BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menuntut suatu bangsa mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, jika

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sejahtera lahir dan batin. Semua itu diperoleh dengan menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang penting bagi bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karena manusia sudah dikaruniai kemampuan dengan derajat yang paling tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. anak, dikeluargalah anak mendapat bimbingan dan pembinaan dari segala macam

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Dalam konteks Islam, pendidikan bermakna bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. 1 Hal ini selaras dengan Tujuan Pendidikan Nasional yang tecantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 1 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang- Undang Sisdiknas, (Jakarta: Ditjend Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), h. 37. 2 Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahan RI tentang Pendidikan, (Jakarta: t.p./npb., 2006), h. 8-9. 1

2 Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi: ي ه ا يى ا ال ذ ي ن ء ام ن وأ إ ذ ا ق ي ل ل ك م ت ف سح وا في ج ال م جل س ف اف سح وا ي ف س ح الله ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز و ا ي ر ف ع الله ال ذ ي ن ء ام ن و ا م ن ك م لا و ال ذ ي ن أ وت وا ال ع ل م د ر ج ت قلى والله بم ا ت ع م ل ون خ ب ير Berdasarkan ayat Al Qur an di atas, diperintahkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya agar senantiasa selalu menuntut ilmu. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan Allah SWT akan mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari manusia lainnya yang tidak berilmu pengetahuan. Demikianlah keberuntungan yang dimiliki oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Di dalam hadits juga diterangkan tentang kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu, yang diriwayatkan oleh Ibnu Abul Barr 3 : ط ل ب ال ع ل م ف ر ي ض ة ع ل ى ك ل م س ل م Dalam ranah pendidikan ini secara umum di kenal dengan dunia sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yaitu tempat dimana pendidikan berlangsung. Di sekolah pula tempat anak-anak menimba ilmu serta bersosialisasi dengan sesamanya. 1984), h. 9-10. 3 Ahmad Najieh, 323 Hadits dan Sya ir untuk Bekal Dakwah, (Jakarta: Pustaka Amani,

3 Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, karena diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis, memiliki jenjang dalam kurun waktu tertentu, dan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. 4 Hal yang senada juga dikemukakan oleh Hasbullah, bahwa: Lembaga pendidikan formal memiliki bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi. Misalnya di sekolah ada rencana pembelajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara keseluruhan. 5 Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa di sekolah dapat diselesaikan dengan adanya kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki peranan penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga hingga masyarakat pada umumnya. Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan sumbangan terhadap pengajaran selama proses belajar mengajar. Sehingga memerlukan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah maupun madrasah dalam berbagai jenis dan bidang. 6 Adapun bidang utama pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, Bidang Administrasi dan Kepemimpinan. Bidang ini menyangkut kegiataan pengelolaan program secara efesien. Pada bidang ini, terdapat tanggung jawab kepemimpinan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau h. 163. 4 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. II, 5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h. 48. 6 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 241.

4 pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), pengawasan, dan evaluasi program. Kedua, Bidang Instruksional dan Kurikuler (Kurikulum dan Pengajaran). Bidang ini terkait dengan kegiatan pelaksanaan pengajaran yaitu kurikulum, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan berkomunikasi siswa, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru. Ketiga, Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling). Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Bidang kesiswaan ini juga meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual. Personal yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor. 7 Pelayanan Bimbingan dan Konseling mempunyai tiga segi orientasi yang diselenggarakan diberbagai ruang lingkup kerja. Di sekolah, pelayanan Bimbingan dan Konseling merupakan bidang pelayanan pokok disamping dua bidang pelayanan lainnya, yaitu bidang pelayanan kurikulum dan pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan. Pelayanan ini memberikan perhatian utama menyelenggarakan pelayanan yang secukupnya untuk para siswa agar mereka mampu berkembang dan belajar secara optimal. 8 Adapun salah satu kegiatan 2014), h. 23. 7 Sulistyarini dan Mohammad Jahuar, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 8 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, op.cit., h. 248.

5 pendukung pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah adalah home visit (kunjungan rumah). Kegiatan home visit ini juga termasuk dalam Satuan Pendukung (SATKUNG) dari pelayanan Bimbingan dan Konseling. 9 Layanan home visit merupakan bagian integral dari kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk dapat memberikan bantuan bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh siswa. Hal ini akan terwujud apabila layanan tersebut dapat dilaksanakan oleh guru pembimbing dengan baik dan benar. Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa, untuk itu perlu dilaksanakan home visit. Pelaksanaan home visit tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa; hanya untuk siswa yang memiliki permasalahan dengan kadar yang cukup besar, sehingga peranan sekolah dengan pihak orang tua/wali siswa yang memerlukan penyelesaian permasalahan siswa melalui kegiatan home visit. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah orang tua juga tidak perlu diperoleh melalui kegiatan home visit oleh guru pembimbing atau konselor. Cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang diperlukan, selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, yakni melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil datang ke sekolah. 1 0 Pelaksanaan home visit memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerjasama yang baik dari pihak 9 Elfi Mu awanah dan Rida Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64. 1 0 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, op.cit., h. 324.

6 orang tua atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama bimbingan yang ditopang oleh kegiatan home visit ialah fungsi pemahaman. 1 1 Berbagai permasalahan yang terjadi pada siswa yang bermasalah (klien) dengan keluarganya (orang tua), temannya atau lingkungan tempat tinggalnya bahkan di sekolah, sangat kompleks sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih mendalam dan penanganan khusus dengan melibatkan orang tua/wali siswa yang bersangkutan serta guru BK (selanjutnya untuk mempermudah penulisan Bimbingan dan Konseling disingkat menjadi BK), yang menangani masalah tersebut. Dalam hal ini, Penulis pernah melakukan wawancara secara langsung kepada guru BK di SMPN 3 Kertak Hanyar dan mendapatkan informasi bahwa di sekolah tersebut pernah melaksanakan kegiatan home visit dalam menangani permasalahan siswa. Ada beberapa masalah yang terjadi pada siswa di sekolah tersebut, yang memerlukan penanganan melalui kegiatan home visit, yaitu kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru BK untuk menemui orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan berupaya membantu menyelesaikan permasalahan siswa yang belum terselesaikan di sekolah. Disisi lain, alasan utama perlunya kegiatan home visit ini dilaksanakan adalah karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada di sekolah dan tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh siswa berawal dari rumah. Sehingga dapat memberikan gambaran permasalahan yang lebih jelas tentang pelaksanaan home visit dalam menyelesaikan permasalahan siswa di SMPN 3 Kertak Hanyar. 1 1 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar dan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), h. 237.

7 Adapun beberapa permasalahan siswa yang perlu diselesaikan melalui pelaksanaan kegiatan home visit, yaitu: 1. Siswa yang malas belajar dan tidak hadir ke sekolah tanpa memberikan keterangan sampai batas ketentuan yang di atur oleh sekolah (dengan batas waktu tiga hari berturut-turut). 2. Kurangnya disiplin siswa dalam menjalankan peraturan tata tertib sekolah seperti membolos, minum-minuman keras, dan berkelahi. 3. Keadaan keluarga yang broken home dan orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah, berpengaruh pada kondisi psikis anak. Sehingga tidak memperhatikan perkembangan prestasi belajar anak di sekolah dan tidak mengontrol perilaku serta pergaulan anaknya di lingkungan tempat tinggal. Oleh sebab itu, pelaksanaan home visit memberikan kontribusi besar untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan siswa. Sehingga perlu adanya studi penelitian tentang pelaksanaan home visit dan faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan home visit di SMPN 3 Kertak Hanyar. Berdasarkan dari hasil pengamatan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mempelajari lebih mendalam tentang pelaksanaan home visit dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling di SMPN 3 Kertak Hanyar, melalui sebuah karya tulis yang berbentuk skripsi dengan judul: Pelaksanaan Home Visit dalam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kertak Hanyar.

8 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan home visit dalam menyelesaikan permasalahan siswa di SMPN 3 Kertak Hanyar? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan home visit di SMPN 3 Kertak Hanyar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan home visit dalam menyelesaikan permasalahan siswa di SMPN 3 Kertak Hanyar. 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan home visit di SMPN 3 Kertak Hanyar. D. Definisi Operasional Menghindari terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan terhadap judul skripsi ini, maka Penulis menjelaskan beberapa istilah tentang judul dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelaksanaan adalah proses, cara perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan) suatu kegiatan. 1 Pelaksanaan 2 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses atau cara-cara yang dilakukan 1 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. III, h. 488.

9 oleh guru pembimbing dan personal pemberi bantuan yang lain dalam menangani suatu permasalahan siswa melalui kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling di SMPN 3 Kertak Hanyar. 2. Home visit Secara etimologis kata home berasal dari kata benda yang berarti rumah. 1 Makna rumah yang dimaksud adalah tempat tinggal siswa dengan orang tua/wali siswa. Sedangkan visit berasal dari kata benda yang bermakna kunjungan, mengunjungi, berkunjung, datang bertamu. 1 4 Adapun secara terminologis, home visit atau kunjungan rumah adalah bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling. 1 Pengertian yang lain 5 menyatakan bahwa home visit adalah suatu kegiatan memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah siswa melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarga siswa. Tujuannya yaitu Pertama untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa; dan Kedua, untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan siswa. 1 6 1 3 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia-An English Indonesia Dictionary, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), Cet. XIX, h. 301. 1 4 Ibid., h. 631. 1 5 Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integral), (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 241. 1 6 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, op.cit., h. 84.

10 Hal ini yang dimaksud Penulis, home visit adalah kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk memperoleh data dan komitmen untuk menyelesaikan permasalahan, melalui home visit (kunjungan rumah) pada siswa yang bermasalah di SMPN 3 Kertak Hanyar. 3. Kegiatan Pendukung Kegiatan berasal dari kata dasar giat, yang dapat diartikan sebagai aktivitas; kegairahan; usaha; pekerjaan; kekuatan dan ketangkasan. 1 Kegiatan 7 yang dimaksud adalah aktivitas dalam program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Sedangkan Pendukung berasal dari kata dasar dukung, yaitu diartikan sebagai orang yang mendukung; penyokong; pembantu; penunjang. 1 Kegiatan 8 Pendukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh guru BK untuk mengatasi permasalahan siswa melalui layanan pendukung Bimbingan dan Konseling, yang terdiri dari aplikasi instrumen Bimbingan dan Konseling, penyelenggaraan himpunan data, konferensi kasus, home visit (kunjungan rumah), dan alih tangan kasus. Kegiatan pendukung ini pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk menyelesaikan masalah klien, melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan h. 276. 1 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., 1 8 Ibid., h. 215.

11 terhadap siswa. Kegiatan ini pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan. 1 9 Sekolah, beberapa kegiatan pendukung yang diselenggarakan diantaranya, aplikasi instrumen Bimbingan dan Konseling, penyelenggaraan himpunan data, konferensi kasus, home visit (kunjungan rumah) dan alih tangan kasus. 2 Maka 0 Penulis hanya akan mengambil salah satu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling, yaitu home visit yang dijadikan sebagai sumber pokok pikiran untuk bahan penelitian di SMPN 3 Kertak Hanyar. 4. Bimbingan dan Konseling Pada dasarnya, Bimbingan dan Konseling berasal dari istilah guidance and counseling, kedua istilah ini mempunyai tekanan pengertian yang berbeda, walaupun keduanya merupakan suatu bentuk bantuan. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance, sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan. 2 Bantuan yang dimaksud 1 adalah bimbingan yang diberikan kepada individu Sedangkan konseling berasal dari kata counseling, yang bermakna penyuluhan. 2 2 Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh guru pembimbing atau konselor kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar 1 9 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), Cet. III, h. 83. 2 0 Ibid., h. 72. 2 1 Sulistyarini dan Mohammad Jahuar, Dasar-dasar Konseling, op.cit., h. 57. 2 2 Ibid., h. 58.

12 konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. 2 3 Menurut Penulis, Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan, baik secara individu maupun kelompok secara sistematis sehingga dapat menyelesaikan masalah kehidupannya sendiri. Bimbingan dan Konseling yang dimaksud adalah Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan di SMPN 3 Kertak Hanyar. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini dapat ditinjau secara teoretis dan secara praktis, antara lain sebagai berikut: 1. Secara Teoretis Sebagai bahan informasi dan kajian perkembangan ilmu pengetahuan dalam menangani permasalahan siswa melalui pelaksanaan kegiatan home visit di sekolah. 2. Secara Praktis a. Bagi Institut Agama Islam Negeri Antasari Sebagai bahan kajian atau khazanah keilmuan tentang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling pada perpustakaan pusat IAIN Antasari Banjarmasin dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin. 2 3 Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integral), op.cit., h. 26.

13 b. Bagi Sekolah Sebagai bahan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan bahan evaluasi mengenai pentingnya program kegiatan pendukung dalam rangka optimalisasi pelaksanaan home visit dalam kegiatan pendukung layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. c. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Sebagai bahan referensi dan rujukan bagi guru pembimbingan atau konselor serta seluruh tenaga kependidikan dalam mengefektifkan dan meningkatkan kembali pelaksanaan home visit dalam kegiatan pendukung layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. d. Bagi Keluarga Sebagai masukan saran agar tetap memantau perkembangan perilaku anak, baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga ketika muncul konflik permasalahan yang dihadapi oleh anak, maka dapat diselesaikan dan diatasi melalui peran keluarga. Keluarga juga dapat berperan aktif berpartisipasi penuh dan menjalin kerja sama yang baik dengan pihak sekolah agar proses pendidikan yang diterima anak dapat berjalan secara optimal. e. Bagi Siswa Sebagai masukan bagi siswa agar tetap giat belajar sekalipun sedang menghadapi permasalahan yang dihadapinya saat ini,

14 sehingga prestasi belajarnya tetap meningkat. Selain itu, terjalinnya hubungan yang harmonis dan asas keterbukaan dengan pihak sekolah, khususnya kepada guru pembimbing agar proses kegiatan home visit dapat berjalan secara efektif. f. Bagi Penulis Sebagai bahan informasi untuk memperkaya wawasan serta sebagai bahan kajian dalam penulisan karya ilmiah, khususnya tentang penanganan dan pelaksanaan home visit oleh pihak sekolah. g. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dan rujukan bahan bacaan pihak lainnya yang berkepentingan dari hasil penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoretis, di dalamnya berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling, meliputi pengertian Bimbingan dan Konseling, fungsi dan tujuan Bimbingan dan Konseling, kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling, pengertian home visit, tujuan home visit, komponen

15 home visit, teknik home visit, pelaksanaan home visit, faktor yang mempengaruhi kegiatan home visit, dan pandangan Islam terhadap home visit. BAB III Metode Penelitian, meliputi jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. BAB IV Laporan Hasil Penelitian, meliputi gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V Penutup, meliputi simpulan dan saran-saran.