BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. tergantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Hak setiap bayi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal salah satunya dengan memberikan ASI kepada bayi sejak lahir, pada menit-menit awal kehidupan sampai usia 6 bulan, ASI diberikan Ekslusif tanpa makanan lainnya, kemudian setelah 6 bulan ASI tetap diberikan dengan tambahan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) disesuaikan dengan usianya (1). Menyusui adalah hak ibu dan anak sebagai manusia, namun saat ini sering hak-hak tersebut tidak terpenuhi oleh mereka, terutama bagi ibu menyusui yang bekerja. Banyak alasan para ibu berhenti menyusui sebelum bayinya berusia 2 tahun, diantaranya faktor keluarga dan lingkungan ibu menyusui yang kurang mendukung ASI ekslusif (2). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menyatakan, ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (3). Selain PP tersebut Pemerintah juga telah membuat aturan tentang ASI Eksklusif yang dituangkan dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 83 dan UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 128 (4). Kebijakan Pemerintah yang mengatur persoalan ASI eksklusif mengindikasikan betapa pentingnya ASI bagi generasi bangsa sehingga harus

dipayungi oleh hukum. World Health Organizations (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan sumber makanan terbaik bagi bayi. Awalnya, kedua lembaga ini menyatakan bahwa ASI eksklusif harus diberikan sampai bayi berumur 4 bulan. Tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif harus diberikan sampai bayi berusia 6 bulan (3). Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan telah terbukti baik untuk kesehatan, salah satunya dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi yang disebabkan infeksi saluran pencernaan (5), meningkatkan perkembangan kognitif (6), dan meningkatkan ketahanan hidup bayi (7). Pemberian ASI Ekslusif juga memberikan manfaat bagi ibu, dapat menurunkan resiko pendarahan pasca melahirkan, resiko terkena kanker payudara dan sebagai alat kontrasepsi alami. (8) UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah dengan pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi. Bayi yang diberi susu formula kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya, dengan peluang 25 lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusukan oleh ibunya secara Ekslusif (9). Data Riskesdas menunjukkan masih rendahnya pemberian ASI Ekslusif di Indonesia. Tahun 2010 yaitu 15,3% dan 30,2% pada tahun 2013 (10). Cakupan ASI Ekslusif Propinsi Sumatera Barat yaitu 67,4% pada tahun 2013, 72,5% tahun 2014 (11). Cakupan ASI Ekslusif untuk daerah Kabupaten Pasaman pada tahun 2013 berada pada posisi ke 6 se Sumatera Barat dengan angka 72,8% dan tahun 2014 mengalami perubahan pada posisi ke 4 dengan angka 78,9% (11).

Berdasarkan data cakupan pemberian ASI Ekslusif baik secara nasional maupun daerah masih jauh dari target yang telah ditetapkan sebesar 80%. Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Berdasarkan hasil riskesdas diketahui balita gizi kurang di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 17,9% (12) dan tahun 2013 meningkat menjadi 19,6% (13). Data balita pendek di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 35,6% (12) dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 37,2% (13). Data balita pendek di Sumatera Barat tahun 2013 sebesar 35% (13). Data balita gizi kurang di Kabupaten Pasaman tahun 2013 sebesar 10,8% (14) dan tahun 2014 meningkat menjadi 12,2% (15). Data balita pendek di Kabupaten Pasaman tahun 2013 sebesar 37,8% (14) dan tahun 2014 sebesar 34% (15). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan persentase balita gizi kurang dan persentase balita pendek dari tahun sebelumnya. Soetjiningsih, menyatakan bahwa masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah: (1) perubahan sosial budaya, (2) meniru teman, (3) merasa ketinggalan zaman, (4) faktor psikologis, (5) kurangnya penerangan oleh petugas kesehatan, (6) meningkatnya promosi susu formula, dan (7) informasi yang salah (16). Pemerintah telah serius meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Kepmenkes RI No. 450/MENKES/SK/ IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia (17). Hal yang mempengaruhi dan menyebabkan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, yaitu; belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menunju Keberhasilan Menyusui), belum semua bayi memeroleh IMD (Inisiasi Menyusui Dini), jumlah konselor menyusui masih sedikit, promosi susu

formula masih gencar, dan belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui (18). Hasil penelitian Utami, menyatakan bahwa Ibu yang memberikan ASI Ekslusif kepada anaknya 25,7% (19), begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianah menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih tergolong sangat rendah 12,5% (20). Hasil tersebut menunjukkan bahwa capaian ASI Ekslusif masih jauh dari target nasional yang telah ditetapkan sebelumnya yakni sebesar 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam memberikan ASI Ekslusif menurut Teori Lawrence Green diantaranya yaitu : faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai), faktor pemungkin (ketersedian fasilitas atau sarana-sarana) dan faktor penguat (perilaku petugas atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat ) (21). Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (22). Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif dapat diperoleh selama Antenatal Care (ANC), dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman tahun 2014 cakupan kunjungan ibu hamil (K4) Kabupaten Pasaman sebesar 82,1% dan cakupan kunjungan ibu hamil (K4) Puskesmas Bonjol tahun 2014 sebesar 72,3%, angka ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan sebesar 95% (23). Pengetahuan seorang ibu akan mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Hasil penelitian Atabik menyatakan adanya hubungan pengetahuan dengan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan nilai p=0,002 (24). Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irma yang menyatakan adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI dengan nilai p=0,0045 (25).

Pendidikan merupakan pernah atau tidak pernahnya seseorang mendapatkan pendidikan formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut (26). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atabik menyatakan adanya hubungan pendidikan dengan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan nilai p=0,001 (24). Penelitian Ulfa juga menyatakan adanya hubungan antara pendidikan dengan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan nilai p<0,05 (27). Pekerjaan merupakan salah satu alasan bagi ibu untuk tidak memberikan ASI Ekslusif. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah menyatakan adanya hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Ekslusif dengan nilai p=0,036 (28). Dukungan petugas merupakan komponen penting dalam keberhasilan ibu memberikan ASI Ekslusif. Seseorang yang mendapatkan dukungan dan arahan dari petugas kesehatan akan membuat seseorang dapat memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma menyatakan adanya hubungan antara dukungan petugas dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI dengan nilai p=0,042 (25). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, dari 16 puskesmas yang ada di Kabupaten Pasaman, pencapaian ASI Esklusif Puskesmas Bonjol untuk tahun 2013 berada di urutan 2 terendah sebesar 66,1% dan pada tahun 2014 berada di posisi terendah dengan pencapaian yaitu 69,3% (15). Puskesmas Bonjol telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif, seperti penyuluhan di posyandu, penyuluhan pada kegiatan senam ibu hamil, konsultasi ibu hamil dan adanya

konselor ASI. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Bonjol menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berjudul tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskemas Bonjol Tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan penelitian: Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskemas Bonjol Tahun 2016?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi cakupan ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 2. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan responden dalam cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 3. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden dalam cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden dalam cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016.

5. Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan petugas dalam cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 6. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 7. Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 8. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 9. Diketahuinya hubungan dukungan petugas dengan cakupan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonjol, 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan, serta menambah pengalaman dan dapat memecahkan masalah kesehatan khususnya masalah rendahnya cakupan pemberian ASI Esklusif. 1.4.2 Bagi Puskesmas 1. Dapat menjadi masukan bagi puskesmas untuk perbaikan dan intervensi dalam peningkatan cakupan pemberian ASI Ekslusif. 2. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Ekslusif. 3. Dapat dijadikan masukan bagi pengambil keputusan. 1.4.3 Bagi Universitas Bahan masukan bagi rekan-rekan tentang rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Masalah yang diteliti adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Bonjol Kabupaten Pasaman tahun 2016. Penelitian ini merupakan metode kuantitatif, menggunakan desain cross sectional study. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cakupan pemberian ASI Ekslusif, sedangkan variabel indenpenden adalah pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan dukungan petugas. Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki bayi berumur 6 bulan 11 bulan, di wilayah kerja puskesmas Bonjol Kabupaten Pasaman pada bulan Januari Maret 2016.