BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan

MANFAAT RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karya, yang sedikitnya menyerap 1,8 juta pekerja. Dari sisi tenaga kerja, tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan harga. (KDPPLK-PSAK paragraf 07 tahun 2009). Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 Tahun 2009 Tujuan laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Krisis finansial global muncul sejak bulan Agustus tahun 2007, yaitu pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. produktif (Nur Azlina, 2009). Untuk itu, perusahaan memerlukan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan, sedangkan perusahaan yang baru berdiri atau berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Boediono, 2005: ). Seperti dinyatakan dalam IFRS Framework (kerangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. apalagi jika perusahaan tersebut sampai menutup usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. negara maju yang merupakan episentrum dari krisis keuangan global secara cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu perusahaan memberikan konstribusi yang besar bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. mesin/peralatan industri tekstil dan produk tekstil menyatakan bahwa industri

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

METADATA INFORMASI DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

JUDUL: ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI DISKRIMINATOR UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dependen merupakan variabel dengan ketertarikan utama dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hutang. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang menyebabkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang selalu berubah akhir-akhir ini telah mempengaruhi kegiatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

I. PENDAHULUAN. bersaing ketat dalam memperebutkan pasar, karena tidak ada lagi pembatasan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kegiatan menggunakan dana (fungsi investasi) dan kegiatan mencari sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Proyeksi keuangan Tentukan tingkat pendapatan dan biaya yang ada Penentuan didasarkan pada analisis makro, trend masa lalu dan pengaruh siklus perusah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi kedalamannya. Harga komoditas dunia yang melejit di awal tahun secara cepat mengalami pembalikan arah seiring dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang tajam di penghujung tahun 2008. Perlambatan ekonomi negara maju yang merupakan episentrum dari krisis keuangan global secara cepat merambat ke perekonomian negara-negara berkembang. Di tengah situasi perekonomian global yang demikian, ekonomi Indonesia masih mampu menunjukkan kinerja yang baik dengan tetap tumbuh sebesar 6,1% pada tahun 2008, walaupun dampak krisis sudah dirasakan di triwulan IV-2008. Setidaknya inilah kondisi yang hanya sebagian kecil dari dampak krisis finansial global. Krisis finansial global mulai muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pembekuan ini lantas mulai memicu gejolak di pasar finansial dan akhirnya merambat ke seluruh dunia. Di penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis semakin membesar seiring dengan bangkrutnya bank investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, Eropa, dan Jepang. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap devisa negara. Selain itu, Industri ini memainkan peranan penting pula dalam meningkatkan orientasi ekspor di negara-negara Asia lainnya, seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, Cina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. 1

2 Pasar tujuan ekspor industri TPT nasional adalah Amerika Serikat yang sejak tahun 2003 nilainya lebih dari US$ 2,3 milyar bahkan di tahun 2007 mencapai US$ 4,3 milyar. Amerika Serikat merupakan pasar komoditi TPT terbesar dunia, dan sejauh ini ekspornya masih didominasi oleh China yang nilai ekspornya lebih dari US$ 27 milyar di tahun 2007. Setelah Amerika Serikat, pasar ekspor TPT terbesar Indonesia adalah Uni Eropa, Jepang merupakan pasar terbesar ketiga ekspor TPT Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata di atas US$ 350 juta sejak tahun 2003-2007. Dengan catatan ekspor yang besar tersebut, Indonesia masuk sepuluh besar pengekspor TPT peringkat atas dunia. Seiring dengan melesunya perekonomian dunia akibat krisis property Amerika Serikat (subprime mortgage), ekspor TPT Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009. Nilai ekspor tersebut hanya mencapai US$ 9,4 milyar atau turun sebesar 9,9 persen dibandingkan dengan angka ekspor tahun 2008. Bahkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno (Oktober 2008) mengatakan bahwa ada banyak perusahaan yang melakukan PHK (Pemutusan hubungan kerja) dalam jumlah tidak sedikit dan perusahaan yang melakukan PHK itu didominasi pada sektor manufaktur (perindustrian), khususnya penenunan (tekstil & garmen). Pemutusan hubungan kerja tersebut diakibatkan menurunnya tingkat penjualan ekspor. Memasuki tahun 2010, industri TPT Indonesia dihadapkan pada tantangan yang cukup serius. Bea masuk 0% dari China berdasarkan perjanjian CAFTA(China - ASEAN Free Trade Area) yang telah ditandatangani tahun 2005 dan akan berlaku di Indonesia pada tahun 2010, mau tidak mau akan memberikan dampak serius bagi pasar domestik. Impor TPT China ke Indonesia mengalami lonjakan besar dari hanya US$ 262 juta di tahun 2006 menjadi US$ 1,144 milyar di tahun 2009. Lonjakan ini membuktikan bahwa sebelum pemberlakuan CAFTA produk TPT China sudah sangat kompetitif. Mencermati situasi ini, Badan Standardisasi Nasional (BSN) menilai bahwa sektor industri TPT merupakan salah satu industri nasional yang paling terpengaruh dengan pemberlakuan CAFTA.

3 Kedua hal tersebut yakni krisis finansial global dan keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA memberikan kondisi yang cukup sulit bagi perekonomian Indonesia khusunya industri tekstil dan produk tekstil. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis tekstil dan produk tekstil (garmen) tentu harus mampu bersikap kritis dan peka menghadapi kedua hal tersebut. Tak bisa dipungkiri jika keadaan tersebut mampu mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yang mungkin saja berakibat terjadinya financial distress (kesulitan keuangan) bagi perusahaan tekstil dan garmen. Financial distress merupakan tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves,2003). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.untuk itu, akan lebih baik bagi perusahaan untuk mampu lebih awal mengidentifikasikan kecenderungan munculnya financial distress perusahaan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan, perusahaan dapat mengawasi kondisi keuangan dengan melakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat menjadi alat ukur untuk memprediksi kesulitan keuangan yaitu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya, dapat menunjukkan kepada analis risiko dan peluang bagi perusahaan yang sedang ditelaah (Helfert, 1997). Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu, membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan, dan untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio

4 keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Dengan adanya gambaran kondisi yang telah disampaikan diatas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Tekstil dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.2 Identifikasi Masalah Krisis finansial global yang terjadi membuat beberapa perusahaan manufaktur khususnya perusahaan tekstil dan garmen mengalami penurunan jumlah ekspor. Hal tersebut berarti terjadinya penurunan permintaan yang tentunya berdampak pula terhadap jumlah produksi yang cenderung juga akan menurun. Di satu sisi lain, adanya keikutsertaan Indonesia dalam CAFTA(China - ASEAN Free Trade Area), dirasakan semakin menjepit sebagian atau bisa jadi mayoritas produsen dalam bidang tekstil dan garmen. Hal tersebut dinyatakan demikian karena adanya pemberlakuan aturan bea masuk 0% bagi indudstri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil). Tentu kedua hal tersebut cenderung menimbulkan kesulitan finansial (financial distress) bagi perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis dan terjadi sebelum kebangkrutan. Diperlukan analisis untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Salah satu analisis yang dilakukan yaitu dengan penggunaan rasio-rasio keuangan yang merupakan salah satu bentuk penelitian berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Dalam penelitian terdahulu terdapat perbedaan pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress. Rumusan masalah terkait dengan penurunan jumlah ekspor dan terdapat perbedaan hasil rasio yang berpengaruh terhadap financial distress sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk prediksi rasio keuangan terhadap kondisi financial ditress perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Berdasarkan research problem yang telah dipaparkan dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

5 1. Bagaimanakah rasio current assets to current liabilities (CACL) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimanakah rasio net Income to total assets (NITA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Bagaimanakah rasio retained Earnings to total assets (RETA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Bagaimanakah rasio total liabilities to total assets (TLTA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 5. Bagaimanakah rasio Sales to total assets (STA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 6. Bagaimana pengaruh variabel CACL, NITA, RETA, TLTA, dan STA terhadap financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis rasio Current assets to current liabilities (CACL) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Menganalisis rasio Net Income to total assets (NITA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Menganalisis rasio Retained Earnings to total assets (RETA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Menganalisis rasio total liabilities to total assets (TLTA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5. Menganalisis rasio Sales to total assets (STA) pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 6. Menganalisis pengaruh variabel CACL, NITA, RETA, TLTA, dan STA terhadap financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini mengungkapkan pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan untuk: 1.4.1 Kontribusi Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang meliputi rasio CACL, NITA, RETA, TLTA, STA terhadap kondisi financial distress perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI. Baik penelitian indikator variabel tersebut terbukti signifikan atau tidak, diharapkan faktor-faktor yang mendukung dapat teridentifikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap teori. 1.4.2 Kontribusi Praktis Untuk dapat memberikan early warning terhadap kondisi perusahaan yang mengarah kepada financial distress, sehingga manajemen perusahaan dapat menetapkan keputusan secara tepat dan cepat. 1.5 Definisi Variabel Penelitian Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Financial Distress Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi. 1.5.2 Rasio CACL (current asset to current liabilities) Rasio lancar (current ratio) dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Brigham dan Houston,2001). Beberapa komponen aktiva lancar yaitu kas, piutang, dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar sendiri merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2002).

7 1.5.3 Rasio NITA (net income to total asset) Rasio ini dikenal dengan Return on Assets (ROA). Ang (1997) menjelaskan bahwa ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. 1.5.4 Rasio RETA (return earning to total asset) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. 1.5.5 Rasio STA (sales to total asset) Rasio STA juga disebut rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio), yang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Besar kecilnya penjualan dan total aktiva akan mempengaruhi rasio perputaran total aktiva ini. Dimana peningkatan penjualan yang relatif lebih besar dari peningkatan aktiva membuat rasio ini semakin tinggi, sebaliknya peningkatan penjualan yang relatif lebih kecil dari peningkatan aktivanya membuat rasio ini semakin rendah. 1.5.6 Rasio TLTA (total liabilities to total asset) Rasio ini sering disebut debt ratio. Debt ratio mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur (Brigham dan Houston, 2001). Rasio ini memperlihatkan proporsi seluruh aktiva yang didanai oleh hutang (Fraser dan Ormiston, 2008). 1.6 Outline Skripsi Outline skripsi ini dimaksudkan untuk memudahkan penyampaian informasi berdasarkan urutan dan aturan logis penelitian. Pembahasan skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara keseluruhan membahas pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal pertama yang dilakukan adalah

8 menentukkan judul skripsi yang menggambarkan secara singkat tentang masalah yang diteliti. Kemudian skripsi ini diawali Bab I yang berisi pendahuluan. Dalam pendahuluan ada beberapa hal yang disampaikan yaitu latar belakang penelitian, idenntifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan definisi variabel penelitian. Dilanjutkan pada Bab II yaitu tinjauan pustaka yang menyampaikan teoriteori maupun hal lainnya yang berkaitan dengan topic penelitian. Tinjauan pustaka Bab II pada penelitian ini memuat hal-hal sebagai berikut : definisi kesulitan keuangan (financial distress), penyebab kesulitan keuangan, definisi rasio keuangan, pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress, kajian penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran. Selanjutnya diikuti oleh Bab III berisi uraian mengenai metodelogi penelitian. Dimulai dari objek penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, desain dan prosedur penelitian, operasionalisasi variabel, metode analisis dan pengujian hipotesis. Pada Bab IV hasil penelitian dan pembahasan di dalamnya memuat pendeskripsian yang dilakukan menyangkut data hasil penelitian, baik data mengenai perkembangan variabel setiap tahunnya, maupun mengenai hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti, pengujian hipotesis dan analisis hasil penelitian, serta interpretasi data. Kemudian pada akhir penulisan skripsi ini adalah Bab V yaitu kesimpulan dan saran yang merupakan bab terakhir, dimana pada bagian ini diambil kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat bermanfaat bagi objek penelitian.