Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

dokumen-dokumen yang mirip
mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

MELINDUNGI SECARA UTUH : Layanan Sinergitas. Gama Triono

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Diskusi dan Konsultasi Nasional Masyarakat Sipil Untuk Pengembangan Strategi Global Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja Wisma PKBI, 13 Maret 2015

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

VIII. KEKERASAN Tabel 8.1 JUMLAH KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN LOKASI LEMBAGA LAYANAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Minggu ke 9 HAK-HAK REPRODUKSI DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PEREMPUAN UNTUK MELAKUKAN ABORSI DITINJAU DARI HAK-HAK ASASI PEREMPUAN ( STUDI KASUS DI PKBI SEMARANG )

KONTRAK KINERJA PROGRAM D.I. YOGYAKARTA 2013

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

1 BANTUL 100% 100% 2 SLEMAN 100% 100% 3 GUNUNGKIDUL 100% 100% 4 KULONPROGO 100% 100% 5 KOTA YOGYAKARTA 100% 100%

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dasar Kesehatan Reproduksi PERTEMUAN 2 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris

JUMLAH PENDUDUK W N I

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

GENDER, KEKUASAAN & KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

PEDOMAN WAWANCARA. A. Bagi Pegawai P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. 1. Bagaimana sejarah berdirinya P2TPA Rekso Dyah Utami?

1 BANTUL 100% 100% 2 SLEMAN 100% 100% 3 GUNUNGKIDUL 100% 100% 4 KULONPROGO 100% 100% 5 KOTA YOGYAKARTA 100% 100%

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak

Transkripsi:

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh.

Reproduksi Mengulang, menghasilkan, melanjutkan keturunan Terdapat sistem, fungsi, dan proses reproduksi

Tujuan Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara komprehensif, khususnya kepada remaja dan perempuan agar setiap individu mampu menjalani proses reproduksinya secara sehat dan bertanggungjawab. Terbebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan, termasuk didalamnya pengakuan dan penghormatan atas hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual sebagai bagian integral dari Hak Azasi Manusia.

Ruang Lingkup Pertumbuhan fisik : organ reproduksi Perkembangan emosi Pubertas : menstruasi, mimpi basah Dorongan Seksual Masturbasi dan Onani Membina hubungan sosial (dengan lawan jenis atau sejenis) Perawatan organ reproduksi Kehamilan

Lanjutan Ruang Lingkup Gizi yang diperlukan Kelainan-kelainan reproduksi Risiko-risiko reproduksi : KTD, IMS, HIV/AIDS, kekerasan seks Pengambilan keputusan perilaku yang sehat Komunikasi : negosiasi, asertif, dsb Keberagaman seksual : orientasi seksual Mitos seputar kesehatan reproduksi Hak-hak reproduksi

SDGs : Sustainable Development Goals Agenda Pembangunan Berkelanjutan Goals 3 : menurunkan AKI Goal 5 : Gender Equality Salah satu targetnya : Memastikan Layanan HKSR sesuai dengan target ICPD 1994 dan Beijing Platform 1995

Hak Seksual dan Reproduksi Hak-hak seksual menganut hak-hak asasi manusia yang sudah diakui dalam undangundang nasional, dokumen-dokumen hak asasi manusia internasional dan pernyataanpernyataan konsensus lainnya. Hak-hak ini meliputi hak semua orang, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan

Hak-hak reproduksi adalah hak-hak dasar semua pasangan dan individu memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak dan waktu mempunyai anak(-anak), memiliki akses pada informasi dan sarana untuk melakukan hal itu, mencapai standar kesehatan reproduksi setinggi-tingginya, dan membuat keputusan tentang reproduksi, bebas dari diskriminasi, paksaan, atau kekerasan.

Hak hak reproduksi dan seksual remaja Hak untuk menjadi diri sendiri Hak untuk tahu Hak untuk melindungi dan melindungi diri Hak mendapat pelayanan kesehatan Hak untuk Terlibat. Membuat keputusan, mengekspresikan diri, menjadi aman, dan memutuskan apakah akan menikah atau tidak. Hak reproduksi dan seksual, kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk kontrasepsi, IMS dan HIV dan AIDS, serta anemia dari kehamilan yang tidak di rencanakan, aborsi tidak aman, IMS, HIV dan AIDS dan kekerasan Seksual. Secara sahabat,menyenangkan, akurat, berkualitas dan dengan menghormati hak remaja. Dalam perencanaan,pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program remaja, serta mempengaruhi pemerintah dalam pembuatan kebijakan

Tantangan : Remaja dalam kebijakan UU Perlindungan Anak Usia anak-anak yaitu 0-18 tahun Usia dewasa yaitu > 18 tahun UU Perkawinan Usia 16 tahun perempuan Usia 19 tahun laki-laki

TIDAK ADA PENDIDIKAN KESPRO KOMPREHENSIF PENDIDIKAN KESPRO DIBERIKAN SECARA TERPISAH-PISAH DALAM MATA PELAJARAN : AGAMA BIOLOGI PENJASKES BK PENDIDIKAN KESPRO DIANGGAP SELESAU KETIKA ADA CERAMAH DALAM MASA ORIENTASI SEKOLAH

SITUASI RISIKO REPRODUKSI DAN SEKSUAL STUDI KASUS DIY

Risiko Seksual : Kekerasan seksual IMS HIV&AIDS Risiko Reproduksi : KTD Anemia Keguguran (bagi perempuan hamil)

KTD 1. Kehamilan remaja kurang dari 20 tahun menyumbangkan risiko kematian ibu dan bayi 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibanding kehamilan pada ibu berusia 20 35 tahun. 2. Data PKBI DIY 2014 : Konseling KTD Remaja : 424 orang, usia termuda 11 tahun 3. Persalinan remaja di kulonprogo 2016:107 kasus

DISPENSASI KAWIN YANG DI TERIMA PENGADILAN TINGGI AGAMA KAB/KOTA SE-DIY JANUARI-APRIL 2016 NO WILAYAH JANUARI FEBRUARI MARET APRIL TOTAL 1 PA SLEMAN 7 10 5 6 28 2 PA WATES 8 6 3 6 23 3 PA WONOSARI 11 5 5 2 23 4 PA YOGYAKARTA 4 3 6 3 16 5 PA BANTUL 14 10 9 8 41 JUMLAH 44 34 28 25 131

JUMLAH KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK MENURUT JENIS KEKERASAN DAN LOKASI LEMBAGA LAYANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 JenisKekerasan No. LOKASI LEMBAGA JenisKelamin Fisik Psikis Seksual TPPO Penelantaran Lainnya Jumlah 1. Kulonprogo Laki-laki 4 4 1 0 0 0 9 Perempuan 11 13 15 1 4 0 44 2. Bantul Laki-laki 1 2 4 0 1 0 8 Perempuan 30 5 44 0 10 1 90 3. Gunungkidul Laki-laki 5 0 3 0 0 0 8 Perempuan 9 6 11 0 3 0 29 4. Sleman Laki-laki 23 22 5 1 8 0 59 Perempuan 140 92 116 0 34 5 387 5. Yogyakarta Laki-laki 16 10 6 0 1 0 33 Perempuan 171 257 82 0 41 1 552 ## Provinsi Laki-laki 12 30 2 0 8 0 52 Perempuan 56 71 51 0 48 0 226 Jumlah Laki-laki 61 68 21 1 18 0 169 perempuan 417 444 319 1 140 7 1328 total 478 512 340 2 158 7 1.497 Sumber data: BPPM dari data laporanlembagalayanankorbankekerasanprovmaupunkab/kota

JUMLAH TEMUAN KASUS HIV (ODHA) DI DIY KUMULATIF 1993-SEPTEMBER 2015 Kasus berdasarkan jenis kelamin jenis kelamin LAKI-LAKI: 2078 PEREMPUAN :1000 TAK DIKETAHUI :68 JUMLAH :3146

Kasus HIV/AIDS berdasarkan tempat tinggal/wilayah Asal penderita HIV/AIDS L P Tidak diketahui jumlah Kota Yogyakarta Kab Bantul Kab Kulon Progo Kab Gunung Kidul Kab Sleman Luar DIY Tidak Diketahui Jumlah 484 428 11 118 525 338 67 2078 226 256 40 96 190 186 6 1000 16 4 0 0 22 14 12 68 726 688 158 214 737 538 85 3146

GBV CASE (Rifka Annisa) Kategori Kasus (Case Categoty) Tahun (Years) 2009 2010 2011 2012 Jumlah KTI (Wife Abuse) 203 226 219 226 874 KDP (Dating Violence) 28 43 40 28 139 PERKOSAAN (Rape) 28 31 43 29 131 PEL-SEKS (Sexual Harassment) 17 10 35 9 71 KDK (Famly Violence) 6 10 9 11 36 Trafficking 1 1 1 0 3 LAIN-LAIN*** 2 - - - 2 TOTAL KASUS 285 321 347 303 1.256

2.000.000 KASUS ABORSI PER TAHUN (P3UI TH 2000) 2.000.000 KASUS ABORSI PER TAHUN (KPAI TH 2003) 2,1 2,2 JUTA KASUS ABORSI PER TAHUN (KPAI TH 2004) 31.697 PEREMPUAN (2004 2007)MENGAKSES LAYANAN PEMULIHAN HAID DI 9 KOTA, 77% MERUPAKAN PEREMPUAN MENIKAH : CUKUP ANAK (35%) GAGAL KB (26%) (PKBI, 2008). 32.517 PEREMPUAN (2008 2011) MENGAKSES LAYANAN PEMULIHAN HAID DI 11 PROPINSI, 83% MERUPAKAN PEREMPUAN MENIKAH.

Pertanyaan Refleksi Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir fakta resiko reproduksi dari tingkat desa?

Pemberian Informasi kesehatan reproduksi secara komperhensif: - Binaanaprasa - BKB - BKR - PIKR Layanan Kesehatan Ramah Remaja