sama dengan pada tepi k-1 maka prosesor meningkatkan pembesaran (magnitude) step sejumlah S 0. Jika arahnya berlawanan maka prosesor mengurangi pembesaran step size sejumlah S 0. Pada saat algoritma tersebut dijalankan akan ada tepi clock ketika total step S=0. Dalam kasus ini, pada tepi clock selanjutnya step size adalah S 0 dalam arah mengikuti m(t). Dalam Gambar 8 keluaran S 0 (t) disebut e(k). Simbol e(k) menyatakan selisih antara m(t) dengan m (t) dan seperti yang dijelaskan dalam Gambar 4 adalah selisih V(H) denganv(l). Untuk menyatakan algoritma tersebut yang menentukan nilai step size maka bisa dituliskan sebagai berikut : e(k) = +1 jika m(t)>m (t) segera sebelum tepi ke-k e(k) = +1 jika m(t)<m (t) segera sebelum tepi ke-k Kita sekarang dapat menetukan bahwa pada waktu sampling k maka step size S(k) diberikan oleh S ( k) = S( k 1) e( k) + S0e( k 1) m(t) m'(t) comparator sample and hold S 0 (t)= e(k) A/D converter digital processor clock Gambar 8. Sebuah diagram blok modulasi delta adaptif 9

Gambaran penting mengenai modulasi delta adaptif diperlihatkan dalam Gambar 9. Perhatikan bahwa sepanjang m(t)>m (t) maka lompatan oleh m (t) akan sangat besar. Sinyal estimasi m (t) mencapai m(t) lebih segera daripada yang terjadi dalam modulasi delta linier sebagaimana yang dinyatakan dalam notasi m (t). Namun, ketika dalam respons untuk kemiringan besar dalam m(t), m (t) melakukan lompatan besar, hal itu memerlukan lebih banyak siklus clock untuk lompatan ini untuk memperkecil kembali amplitudonya jika tidak diperlukan lagi lompatan besar. Situasi seperti itu dapat dilihat pada Gambar 9 ketika m (t) pertama kali mencapai m(t). Pada saat yang sama, ketika sistem ADM mengurangi bising slope overload, error kuantisasi juga meningkat. Bentuk gelombang m (t) yang merupakan hasil dari modulasi delta linier mempunyai eror kuantisasi ya\ng kecil namun eror slope overload yang besar. Perhatikan juga bahwa ketika m(t) konstan (dengan interval S 0 ), m (t) berosilasi di sekitar m(t) namun frekuensi osilasinya hanya setengah dari frekuensi clock. m(t) m'(t) m''(t) S 0 T s clock Gambar 9. Bentuk gelombang yang membandingkan respons ADM dan LDM 10

IV. KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai modulasi delta adaptif kita dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Teknik modulasi digital banyak dipakai dalam dunia telekomunikasi pada saat sekarang ini. Dua teknik modulasi yang sering dipakai adalah Pulse Code Modulation (PCM) dan Delta Modulation (DM). Dalam modulasi delta linier, eror kuantisasinya kecil namun eror slope-nya besar. Dalam modulasi delta adaptif, eror kuantisasinya besar namun eror slopenya kecil. Dalam penerapannya, pengurangan slope error menghasilkan keuntungan bersih yang lebih besar walaupun eror kuantisasinya meningkat. Dan sebuah modulator delta adaptif dapat beroperasi pada bit rate 32 kb/s dengan kinerja yang sebanding dengan modulator yang memakai 64 kb/s. Lagipula, ADM dapat beroperasi pada 16 kb/s dengan hanya sedikit pengurangan dalam kinerjanya. DAFTAR PUSTAKA [1] Herbert Taub, Principles of Communication System, McGraw-Hill,1986. [2] Jerry D. Gibson, Principles of Analog and Digital Communications, Macmillan Publishing Company, 1990. [3] Mischa Schwartz, Transmisi Informasi, Modulasi dan Bising, McGraw-Hill, Inc, 1980 terjemahan dalam Bahasa Indonesia oleh Sri Jatno W, PhD, penerbit Erlangga, 1986. [4] Sigit Kusmaryanto, Diktat Kuliah: Sistem Transmisi Telekomunikasi, Teknik Elektro UB, 2004 11

12

13

14

15