ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI MANDA KHAIRATUL AULIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PRODUKTIVITAS EKONOMI DI INDONESIA OLEH KRISMANTI TRI WAHYUNI H

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VIII PENUTUP. Pada bab pendahuluan sebelumnya telah dirumuskan bahwa ada empat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

II. TINJAUAN PUSTAKA Y = F(K,L).. (2.1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. kenaikan dalam produk domestik bruto (PDB) yang dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. ADB (Asian Development Bank) dan ILO (International Labour. Organization) dalam laporan publikasi ASEAN Community 2015: Managing

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Chapter 2 Comparative Economic Development

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Paradigma Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

KONVERGENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETIMPANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA DI PULAU JAWA KRISMANTI TRI WAHYUNI

KONVERGENSI PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE OLEH MASRUKHIN H

BAB V TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. sigma-convergence PDRB per kapita di propinsi Sumatera Barat. Sigmaconvergence

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

Transkripsi:

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI MANDA KHAIRATUL AULIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Manda Khairatul Aulia NIM H14090022

ABSTRAK MANDA KHAIRATUL AULIA. Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI. Menurut model Solow perekonomian negara-negara akan mengalami proses konvergensi menuju suatu titik dimana tingkat pendapatan setiap negara sama, dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas setiap negara sama. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah proses konvergensi dapat terjadi pada pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 selama 2002-2010. Berdasarkan hasil pemetaan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita, terdapat pergeseran posisi negara pada tahun 2002 dan tahun 2010. Penelitian ini menghasilkan bahwa secara kondisional dan ankondisional negara-negara ASEAN+3 mengalami proses konvergensi dengan kecepatan 10 % dan 22 %. Penelitian ini juga menghasilkan bahwa Indeks Williamson rata 0.98 setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses konvergensi yang rendah sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapai pemerataan. Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN+3 dipengaruhi oleh Foreign Direct Investment, industry value added, service value added, dan government expenditure. Kata Kunci: Konvergensi, ASEAN+3, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan per Kapita. ABSTRACT MANDA KHAIRATUL AULIA. The Economic Growth Convergence Analysis of ASEAN+3 countries and The Factors that Influence the Economic Growth. Supervised by WIWIEK RINDAYATI. Based on Solow model, the economy of many countries will have a convergence process towards a point with same level of income if each country has same level of savings rate, depreciation, the labor force growth, and productivity growth. The purpose of this study is to analiyze whether the Solow convergence process may occur in the economic growth of ASEAN+3 member countries during 2002-2010. Based on economic growth and per capita income mapping result, there is a movement of each country position in 2002 and 2010. This study results that ASEAN+3 was unconditionally and conditionally converged with 10% and 22% speed. This study also results that the Williamson Index average of 0.98 each year tends to decrese. It means that there is a convergence process in a low speed, so it needs a long time to reach the equality. The economic growth of ASEAN+3 is influenced by Foreign Direct Investment, industrial value added, value added service, and government expenditure. Keywords: Convergence, ASEAN+3, Economic Growth, per Capita Income.

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI MANDA KHAIRATUL AULIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Nama : Manda Khairatul Aulia NIM : H14090022 Disetujui oleh Dr. Ir. Wiwiek Rindayati Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah konvergensi, dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Masalah konvergensi dipilih menjadi topik penelitian karena dianggap penting terutama dalam menghadapi era globalisasi yang semakin meningkatkan keterbukaan antar negara. Peningkatan keterbukaan tersebut dapat meningkatkan pendapatan suatu negara jika mampu bersaing dengan baik, namun juga dapat meningkatkan ketimpangan antar negara. Masalah konvergensi akan lebih mudah dianalisis pada negara-negara yang bergabung dalam suatu kesepakatan atau kerja sama tetapi memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang berbeda seperti pada ASEAN+3. Negara anggota kerja sama ini memiliki karakteristik dan tingkat kemajuan yang berbeda, sehingga perlu dilihat apakah memberi peningkatan ekonomi bagi semua negara anggota. Terima kasih juga diucapkan kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Muhammad Yusni dan Ibu Normah Dalimunthe serta kakak dari penulis, Yuniar Rizki Noryanti atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu ucapan terima kasih juga ditujukan kepada: 1. Ibu Dr Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Sahara Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti, M.Sc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan berbagai bantuan. 4. Teman-teman satu bimbingan, Nadya Astrid, Alfi Gusmanandri, dan Rahmat Prabowo yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Sahabat penulis Gina, Sonya, Meilani yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan dukungannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Manda Khairatul Aulia

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 8 Produk Domestik Bruto 8 Pertumbuhan Ekonomi 8 Konvergensi 12 Penelitian Terdahulu 13 Kerangka Pemikiran 14 METODE 16 Jenis dan Sumber Data 16 Metode Analisis 16 Analisis Deskriptif dengan Memetakan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran PDB per Kapita 16 Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 17 Analisis Data Panel 17 Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 19 Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi 20 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Gambaran Umum 21 Analisis Deskriptif dengan Memetakan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran PDB per kapita 24 Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson 26 Model Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 28 SIMPULAN DAN SARAN 34 Simpulan 34 Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 36 LAMPIRAN 38

DAFTAR TABEL 1 Produk Domestik Bruto per Kapita ASEAN+3 Tahun 2009-2022 2 2 Foreign Direct Investment ASEAN+3 Tahun 2009-2011 5 3 Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Tahun 2010 23 4 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Tak Bersyarat 28 5 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square Konvergensi Tak Bersyarat 28 6 Crossection Effects Negara-negara ASEAN+3 29 7 Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Bersyarat 29 8 Hasil Estimasi Uji Hausman pada Model Konvergensi Bersyarat 30 9 Hasil Estimasi Fixed Effects Model dengan Weighted Statistic pada Model Konvergensi Bersyarat 30 DAFTAR GAMBAR 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 3 2 Investasi Aktual dan Break-even 11 3 Kerangka Pemikiran 15 4 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran PDB per Kapita Tahun 2002 25 5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran PDB per Kapita 2010 25 6 Indeks Williamson 27 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan Tipologi Klassen 38 2 Perhitungan Indeks Williamson 38 3 Pendekatan Pooled Least Square Model Konvergensi Tak Bersyarat 39 4 Uji Chow Model Konvergensi Tak Bersyarat 39 5 Pendekatan Fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 39 6 Uji Chow fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat 40 7 Random Effects Model Konvergensi Bersyarat 40 8 Korelasi Parsial Antar Variabel 41

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan total dan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus menerus bertambah dalam jangka panjang (Sukirno 2002). Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan baik antar penduduk, antar daerah, maupun antar sektor. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan setinggi-tingginya, menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Arsyad 1999). Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pendapatan nasional, namun juga memperhitungkan masalah lain seperti perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, institusi nasional, ketimpangan pendapatan, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar individu dengan mencapai suatu peningkatan keadaan hidup melalui peningkatan standar hidup masyarakat yang tidak hanya dinilai dari sisi material saja (Todaro and Smith 2006). Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bagaimana aktivitas perekonomian di suatu negara. Semakin tinggi aktivitas ekonomi suatu negara, maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan output suatu negara dengan meningkatnya barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara (Sukirno 2002). Setiap negara akan senantiasa berusaha agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, seperti dengan meningkatkan proses produksi, investasi baik di dalam maupun di luar negeri, perdagangan, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan nasional negara tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjalin berbagai kerja sama antar negara, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar masing-masing negara anggota untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan negara lain. Kerja sama ASEAN merupakan organisasi geo-politik dan ekonomi yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967. Bebarapa tujuan dibentuknya ASEAN antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial buaya di kawasan Asia Tenggara, memajukan perdamaian dan stabilitas regional Asia Tenggara, memajukan kerja sama dan saling membantu kepentingan bersama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memajukan kerja sama di bidang pertanian, indusrti, perdagangan, pengangkutan, dan komunikasi, memajukan penelitian bersama mengenai masalah-masalah di Asia Tenggara, dan memelihara kerja sama yang lebih erat dengan organisasi internasional dan regional. ASEAN dibentuk untuk mendukung masing-masing negara dalam memperbaiki keadaan perekonomiannya. Melalui pembentukan ASEAN diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan setiap negara anggota dan menurunkan ketimpangan antar negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara kemudian akan dapat meningkatkan kesejahteraan masing-masing negara

2 sehingga akan tercapai kemajuan bersama dan menurunkan ketimpangan pendapatan antar negara anggotanya. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi modal kekuatan bagi negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi persaingan dengan negara maju. Kerja sama ini kemudian diperluas dengan masuknnya negara yang jauh lebih maju seperti China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam ASEAN+3. Semakin meluasnya kerja sama yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian masing-masing negara anggotanya. Terdapat harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang sehat dapat segera terpenuhi, sehingga dapat dihasilkan suatu peningkatan perekonomian oleh masing-masing negara anggota. Namun apakah masuknya negara-negara maju ini dapat secara efektif membantu majunya negara berkembang di kawasan ASEAN, karena kerja sama tersebut juga sekaligus meningkatkan persaingan di antar negara anggota sendiri. Terdapat kemungkinan peningkatan perekonomian negara-negara anggota terutama negara berkembang dengan kemudahan mobilitas kapital dan perdagangan antarnegara, namun di sisi lain juga kemungkinan dapat meningkatkan ketimpangan antar negara karena hanya negara maju saja yang dapat memanfaatkan dengan baik. Beberapa negara ASEAN+3 memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lainnya, dengan perbedaan yang cukup besar dan timpang, seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Produk Domestik Bruto per Kapita Riil Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 (USD) Negara 2009 2010 2011 Brunei Darussalam 17 092 17 225 17 301 Kamboja 533 558 590 Indonesia 1 090 1 145 1 207 Laos 519 556 592 Malaysia 4 902 5 169 5 345 Filipina 1 307 1 383 1 413 Singapura 28 950 32 641 33 530 Thailand 2 531 2 713 2 699 Vietnam 684 723 757 Jepang 38 242 39 972 39 578 China 2 209 2 427 2 640 Korea Selatan 15 326 16 219 16 684 Sumber: World Bank, 2013 Berdasarkan bersarnya pendapatan per kapita, Brunei Darussalam, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan termasuk pada kategori negara high income

menurut World Bank. Sedangkan Malaysia, Thailand, dan China termasuk negara upper middle income dan negara anggota lainnya masih termasuk lower middle income. Tabel 1 menunjukkan besarnya pendapatan per kapita negara anggota ASEAN+3. Negara maju (high income) cenderung memiliki pendapatan per kapita yang besar dan mendominasi yang mencerminkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan negara berkembang. Besarnya pendapatan per kapita sangat ditentukan dari jumlah penduduk suatu negara, sehingga besaran pendapatan per kapita juga dapat menjadi semakin kecil jika suatu negra memiliki jumlah penduduk yang besar. Negara maju dengan pendapatan per kapita besar cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kecil dan konstan, sehingga perubahan dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil sudah hampir menuju kondisi full employmentnya. Sedangkan negara berkembang memiliki pendapatan per kapita rendah namun pertumbuhan ekonomi tinggi karena belum berada kondisi full employment seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini. 3 Growth (%) 20 15 10 2009 2010 2011 5 0-5 -10 Sumber: World Bank, 2013 Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011 Gambar 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 hingga 2011 negaranegara berkembang seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi namun sangat fluktuatif karena masih jauh dari kondisi mapan. Sehingga perubahan atau guncangan sedikit saja akan menyebabkan guncangan pada perekonomiannya. Negara maju seperti Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih konstan dengan perubahan yang kecil dari tahun ke tahun, karena perekonomiannya sudah hampir mencapai Negara kondisi mapan. Jika perekonomian sudah berada pada kondisi mapan, maka keseimbangannya cenderung akan sulit berubah. Menurut model Solow, ketika negara-negara maju sudah mencapai kondisi full employment maka akan sulit merubah atau meningkatkan kondisi ekonominya, karena sudah mencapai kondisi maksimum dalam segala halnya. Sedangkan negara-negara berkembang akan terus mangalami perubahan menuju ke kondisi mapannya. Penambahan kapital baru melalui investasi menurut solow akan meningkatkan pendapatan negara tersebut, sehingga akan terus bergerak menuju

4 kondisi mapannya. Menurut solow, jika proses tersebut terjadi pada perekonomian negara-negara maka akan menciptakan suatu proses konvergensi, dimana pergerakan pendapatan masing-masing negara menuju ke arah yana sama. Pada penggunaannya model Solow menetapkan beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar proses konvergensi dapat terjadi. Asumsi tersebut antara lain setiap negara harus memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataannya perekonomian negara-negara tidak akan memiliki kondisi dan tingkat perubahan yang sama. Masing-masing negara memiliki banyak perbedaan yang dapat menyebabkan pencapaian ekonominya juga akan berbeda. Kondisi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan produktivitas yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Oleh karena itu, tingkat kemajuan yang dialami oleh masing-masing negara cenderung tidak akan sama. Ditambah lagi dengan adanya intervensi dan kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap negara, maka pelaksanaan kegiatan ekonominya juga akan berbeda. Peningkatan keterbukaan dan adanya globalisasi juga akan semakin memengaruhi pencapaian ekonomi masing-masing negara. Perekonomian negara-negara akan semakin terintegrasi satu sama lain, sehingga memungkinkan adanya aliran modal antar negara. Negara maju dengan pendapatan yang tinggi dapat terus menggali dan mengembangkan teknologi dan inovasi baru yang dapat menyebabkan perekonomiannya terus mengalami peningkatan, dan bukan menurun seperti yang disampaikan oleh Solow. Pengembangan teknologi dan inovasi akan dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih dapat mengalami peningkatan dan bergerak lebih tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan negara maju untuk mengembangkan riset dan teknologi untuk mangatasi dan mencegah penurunan pada pertumbuhan ekonomi dan perekonomiannya. Jika asumsi Solow ini tidak terpenuhi pada keadaan nyata dan dengan adanya pengembangan teknologi dan inovasi di berbagai negara terutama di negara-negara maju, apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan dapat terjadi. Analisis proses konvergensi Solow pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan unit analisis kerja sama ASEAN+3 yang terdiri dari negara-negara dengan karakteristik dan tingkat pencapaian yang berbeda. Berdasarkan penelitian ini akan dapat dilihat apakah proses konvergensi yang disampaikan solow terjadi pada kondisi perekonomian negara-negara ASEAN+3 yang cenderung tidak memenuhi asumsi-asumsi yang disampaikan Solow. Perumusan Masalah Setiap negara senantiasa melaksanakan proses pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini ditujukan untuk mengejar ketertinggalannya dari negara maju, baik dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan lainnya. Dengan pembangunan dan perbaikan di segala bidang diharapkan negara berkembang dapat mengejar ketertinggalannya dan bergerak menuju negara maju.

Oleh karena itu setiap negara melakukan berbagai cara untuk dapat mengatasi persaingan terutama dengan negara maju. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi seperti yang terdapat pada ASEAN+3 yang terdiri dari negara anggota ASEAN ditambah dengan negara Asia lain seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Kerjasama ini ditujukan sebagai alat pemersatu ekonomi negara-negara anggotanya terutama di kawasan Asia, dan meningkatkan kekuatan dalam menghadapi persaingan global terutama dengan negara maju seperti di kawasan Amerika dan Eropa. Namun dalam prosesnya apakah keterbukaan dan liberalisasi diantara negara anggota tersebut akan meningkatkan investasi masing-masing negara sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di semua negara. Peningkatan investasi ini kemungkinan akan mengarah kepada pertumbuhan ekonomi yang menuju ke satu titik pencapaian yang sama dan konvergen. Bagi negara yang sudah maju, dan justru meningkatkan persaingan bagi negara yang masih berkembang. Peningkatan persaingan ini dimungkinkan karena dengan adanya keterbukaan, maka masing-masing negara anggota lebih mudah menanamkan modalnya di negara anggota lainnya. Negara yang tidak memepersiapkan diri dengan baik justru akan kalah bersaing dengan negara lainnya, karena tidak mampu meningkatkan investasi domestiknya sendiri dan kalah bersaing dengan investasi domestik. Berikut data investasi masing-masing negara ASEAN +3 pada Tabel 2. 5 Tabel 2 Foreign Direct Investment Negara ASEAN+3 (Juta USD) Negara 2008 2009 2010 Brunei Darussalam 201 350 105 Kamboja 387 552 667 Indonesia 2 328 5 220 5 265 Laos 133 189 145 Malaysia 4 521 147 5 708 Filipina 959 2 064 1 072 Singapura 10 252 23 033 39 628 Thailand 5 391 3 375 5 442 Vietnam 6 178 4 901 4 989 Jepang 14 634 25 472 30 353 China 111 729 84 396 145 463 Korea Selatan 3 015 2 404 831 Sumber: World Bank, 2013 Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing negara-negara memiliki nilai investasi yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 beberapa negara

6 memiliki nilai investasi yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada tahun 2008, namun sebagian lainnya tetap mengalami peningkatan. Setiap negara melakukan investasi sebesar-besarnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Menurut Solow, investasi adalah kunci tercapainya konvergensi diantara negara. Melalui investasi suatu negara akan memperoleh pengembalian yang besar dan berbagai efek positif lainnya selain pendapatan, seperti aliran teknologi, informasi, perbaikan infrastruktur dan lainnya. Peningkatan keterbukaan ini kemudian dapat memberikan kemungkinan semua negara menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga bergerak menuju ke satu titik yang menunjukkan terjadinya proses konvergensi atau malah semakin meningkatkan ketimpangan antar masing-masing negara. Berdasarkan model Solow, konvergensi akan terjadi jika setiap negara memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataanya, asumsi ini tentu saja tidak mungkin sepenuhnya terpenuhi di setiap negara. Selain itu, negara maju dengan pendapatan yang besar akan terus mengembangkan teknologi dan inovasi agar pertumbuhan ekonominya dapat terus meningkat dan tidak mengalami penurunan seperti yang disampaikan Solow. Walaupun negara berkembang akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi karena terus mendorong investasi, namun negara maju yang sudah mencapai pendapatan tinggi juga akan terus mendoronng pengembangan teknologi dan inovasi yang dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga walupun sudah mencapai kodisi full employment, perekonomian negara maju tetap dapat mengalami peningkatan, dan tidak menurun. Jika pada kenyataanya negara maju masih mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka perlu dibuktikan apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan tetap dapat tercapai. Adapun permasalahan yang dapat diteliti berdasarkan informasi dan kondisi tersebut antara lain: 1. Bagaimana posisi masing-masing negara anggota ASEAN+3 jika dilihat berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan besaran PDB per kapita riil? 2. Apakah pergerakan pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara ASEAN+3 menunjukkan suatu proses yang konvergen jika dianalisis melalui Indeks Williamson dan analisis data panel? 3. Faktor apa saja yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara ASEAN+3? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memetakan negara-negara ASEAN+3 berdasarkan kondisi pertumbuhan PDB riil dan besaran pendapatan per kapita riil. 2. Menguji apakah kestabilan pendapatan negara-negara ASEAN+3 menuju ke kestabilan yang konvergen jika dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson dan analisis data panel. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 secara signifikan.

7 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran kecenderungan pola pertumbuhan ekonomi negaranegara ASEAN+3 apakah mengarah kepada suatu proses pergerakan yang konvergen atau divergen serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3. 2. Hasil penelitian mengenai pola pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 ini dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi masing-masing negara secara khusus serta kerja sama ASEAN+3 secara umum untuk ke depannya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan unit negara-negara ASEAN ditambah China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam kerja sama ASEAN+3. Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+3 terdiri dari negara berpendapatan tinggi seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Brunei Darussalam. Negara berpendapatan sedang seperti Malaysia, China, dan Thailand, serta negara berpendapatan rendah seperti Indonesia, Filipina, Laos, Vietnam, dan Kamboja jika dilihat berdasarkan PDB per kapitanya. Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis proses konvergensi tak bersyarat dan bersyarat pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 yang dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) riil per kapita masing-masing negara pada periode tahun 2002 hingga 2010. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara anggota ASEAN+3 secara signifikan berdasarkan data yang diestimasi. Melalui penelitian ini akan dapat terlihat bagaimana dampak dari kerja sama ASEAN+3 terhadap masing-masing negara anggota. Penelitian ini menunjukkan kerja sama ASEAN+3 yang berhasil bila diantara negara anggota menunjukkan adanya peningkatan dan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu juga diharapkan negara yang masih berkembang dapat mengejar ketertinggalan dari negara anggota lain yang sudah maju dengan memanfaatkan adanya berbagai kemudahan akibat adanya kerja sama yang dilakukan. Peningkatan keterbukaan diantara masing-masing negara anggota diharapkan dapat memberikan efek spill over positif untuk meningkatkan kemajuan negara yang masih berkembang. Penelitian ini menggunakan data negara-negara ASEAN+3 sejak tahun 2002 hingga tahun 2010, yaitu selama 9 tahun. Data 9 tahun ini dinilai telah dapat menggambarkan keadaan perekonomian masing-masing negara melalui penilaian terhadap Produk Domestik Bruto. Selain itu juga telah dapat menggambarkan bagaimana peranan kerjasama ASEAN+3 dalam memerbaiki keadaan ekonomi masing-masing negara anggota dan bagaimana keadaan ekonominya setelah terjadinya krisis keuangan tahun 1997, serta telah menangkap terjadinya masalah krisis ekonomi global di tahun 2008, baik sebelum terjadinya krisis maupun setelah terjadinya krisis tersebut. Kemudian akan dilihat apakah pertumbuhan

8 ekonomi yang dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara anggota ASEAN+3 tersebut menuju kepada proses yang semakin konvergen dengan tingkat ketimpangan yang semakin berkurang, atau sebaliknya. Penelitian ini menggunakan data PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment (FDI), net ekspor, industry value added, service value added, agricultural value added, government expenditure, labour serta lag pendapatan per kapita. Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana kinerja kerja sama ASEAN+3, apakah bermanfaat bagi seluruh anggotanya. Jika manfaat dari kerja sama ini dapat meningkatkan perekonomian seluruh negara anggota bukan hanya negara maju, maka kerja sama ini pada akhirnya akan menciptakan suatu proses pergerakan ekonomi yang konvergen dan menurunkan ketimpangan antar negara. TINJAUAN PUSTAKA Produk Domestik Bruto Data Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dijadikan sebagai salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar (BPS 2009). Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya diukur dengan menggunakan data PDB. Pada dasarnya PDB riil mengukur pendapatan total setiap orang di dalam suatu perekonomian. Tujuan perhitungan PDB adalah untuk meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu dalam periode waktu tertentu. PDB dapat dihitung atau diukur dengan menggunakan tiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan standar materi kehidupan sepanjang waktu bagi sebagian besar keluarga di suatu negara. Peningkatan ini dapat berasal dari pendapatan yang meningkat, sehingga memungkinkan orang untuk mengkonsumsi lebih banyak dan beragam (Mankiw 2007). Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan

dicapai pula peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang dicerminkan dengan peningkatan kapasitas produksi, peningkatan konsumsi, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Teori tentang pertumbuhan ekonomi senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Menurut model pertumbuhan Harrod Domar, setiap perekonomian harus mencadangkan dan menabungkan sebagian pendapatan nasionalnya untuk melakukan investasi pada barang-barang modal. Pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan adanya investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Dengan adanya pertambahan neto dari stok modal dalam bentuk investasi akan menghasilkan peningkatan arus output nasional atau PDB (Todaro dan Smith 2006). Teori Harrod Domar ini banyak digunakan untuk menentukan kebijakan ekonomi di negara-negara berkembang. Menurut teori ini, Jumlah tabungan S merupakan hasil perkalian antara rasio tabungan nasional s (Marjinal Propensity to Save) dari total pendapatan nasional Y (S = sy). Sedangkan Investasi neto diartikan sebagai perubahan stok modal (I = ) dan jumlah stok modal K merupakan hasil perkalian antara nilai rasio modal output k (Capital Output Rasio) dengan pendapatan nasional Y (K = ky) atau dapat pula dalam bentuk perubahan stok modal dan perubahan pendapatan nasional ( = k ). Asumsi lain dalam model Harrod Domar adalah bahwa besarnya tabungan nasional neto sama dengan investasi neto (S = I). Berdasarkan persamaan yang telah dijabarkan di atas, maka dapat diketahui bahwa I = = k. Dengan memasukkan persamaan diatas ke dalam persamaan S = I, maka diperoleh persamaan baru S = sy = k = = I dan kemudian dapat disederhanakan menjadi sy = k. Kemudian dengan membagi persamaan dengan Y, dan membaginya lagi dengan k maka diperoleh persamaan = /K = /I = s/k. Keterangan: = laju pertumbuhan permintaan agregat atau output / K = laju peningkatan stok kapital (penawaran agregat) / I = laju peningkatan investasi Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan PDB ditentukan oleh rasio tabungan nasional s dan rasio modal output nasioanal k. Tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional berbanding lurus dengan rasio tabungan dan berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian. Semakin banyak PDB yang diinvestasikan maka pertumbuhan PDB yang dihasilkan akan semakin besar, dan sebaliknya. Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa agar dapat tumbuh dengan cepat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka setiap negara harus sebanyak mungkin menabung dan menginvestasikan bagian dari PDB negaranya. Namun, peluang pembentukan modal-modal baru yang terbatas menjadi suatu kendala terutama bagi negara-negara miskin. Namun pada kenyataannya pengadaan tabungan dan investasi yang lebih banyak saja tidak cukup untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Model Harrod Domar menganggap bahwa terdapat sikap dan pengaturan yang sama di negara-negara berkembang, namun ternyata asumsi tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di negara-negara berkembang. Faktor-faktor komplementer yang penting seperti kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan pengelolaan pembangunan, 9

10 membuat strategi-strategi pembangunan tidak dapat memberikan hasil yang sesuai dengan teori yang ada. Model lain yang membahas mengenai masalah pertumbuhan ekonomi adalah model yang dicetuskan oleh Robert Solow (1979) dari Amerika Serikat, mungkin menjadi model pertumbuhan yang paling terkenal. Model Solow lebih baik dalam menggambarkan perekonomian negara maju dibandingkan negara berkembang, namun model ini tetap dapat dijadikan sebagai acuan dasar kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan. Model Solow mengasumsikam bahwa terdapat hubungan tetap antara input modal tenaga kerja dan output barang jasa. Namun model ini dapat dimodifkasi dengan memasukkan kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen yang dapat meningkatkan kemampuan produksi masyarakat (Mankiw 2007). Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan output, guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustain). Secara ekonomi, model pertumbuhan. Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan (Mankiw 2007). Pada model Solow, diperbolehkan adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian negaranegara akan bertemu pada suatu titik dimana tingkat pendapatan semuanya sama, namun dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas setiap negara tersebut sama. Model Solow merupakan kerangka dasar untuk meneliti tingkat konvergensi antarnegara. Menurut Todaro dan Smith (2006), fungsi produksi agregat, Y = f (K, L) mengasumsikan skala hasil yang konstan. output akan meningkat dengan proporsi yang sama apabila kapital dan tenaga kerja digandakan dan input-output yang baru digunakan sepenting input yang telah ada. Input selain kapital, tenaga kerja dan pengetahuan diasumsikan tidak penting. Fungsi produksi mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y, dapat dituliskan menjadi Y = f (K, L). Panambahan varibel baru, yaitu efisiensi tenaga kerja E, maka persamaannya menjadi Y = f (K, LxE). Efisiensi tenaga kerja berarti pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi, pada saat teknologi mengalami peningkatan maka efisiensi tenaga kerja juga akan meningkat. LxE mengukur jumlah pekerja efektif, sehingga output bergantung pada efisiensi tenga kerja dan jumlah modal. Karena angkatan kerja tumbuh pada tingkat n, efisiensi tumbuh dengan tingkat g, jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g. Kemajuan teknologi akan memengaruhi populasi, karena teknologi dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Model Solow menunjukkan rasio pertumbuhan modal-tenaga kerja, k dipengaruhi oleh tabungan sf(k), depresiasi, tenaga kerja baru neto yang memasuki =angkatan kerja, nk. Persamaan Solow dapat ditulis menjadi ( ) ( ). Dalam kondisi mapan ditetapkan bahwa, sehingga persamaan menjadi sf(k*) = ( ) *. Menurut Solow, output nasional hanya digunakan untuk dua tujuan yaitu konsumsi dan investasi. Bagian output yang digunakan untuk tujuan investasi

bersumber dari tabungan. Sebagai proses akumulasi modal, satu unit investasi menghasilkan satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama mengalami penyusutan. 11 Investasi aktual & Investasi break even Investasi break-even, (δ+n+g)k Investasi aktual, sf(k) Sumber: Mankiw, 2007 Gambar 2 Investasi Aktual dan Break-even k* Modal per pekerja efektif Tingkat perubahan stok kapital per unit tenaga kerja efektif merupakan selisih antara perubahan investasi aktual dengan perubahan investasi break-even (investasi yang diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan tenaga kerja dan ilmu pengetahuan serta menggantikan penyusutan kapital yang lama sehingga jumlah stok kapital per tenaga kerja efektif yang ada tetap terpelihara). Stok kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi aktual sama dengan perubahan investasi break-even. Jika nilai k lebih tinggi ataupun lebih rendah dibandingkan k*, maka perekonomian akan kembali ke kondisi mapan di k*, karena k* merupakan ekuilibrium modal yang stabil. Apabila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif rendah, maka investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih besar dari investasi break-even. Akibatnya tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja efektif meningkat jumlahnya ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif keseimbangan. Pergerakan ini menunjukkan laju pertumbuhan yangt positif. Keadaan sebaliknya bila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif berada pada nilai yang tinggi. Berdasarkan pemikiran Solow di atas dapat dikatakan bahwa perekonomian senantiasa akan mencapai suatu titik pemerataan bagi setiap negara (konvergen). Pergerakan akan terjadi secara otomatis menuju pertumbuhan yang seimbang, yaitu suatu situasi dimana setiap peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada pertumbuhan yang seimbang, pertumbuhan output per tenaga kerja hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu, teknologi menjadi sesuatu yang penting dalam mencapai pertumbuhan. Model pertumbuhan endogen muncul sebagai usaha perbaikan dari teori neoklasik yang kurang memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber

12 pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model neoklasik tidak menjelaskan bagaimana jika terjadi guncangan eksternal dan perubahan teknologi dalam perekonomian. Adanya aliran modal negara-nagara berkembang yang aneh melatarbelakangi munculnya teori pertumbuhan endogen. Model ini menolak asumsi model Solow yang menganggap teknologi berasal dari luar (eksogen). Tujuan utama model ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberikan proporsi lebih besar dalam pertumbuhan (Todaro dan Smith 2006). Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan PDB yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow. Model pertumbuhan endogen memiliki kemiripan struktural dengan teori neoklasik, namun asumsi yang digunakan dan kesimpulan yang ditarik memiliki berbeda. Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan pola skala hasil yang meningkat dan pertumbuhan yang berbeda antarnegara. Hal ini menjadi suatu hal yang berbeda dengan model Solow yang mengasumsikan hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal yang telah dilakukan. Menurut model ini tidak terdapat kekuatan yang dapat menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama antarnegara dalam perekonomian tertutup, tingkat pertumbuhan antarnegara akan selalu berbeda dan konstan tergantung tingkat tabungan dan teknologi negara tersebut. Selain itu tidak terdapat tidak ada kecenderungan bahwa negara-negara miskin akan memiliki tingkat pendapatan perkapita yang sama dengan negara kaya, meskipun tingkat tabungan dan populasinya sama. Konsekuensinya adalah resesi yang terjadi di suatu negara akan semakin meningkatkan ketimpangan antara negara tersebut dengan negara lain yang lebih kaya (Todaro dan Smith 2006). Model ini berusaha menjelaskan aliran modal internasional yang dapat memperparah ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Konvergensi Dalam konsep pertumbuhan ekonomi, konvergensi pertumbuhan adalah kecenderungan perekonomian-perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian negara kaya. Perekonomian negara miskin diharapkan akan dapat mengejar ketertinggalannya sehingga ketimpangan perekonomian antar negara akan menurun. Negara-negara miskin di dunia mempunyai tingkat pendapatan ratarata per kapita kurang dari 1/10 pandapatan rata-rata negara-negara kaya. Perbedaan pendapatan ini terlihat dalam hampir semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007). Jika perekonomian dunia yang miskin dapat mengejar perekonomian negara maju, maka hal ini menunjukkan pergerakan yang konvergen. Namun jika tidak terdapat konvergensi, maka negara-negara yang pada awalnya miskin akan tetap selamanya miskin. Menurut model Solow, kapan pertemuan (konvergensi) perekonomian terjadi tergantung pada perbedaan mereka memulainya. Dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama jika dilihat dari tingkat tabungan, pertumbuhan populasi, efisiensi tenaga kerja, maka konvergensi akan mungkin dicapai. Namun jika terdapat kondisi mapan yang berbeda, maka konvergensi tidak akan dapat dicapai. Dengan asumsi bahwa preferensi masyarakat dan teknologi

yang sama berlaku di semua negara, negara-negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari pada negara-negara kaya. Terdapat dua konsep konvergensi dalam perekonomian yaitu konvergensi β yang terdiri dari konvergensi mutlak dan bersyarat serta konvergensi α. Terjadinya proses konvergensi dimana daerah miskin cenderung tumbuh lebih cepat tidak serta merta menyebabkan menurunnya disparitas pendapatan regional per kapita. Konvergensi α digunakan untuk mengukur tingkat dispersi dari pertumbuhan. Jika dispersi pendapatan menurun, maka ketimpangan antar daerah/negara juga semakin menurun, sehingga kemungkinan telah terjadi konvergensi pendapatan. Pengukuran dispersi dilakukan dengan melihat nilai koefisien variasi dan standar deviasi dari nilai logaritma variabel dependen. Sedangkan β berguna untuk melihat faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi konvergensi. Dengan menguji konvergensi kondisional dapat diketahui apakah negara miskin memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara kaya jika variabel lain dianggap konstan. 13 PENELITIAN TERDAHULU Mutaqin dan Ichihashi (2012) melakukan penelitian yang berjudul The Role of Maastricht Criteria and Membership in Determining Convergence in the Eurozone and ASEAN: A Panel Data Analysis. Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan konvergensi pendapatan selama tahun 1990 hingga tahun 2009 ini menggunakan analisis data panel tahun 1990 sampai tahun 2009 dengan unit analisis negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) dan anggota Eurozone (Euro Area). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa baik Eurozone maupun ASEAN secara kondisional maupun ankondisional mengalami konvergensi pendapatan diantara negara-negara yang termasuk dalam masing-masing kawasan tersebut. Penelitian lain dilakukan oleh Jalal El Ouardighi dan Rabija Somun- Kapetanovic berjudul Convergence and Inequality of income: the case of Western Balkan countriestahun 2009. Penelitian ini menganalisis proses konvergensi ketidakmerataan pendapatan yang terjadi antar lima negara Balkan dan membandingkannya dengan European Union pada periode 1989-2008 dengan menggunakan panel data. Hasil yang diperoleh adalah terjadi proses konvergensi baik antar negara European Union maupun negara Balkan. Namun terdapat perbedaan periode terjadinya proses konvergensi pada negara European Union dan negara Balkan. Tingkat konvergensi tertinggi pada European Union terjadi pada periode tahun 2000-an, sedangkan pada negara Balkan terjadi selama periode akhir tahun 1990-an. Perbedaan tingkat konvergensi ini dsebabkan karena adanya gap pembangunan antar negara Balkan dan European Union. Penelitian ini menggunakan data pendapatan per kapita untuk menangkap masalah ketidakmerataan. Xuepeng Liu melakukan penelitian yang berjudul Trade and income convergence: Sorting out the causality dengan menghubungkan antara perdagangan internasional dan konvergensi pendapatan antar negara. Penelitian

14 ini menggunakan data 165 negara yang melakukan perdagangan luar negeri pada tahun 1965-2000. Data yang digunakan antara lain jumlah populasi, GDP per kapita konstan 2000, dan share investasi pada GDP masing-masing negara. Penelitian ini kemudian menghasilkan bahwa dengan adanya perdagangan pada sektor yang sama akan menurunkan ketimpangan antar negara anggota trading partners. Penelitian mengenai konvergensi juga dilakukan oleh Modeste NC tahun 2009 berjudul Income Convergence Across The Counties Of Tennessee dengan menggunakan data panel 95 negara di Tennesee pada tahun 1970-2000. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi proses konvergensi bersyarat pada 95 negara Tenesse. Variabel yang digunakan untuk melihat proses konvergensi yang terjadi pada penelitian ini antara lain pendapatan per kapita, pertumbuhan penduduk, tingkat partisipasi tenaga kerja, investasi. Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan bahwa gap dan ketimpangan pendapatan per kapita antar negara Tennesse baru dapat berakhir selama 27 tahun. Pengukuran konvergensi ini dilakukan dengan menggunakan indikator pendapatan per kapita untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan masing-masing negara. Wahyuni (2011) meneliti tentang konvergensi dan faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan ketimpangan, menguji konvergensi, membandingkan fenomena konvergensi, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan wilayah di Pulau Jawa ini menyimpulkan bahwa ketimpangan kabupaten/kota di Pulau Jawa masih sangat tinggi dibandingkan dengan ketimpangan kabupaten/kota dalam provinsi dan didominasi oleh ketimpangan antar kota. Konvergensi pendapatan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa tidak terjadi (divergen), sedangkan Jawa Timur memiliki tingkat konvergensi tertinggi di Pulau Jawa. Menurut penelitian ini, konvergensi yang terjadi di Jawa Barat karena kontribusi sektor manufaktur. Sementara itu konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga sangat tinggi di setiap provinsi dan keseluruhan Pulau Jawa. Faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan pendapatan adalah share manufaktur, pendidikan tenaga kerja, infrastruktur kesehatan, energi listrik dan air bersih. Sedangkan ketimpangan pengeluaran rumah tangga hanya dipengaruhi tingkat pendidikan tenaga kerja. KERANGKA PEMIKIRAN Pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk dapat meningkatkan perekonomiannya agar dapat setara dengan negara maju. Pertumbuhan ekonomi ini diukur berdasarkan tingkat pendapatan nasional dari suatu negara. Namun dalam proses pembangunan tersebut kemungkinan akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di setiap negara sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara merata bagi setiap negara ataukah hanya sebagian negara yang dapat mencapai kemajuan sedangkan negara lainnya tetap pada keadaan semula, atau bahkan menjadi semakin miskin. Masalah konvergensi ini timbul karena keanekaragaman karakteristik alam,

ekonomi, sosial dan budaya menimbulkan pola pembangunan ekonomi yang berbeda di masing-masing daerah sehingga beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan lambat. Sebagai suatu kawasan, pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi masing-masing negara yang termasuk didalamnya. Melalui penelitian ini akan terlihat bagaimana pola pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3, tingkat konvergensi yang terjadi, dan faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Negara yang dapat memanfaatkan adanya globalisasi ekonomi dengan baik, maka akan menghasilkan suatu peningkatan dari segi ekonominya, namun bagi negara yang tidak dapat bersaing dengan negara lain akan menyebabkan negara tersebut menjadi semakin buruk dan miskin. Analisis data panel dilakukan dengan membandingkan 12 negara di kawasan ASEAN+3 dalam jangka waktu 9 tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010. Proses Pembangunan dan Globalisasi Ekonomi Peningkatan Investasi 15 Perbedaan Karakteristik Negara Perbedaan Pencapaian Masalah Konvergensi Pertumbuhan ekonomi Analisis Panel Data Analisis Deskriptif Konvergen atau Divergen Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB riil dan Pendapatan per Kapita Riil Indeks Williamson Faktor-faktor yang memengaruhi Laju Pertumbuhan ekonomi Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Proses Konvergensi Implikasi Kebijakan Gambar 3 Kerangka Pemikiran

16 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari periode waktu sepuluh tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010. Adapun data yang digunakan meliputi 12 negara di kawasan Asia Tenggara kecuali Myanmar ditambah dengan negara China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam ASEAN+3. Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, dan Vietnam ditambah dengan tiga negara Asia lain yang sangat berpengaruh bagi perekonomian negara-negara ASEAN seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Struktur data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa data panel yang bersifat time series dan cross section. Data-data tersebut diperoleh dari World Bank. Adapun data yang digunakan untuk menganalisis proses konvergensi yang terjadi antara lain PDB per kapita riil, lag PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment (FDI), agricultural value added, industry value added, service value added, government expenditure, net ekspor, dan labour. Metode Analisis Data Analisis Deskriptif dengan Pemetaan Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran Pendapatan per Kapita Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing negara dalam penelitian ini dilihat dengan memetakan negara berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita masing-masing negara ASEAN+3 yang dibandingkan dengan rata-ratanya. Penelitian ini membandingkan posisi perekonomian masing-masing negara pada awal periode yang diestimasi tahun 2002 dan tahun akhir estimasi 2010. Adapun empat kuadaran berdasarkan kedua indikator tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kuadran I adalah negara cepat maju dan cepat tumbuh dengan laju pertumbuhan PDB yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata dan memiliki besaran PDB per kapita yang lebih besar daripada rata-ratanya. 2. Kuadran II adalah negara maju tapi tertekan yang memiliki nilai pertumbuhan PDB lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDB rata-rata, tetapi memiliki besaran PDB per kapita yang lebih besar dibandingkan PDB per kapita ratarata. 3. Kuadran III ditempati oleh negara relatif tertinggal yang memiliki nilai pertumbuhan PDB yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-ratanya dan sekaligus besaran PDB per kapita yang lebih kecil dibandingkan PDB per kapita rata-rata. 4. Kuadran IV terdiri dari negara berkembang cepat yang memiliki nilai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDB rata rata, tetapi