PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN PUTARAN HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengeringan hingga kadar airnya menurun dan tahan terhadap. mikroba dan jamur, sehingga bisa disimpan dalam waktu cukup

VARIASI TEMPERATUR DAN RASIO PUTARAN PADA HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kedua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi. bebagai bahan baku maupun makanan ringan. Salah satunya dapat

VARIASI KETINGGIAN CYCLONE SEPARATOR TERHADAP KUALITAS HASIL PENGERINGAN FLASH DRYER DENGAN MENGGUNAKAN 1 CYCLONE DAN 2 CYCLONE

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Dring untuk zat padat dan tapal (pasta).

PROSES PENGERINGAN SINGKONG (Manihot esculenta crantz) PARUT DENGAN MENGGUNAKAN PNEUMATIC DRYER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BEJANA PENGUAP DENGAN PIPA API MENGGUNAKAN VARIASI DEBIT GELEMBUNG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SEKAM PADI DENGAN AIR HEATER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

JENIS-JENIS PENGERINGAN

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA PENCETAKAN BOLA PLASTIK BERONGGA PROSES ROTATION MOLDING

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG HIJAU PADA ROTARY DRYER

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGERINGAN REMPAH-REMPAH MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

Pengeringan Untuk Pengawetan

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

LAPORAN TUGAS AKHIR PENURUNAN KADAR AIR BAHAN MATERIAL DENGAN ROTARY DRYER SISTEM COUNTER CURRENT

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ABSTRAK. penting dalam penentuan kualitas dari tepung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan matematis

PENGERINGAN CABAI MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK WONOCAF DENGAN BAHAN BAKU UBI KAYU

Penurunan Kadar Air Biji - Bijian Dengan Rotary Dryer Reduce water content of beans with rotary dryer

Tujuan pengeringan yang tepat untuk produk: 1. Susu 2. Santan 3. Kerupuk 4. Beras 5. Tapioka 6. Manisan buah 7. Keripik kentang 8.

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

PENGERINGAN. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN KACANG KEDELAI PADA ROTARY DRYER

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Kinerja Mesin Pengaduk Pada Proses Pembuatan Pati Aren (Arenga pinnata Merr.)

Gambar 19. Variasi suhu input udara

Sistem pengering pilihan

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pada umunya merupakan hasil proses pengeringan menggunakan spray dryer.

PROSES PEMBUATAN PAKAN

METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

UJI KINERJA ROTARY DRYER YANG DILENGKAPI DCS UNTUK PENGERINGAN BIJI KACANG HIJAU

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT DAN HEAD PADA POMPA HIDRAM

Dewi Maya Maharani, STP, MSc

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, juga didukung dengan

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

BAB I PENDAHULUAN. buah berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang. pengisi untuk meningkatkan kekentalan saus.

KAJIAN KINERJA MESIN PENGADUK PADA PROSES PEMBUATAN PATI AREN (ARENGA PINNATA MERR.) 1

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

Umum Pengering.

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE

PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN PETAI CINA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENGERING DENGAN OVEN SN TERHADAP KUALITAS PRODUK TEPUNG UBI JALAR KUNING (IPOMEA BATATAS L.)

BAB VI KANDUNGAN AIR

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

INOVASI TEKNIK PENGERINGAN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIK BAJA KARBURISING DENGAN BAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN PUTARAN HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN Disusun oleh: ILHAM WAHYUDIN D 200 080 018 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Ilham wahyudin HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI Naskah berjudul PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN PUTARAN HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN, Telah disetujui oleh Pembimbing dan dan Ketua Jurusan Teknik Mesin untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Dipersiapkan oleh : Nama : ILHAM WAHYUDIN NIM : D 200 080 018 Disetujui pada : Hari : Tanggal : Ketua Jurusan Ir. Sartono Putro, MT. Tri Widodo B. R., ST., Msc., Ph. D. Pembimbing

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN PUTARAN HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN Ilham Wahyudin, Sartono Putro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura email : ilhamwahyudin34@gmail.com ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor flash dryer terhadap hasil pengeringan dan mendapatkan perbandingan yang optimal. Proses pengujian ini menggunakan flash dryer dengan mengatur perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor dengan perbandingan 1:2, 1:2,67 dan 1:3,33. Dengan cara mengatur besarnya puli yang menghubungkan hammer mill dan screw conveyor. Hasil analisisa dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan putaran screw conveyor dan hammer mill berpengaruh terhadap perbandingan tepung masuk dan tepung keluar. Perbandingan paling optimal adalah 1:2,23 pada perbandingan putaran 1:3.33, dengan density paling rendah yaitu 368,42 kg/m 3. Kata kunci: Flash dryer, screw conveyor, Hammer mill. i

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN PUTARAN HAMMER MILL DAN SCREW CONVEYOR FLASH DRYER TERHADAP HASIL PENGERINGAN Ilham Wahyudin, Sartono Putro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura email : ilhamwahyudin34@gmail.com ABSTRAKSI The purpose of this research is to know the influence of variation of comparative round hammer mill and screw conveyor flash dryer drying results and get the optimal comparison. This testing process using flash dryer by setting the comparison rounds hammer mill and screw conveyor in comparison with the 1:2, 1:2.67 and 1:3.33. With how to set magnitude of puli linking hammer mill and screw conveyor. Analisisa Results of this research show that the comparison rounds of screw conveyor and a hammer mill to comparison of incoming and outgoing flour flour. A comparison of the most optimum is 1:2,23 on comparison of round 1:3.33, with the lowest density, namely 368.42 kg/m3 Kata kunci: Flash dryer, screw conveyor, Hammer mill. ii

PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu bentuk penanganan yang harus ditempuh dalam pembuatan tepung adalah pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu usaha untuk mengurangi kadar air yang terkandung pada bahan. Dengan dilakukannya pengeringan dapat memperlambat laju kerusakan atau organisme atau jamur. Sehingga suatu produk akan aman untuk disimpan maupun diolah lebih lanjut. Pada proses pembuatan tepung kadar air masih cukup tinggi. Untuk penanganan lebih lanjut perlu dilakukan pengeringan hingga kadar airnya menurun dan tahan terhadap mikroba dan jamur, sehingga bisa disimpan dalam cukup lama. Hingga saat ini studi mengenai pembuatan tepung masih terus dikembangkan. Efektivitas pembuatan tepung sangat bergantung pada bagaimana dan metode apa yang digunakan dalam usaha pengurangan kadar air produk. Metode yang biasa diterapkan untuk mengurangi kadar air setelah dilakukan penepungan adalah dengan metode pengeringan 1 konvensional atau pengovenan. Namun, kedua metode ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah kendala cuaca yang tidak mendukung membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dapat memperpanjang waktu proses pengolahan secara keseluruhan, dan pengeringan yang tidak merata jika menggunakan oven bed. Waktu proses pengeringan juga berbanding lurus dengan jumlah energi yang digunakan. Oleh sebab itu, untuk menekan penggunaan energi yang lebih besar dan mempersingkat waktu proses pengeringan, maka dibutuhkan suatu mesin pengering yang dapat mengeringkan dalam waktu yang lebih singkat. Salah satu alat untuk mengeringkan adalah flash dryer. Flash dryer merupakan mesin pengering yang memanfaatkan udara panas berkecepatan tinggi dalam proses pengeringan. Bahan yang dapat dikeringkan menggunakan flash dryer adalah bahan yang memiliki partikel kecil, seperti tepung-tepungan. Dengan kecepatan udara yang cukup tinggi, ditambah panas yang dihasilkan oleh heater, maka proses pengeringan

dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. Hasil penelitian civitas akademika Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta telah direkayasa flash dryer. Pada penelitian ini penulis ingin menganalisa keoptimalan mesin tersebut. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor flash dryer terhadap hasil pengeringan? Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang ada agar pembahasan terfokus dan tidak melebar terlalu jauh maka yang menjadi prioritas utama adalah: 1. Alat pengering menggunakan pengering tipe flash dryer 2. Tepung bahan yang digunakan dibuat dengan mencampur tepung tapioka merek rose brand sebayank 500 gram dicampur dengan air sebanyak 350 ml. 3. Indikator penelitian adalah variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor dengan 2 perbandingan putaran 1 : 2, 1 : 2,67, 1 : 3,33 terhadap hasil pengeringan 4. Udara pengering bersuhu 100 0 C dan 120 0 C 5. Hasil pengeringan diukur berdasarkan density Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor flash dryer terhadap hasil pengeringan dan mendapatkan perbandingan yang optimal. TINJAUAN PUSTAKA Ely herman (2011) semakin lama waktu pengeringan maka kadar air yang teruapkan semakin tinggi, begitu juga dengan laju pengeringannya. Laju pengeringan berbanding lurus dengan temperature dan sebanding dengan banyaknya air yang diuapkan. Martunis (2012) faktor suhu pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, kadar abu, dan tingkat kecerahan warna. Sedangkan faktor lama pengeringan berpengaruh nyata

terhadap kadar air dan berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kecerahan warna Joko Nugroho W.K (2012) suhu memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan kadar air singkong parut, efisiensi pengeringan, dan efisiensi sistem pemanasan selama proses pengeringan dengan menggunakan pneumatic (flash) dryer. Shaila Rismayaningrum (2015). Luas permukaan, suhu, tingkat kelembapan, dan juga kadar air pada bahan pangan berpengaruh pada proses pengeringan. DASAR TEORI Proses pengeringan tepung tapioka merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan tepung tapioka. Karena tepung tapioka berasal dari sari pati ketela pohon yang di parut dan diambil sari patinya. Dalam proses pengeringan tepung dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya adalah dengan konvensional atau pengovenan dan dengan menggunakan mesin Mesin pengering ada bermacammacam, diantaranya : 3 1. Spray dryer Pengeringan semprot atau spray drying digunakan untuk mengubah pasta, bubur atau cairan dengan viskositas rendah menjadi padatan kering. Pengeringan dengan cara ini mampu meminimalisir interupsi karena selama bahan cair yang akan dikeringkan tersedia, maka proses pengeringan akan tetap berjalan secara kontinyu dan produk berupa padatan kering akan terus terbentuk. Proses pengeringan semprot berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa milidetik hingga beberapa detik tergantung jenis peralatan dan kondisi pengeringan. 2. Fluidized Bed Dryer Fluidized bed dryer adalah sistem pengeringan yang diperutukan bagi bahan berbobot relatif ringan, misalnya serbuk dan ganular. Prinsipnya bahan yang akan dikeringkan dialiri dengan udara panas yang terkontrol dengan volume dan tekanan tertentu, selanjutnya bagi bahan yang telah kering karena bobotnya sudah lebih ringan akan keluar dari ruang

pengeringan menuju siklon untuk ditangkap dan dipisahkan dari udara, namun bagi bahan/material yang halus akan ditangkap oleh pulsejet bag filter. Metode ini cocok digunakan untuk serbuk, butiran, aglomerat, dan pelet dengan ukuran partikel rata-rata normal antara 50 dan 5.000 mikron. Kelebihan metode ini ialah perpindahan panas dan kontrol terhadap ukuran partikelnya lebih baik serta pencampuran yang lebih efisien. 3. Vacuum Dryers Vakum dryers ialah proses menghilangkan air dari suatu bahan, bersama dengan penggunaan panas maka vakum dapat menjadi suatu metode pengeringan yang efektif. Pengeringan dapat dicapai dalam suhu yang lebih rendah sehingga lebih hemat energi. Metode ini cocok untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas atau bersifat volatil karena waktu pengeringannya yang singkat. 4. Rotary Dryers Bagian dalam alat yang berbentuk silindris ini, semacam sayap yang banyak. Melalui antara 4 sayap-sayap tersebut dialirkan udara panas yang kering sementarasilinder pengering berputar. 5. Conduction Dryers Conduction dryers dapat mengeringkan solutions, bubur, pasta, dan butiran yang mengandung pigmen, lempung, bahan kimia, batu bara halus, dan garam-garam, serta dapat juga digunakan untuk waktu retensi yang relatif singkat. 6. Flash Dryer Flash dryers adalah sebuah instalasi alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan adonan basah dengan mendisintregasikan adonan tersebut kedalam bentuk serbuk dan mengeringkanya dengan mengalirkan udara panas secara berkelanjutan. Proses pengeringan yang terjadi di flash dryer berlangsung dengan sangat cepat. Flash dryer cocok digunakan untuk mengeringkan bahan yang sensitif terhadap panas. Flash dryer tidak cocok digunakan untuk material yang dapat

menyebabkan korosi pada alat dan berminyak. Bagian-bagian utama dari flash dryer diantaranya a. Air Heater c. Screw Conveyor Gambar 3. Screw Conveyor Screw conveyor digunakan untuk mengangkut adonan menuju hammer mill. d. Hammer mill Gambar 1. Air Heater Air heater digunakan untuk memanaskan udara yang digunakan untuk pengering b. Blower Gambar 4. Hammer mill Hammer mill digunakan untuk memecah adonan menjadi butiran kecil e. Cyclone Gambar 2. Blower Blower digunakan untuk penyupali udara utama Gambar 5. Cyclone 5

Cyclone digunakan untuk memisahkan udara dengan butiran tepung METODOLOGI PENELITIAN Perbandingan 1 : 2 Alat dan bahan pengujian Alat : 1. Kompor untuk memanaskan air heater Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Penujian Mesin Pengering Flash Dryer Dengan Variasi Perbandingan Putaran Hammer Mill dan Screw Conveyor Perbandingan 1 : 2,67 Pengambilan Data (waktu tepung masuk, waktu tepung keluar dan massa jenis) Analisis Data dan Pengambilan Kesimpulan Pembeuatan Laporan Selesai Perbandingan 1 : 3,33 2. Blower, untuk penyuplai udara 3. Thermometer, untuk mengukur temperature udara yang masuk 4. Cyclone digunakan untuk memisahkan tepung dengan udara yang telah digunakan untuk pengeringan 5. Motor listrik, digunakan untuk memutar hammer mill dan screw conveyor. 6. Puli, digunakan untuk sarana penghubung motor listik dengan screw dan hammer mil sekaligus untuk mengatur perbandingan putarannya. 7. Vanbelt, digunakan untuk menghubungkan motor listrik dengan hammer mill dan screw conveyor 8. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur air campuran tepung 9. Timbangan, digunakan untuk memgukur massa tepung 10. Stopwatch, untuk menghitung waktu tepung masuk dan tepung keluar Bahan 1. Tepung tapioka. 2. Air 6

Tempat penelitian Tempet yang digunakan untuk penelititan adalah laboratorium Vokasi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROSEDUR PENELITIAN Dalam penelitaian pengaruh variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor flash dryer terhadap penurunan kadar air tepung yang dihasilakan, maka untuk memperoleh hasil penelitian yang baik harus dilaksanakan prosedur penelitian sebagai berikut : 1. Periksa semua perlengkapan dan bahan yang dibutuhkan selama pengujian, pastikan semua telah tersedia dan siap digunakan, 2. Pemasang seluruh instalasi yang dibutuhkan dan pastikan semua terpasang dengan benar HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Nyalakan kompor pemanas untuk memanaskan air heater. 4. Menimbang bahan tepung tapioka yang dibutuhkan yaitu sebanyak, 0,5 kg kemudian dicampur dengan air sebanyak 350 ml 5. Nyalakan blower sebagai penyuplai udara utama pada mesin pengering 6. Jika temperature udara sudah sesuai yang di inginkan maka masukkan tepung yang sudah dicampur air kedalam screw conveyor 7. Nyalakan stopwatch untuk menghitung waktu tepung masuk dan keluar 8. Ulangi percobaan yang sama untuk variasi putaran yang lain Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut: Table 1. Data hasil percobaan Perc Perbandingan Puli T( 0 C) 1 1 : 2 100 0,5 kg 469,48 350 ml 2 1 : 2 120 0,5 kg 469,48 350 ml 3 1 : 2.67 100 0,5 kg 469,48 350 ml 4 1 : 2,67 120 0,5 kg 469,48 350 ml 5 1 : 3,33 100 0,5 kg 469,48 350 ml 6 1 : 3,33 120 0,5 kg 469,48 350 ml Tepung masuk Tepung keluar Waktu m(kg) ρ (kg/m 3 ) V(air) ρ (kg/m 3 ) Tepung masuk Tepung keluar 421.05 412.63 412.63 401.05 401.05 368.42 45 detik 215 detik 48 detik 206 detik 106 detik 235 detik 85 detik 231 detik 109 detik 285 detik 120 detik 267 detik

ρ tepung masuk adalah density tepung sebelum dicampur air 2. Perbandingan putaran terhadap waktu masuk tepung 1. Density tepung Density (kg/m 3 ) 430 420 410 400 390 380 370 360 350 340 1 : 2 1 : 2,67 1 : 3,33 Perbandingan putaran 100 C 120 C waktu (s) 140 120 100 80 60 40 20 0 1 : 2 1 : 2,67 1 : 3,33 Perbandingan putaran T=120 C Grafik 4.2. Hubungan antara perbandingan putaran dan waktu masuk tepung Grafik 4.1. Hubungan antara variasi perbandigan putaran dan density tepung Pada grafik di atas menunjukkan bahwa dengan variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor 1:2, 1:2,67 dan 1:3,33 pada temperatur udara pengering 100 0 C dan 120 0 C, didapat density atau masa jenis terendah adalah 368,42 kg/m 3 pada perbandingan putaran 1:3,33 saat temperature 120 0 C, dan density tertinggi adalah 421,05 kg/m 3 pada perbandingan putaran 1:2 saat temperature 100 0 C. Dari data di atas menunjukkan lamanya waktu proses masuknya tepung kedalam screw conveyor dengan tiga perbandingan putaran dihasilhan lama tepung masuk tercepat terdapat pada perbandingan putaran 1:2 dengan waktu 45 detik. Waktu paling lama diperoleh dari perbandingan putaran 1 : 3,33 dimana waktunya adalah 150 detik. Dengan demikian dapat dikatakan semakin tinggi putaran screw conveyor maka semakin cepat tepung masuk conveyor. Dalam flash dyer ini lama waktu masuk tepung tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan putaran screw conveyor tapi juga dipengaruhi oleh tekstur bahan itu sendiri. Dalam 8

hal ini tekstur dari tepung tapioka basah cenderung mudah mengendap dan mengeras di bawah sehingga menyulitkan untuk masuk secara otomatis ke dalam screw. 3. Perbandingan putaran terhadap waktu (s) waktu keluar tepung 300 250 200 150 100 50 0 1 : 2 1 : 2,67 1 : 3,33 Perbandingan putaran Grafik 4.3. Hubungan antara perbandingan putaran dan waktu keluar tepung Dari data di atas menunjukkan lamanya waktu proses keluar tepung dengan tiga variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor dihasilhan lama tepung keluar tercepat terdapat pada perbandingan putaran 1:2 dan temperatur udara masuk 100 0 C dengan waktu 260 detik. Waktu paling lama diperoleh dari perbandingan putaran 1:3,33 dan temperatur udara T=100 T=120 9 masuk 120 0 C dimana waktunya adalah 285 detik. Dari data di atas dapat dilihat lama waktu proses masuk tepung dan keluar tepung tidak sama. Pada grafik di bawah ini menunjukkan pengaruh variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor terhadap lama waktu tepung keluar. waktu (s) 300 250 200 150 100 50 0 1 : 4.29 1 : 2.72 1 : 2.23 1 : 2 1 : 2,67 1 : 3,33 Perbandingan putaran Grafik 4.2. Hubungan antara perbandingan putaran terhadap perbandingnan waktu masuk tepung dan keluar tepung. Dari grafik di atas dapat dilihat perbandingan tepung masuk dan tepung keluar tidak sama, hal tersebut mengakibatkan terjadinya penumpukan bahan pada ruang pengering dan jika di masukkan bahan yang banyak akan menyumbat saluran keluar tepung dan tepung tidak dapat keluar. Dari grafik di keluar masuk

atas dapat dilihat semakin tinggi perbandingan putaran screw conveyor dan hammer mill mengakibatkan semakin rendah perbandingan lama waktu tepung masuk dan tepung keluar. Flash dryer bisa digunakan secara terus menerus ( continue) bila perbandingan lama waktu tepung masuk dan lama waktu tepung keluar adalah 1 : 1 atau lama waktu tepung masuk sama dengan lama waktu tepung keluar sehingga tidak terjadi penumpukan di ruang pengering. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor berpengaruh terhadap proses tepung masuk, tepung keluar dan density. Semakin tinggi perbandingan putaran semakin lama proses tepung masuk dan keluar tepung, dan density tepung makin rendah. Temperatur udara pemanas juga berpengaruh terhadap lama waktu tepung keluar dan density. Semakin tinggi temperatur semakin cepat proses tepung keluar dan density semakin rendah. 2. Dalam variasi perbandingan putaran hammer mill dan screw conveyor diperoleh perbandingan yang paling optimal yaitu perbandingan 1:3,33 dengan temperature udara masuk 120 0 C dikarenakan density lebih rendah dan perbandingan waktu masuk tepung terhadap waktu keluar tepung lebih rendah. Saran Dalam penelitian ini mengukur menggukan density tidak bisa jadikan tolak ukur karena pada volume yang sama, besarnya butiran mempengaruhi massa. Sehingga akan lebih baik jika mengukur kadar airnya. 10

DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Joko. 2012. Proses Pengeringan Singkong (Manihot Esculenta Crantz) Parut dengan Menggunakan Pneumatic Dryer. Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian, Universitasa Gajah Mada. Kusharjanto, Bambang. 2013. Rancang Bangun Prototype Flash Dryer untuk Pengeringan Tepung Mocaf. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret. Sari, Sagita Savita, dkk. 2012. Mengenal Metode Pengeringan dalam Bidang Farmasi. Fakultas Ilmi Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. Herman, Ely. 2011. Uji Kinerja Rotary Dryer Yang Dilengkapi Dcs Untuk Pengeringan Biji Kacang Hijau. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Shaila Rismayaningrum. 2015. (online). (http://shailarisma.blog.upi.edu/2015/11/15/laporan-praktikum-dryingpengeringan/ diakses tanggal 23 Januari 2016). Martunis. 2012. Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Pati Kentang Varietas Granola. Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda 11