BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak


BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Makanan utama bayi adalah air susu ibu (ASI) sehingga perlu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih ditemukannya kasus gizi kurang dan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan. gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI ( Air Susu Ibu) eksklusif adalah bayi hanya diberi saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah bayi berumur enam bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI(MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia dua tahun atau lebih (Kristiyansari, 2009, pp.23). Pemberian ASI eksklusif, selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu, beberapa diantaranya adalah dapat mencegah perdarahan paska persalinan dan mencegah anemia (Partiwi, 2008). Pemberian ASI eksklusif juga membantu mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sekaligus meningkatkan status gizi balita. Hal ini juga akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai (DEPKES, 1997). Asi merupakan makanan terbaik dan telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang kaya antibody (Suryoprajogo, 2009, pp.7). Menyusui adalah anugerah terindah bagi ibu dan bayi. Setiap ibu yang melahirkan pasti memiliki keinginan yang kuat untuk menyusui anaknya. Terutama mereka yang menyadari ASI akan membuat bayi tumbuh dengan maksimal, dan proses itu akan membuat ibu merasa menjadi ibu yang sempurna (Rosita, 2008, pp.25). Riset terbaru WHO pada 2005 menyebut bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia yang terbesar adalah malnutrisi (58%) ''Malnutrisi seringkali terkait dengan asupan ASI''. (Siswono, 2006) Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI

eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Arimurti, 2007). Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanita yang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita (DEPKES RI, 2010) Sesuai dengan kodratnya, semua wanita akan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian ASI pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zatzat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. (DEPKES RI, 2010). Mengingat pentingnya bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar,teratur dan eksklusif. Salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua) tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas

terhadap status gizi ibu dan bayi. Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP- ASI ole Bp. Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada RS pemerintah dan sekitar10 20% pada RS swasta (DEPKES RI, 2010) Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother Friendly Workplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja. Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri (DEPKES RI) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 diketahui sebanyak 40,21% yang diberikan ASI eksklusif, terjadi peningkatan dengan tahun 2008 (28,96), tetapi dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah bayi dengan ASI eksklusif sebesar 20,06 % dari 7.875 bayi usia 0-6 bulan. Hasil data tempat penelitian adalah hanya 54 bayi yang diberi ASI Eksklusif dari 130 bayi di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang oleh peneliti di peroleh data bahwa 8 dari 10 ibu bekerja yang menyusui (bayi umur 6-12 bulan) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dan 9 dari 10 ibu tidak bekerja yang menyusui (bayi umur 6-12 bulan) memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Masalah eksklusif yang masih memprihatinkan di perkuat dari Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) 2001 menunjukan hanya 47,5%yang mendapatkan ASI eksklusif untuk bayi umur 0-3 bulan dan 14,2% untuk bayi umur 4-5 bulan. Sebaliknya masih ada bayi umur 6-7

bulan yang mendapat ASI eksklusif (5,5%), bahkan juga pada umur 10-11 bulan (3,2%). Untuk mendapatkaan ASI eksklusif pada golongan umur 0-3 bulan lebih tinggi di pedesaan (49,8%) dibandingkan yang di perkotaan (44,1%). Sedangkan menurut kawasan paling tinggi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada golongan umur 0-3 bulan (jurnal ekologi kesehatan Vol 2 No 2, Agustus, 2003 : 249-254). Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan status pekerjaan terhadap eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan status pekerjaan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi mereka. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan Eksklusif 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi status pekerjaan ibu yang menyusui di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang b. Mengidentifikasi eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang c. Menganalisa hubungan antara status bekerja dengan eksklisif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis 1) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi di perpustakaan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lain yang menyangkut eksklusif 2) Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam rangka menggalangkan program eksklusif 3) Bagi peneliti Peneliti ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang ASI eksklusif, sehingga dapat digunakan dalam memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif. 4) Bagi masyarakat Sebagai bahan informasi tingkat pengetahuan kepada masyarakat terutama ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan, agar dapat berperan aktif dalam mensukseskan program eksklusif. 2. Secara Teoritis Peneliti berharap hasil penelitian dapat menjadikan motivasi pada ibu bekerja agar tetap dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, karena ASI dapat diberikan dengan cara diperah. Dan dengan demikian, penerapan Eksklusif di Indonesia dapat tercapai, dan dapat menciptakan generasi bangsa yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian no Judul, Nama, Tahun Sasaran Variasi yang diteliti Metode Hasil

1. Hubungan status pekerjaan dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengaan eksklusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah puskesmas wonopringgo kabupaten pekalongan. Dwi indriyana, 2009 Semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas wonopringgo kabupaten pekalongan sebanyak 58 orang Status bekerja ibu mnyusui, tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif, mengetahui eksklusif, hubungan antara status bekerja dengan pemberian ASI Deskriptif, analitikkorelatif Ada hubungan antara status pekerjaan dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian Asi eksklusif 2. Hubungan dukungan keluarga pada ibu bekerja dengan eksklusif pada bayi di kelurahan Padangsari wilayah kerja puskesmas Padangsari Unzila Rahma Yanu Wikasasti, 2008 122 orang ibumenyusui di kelurahan pandangsari Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan ibu. Dukungan keluarga pada ibu bekerja dengan eksklusif pada bayi. Pelaksanaan eksklusif pada bayi. Hubungan keluarga pada ibu bekerja dengan eksklusif pada bayi Studi Deskriptif koleratif pendekatan cross sectional Ada hubungan dukungan keluarga pada ibu bekerja dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi