ETNOGRAFI KESEHATAN 1

dokumen-dokumen yang mirip
1A. Kebudayaan dan Etnografi

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

Antropologi dan Pembangunan. Pertemuan ke-15

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

BAB III METODE PENELITIAN

ETNOGRAFI KOMUNIKASI. Sangra Juliano P, M.I.Kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Surono, S.Ant., M.A.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah sakit terdapat banyak institusi yang padat karya dengan berbagai sifat, ciri,

Review Buku: Memahami Pola Komunikasi Melalui Pendekatan Etnografi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

PANDANGAN HIDUP SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

Setiap usaha inovasi kesehatan akan berhadapan dengan serangkaian masalah sosial budaya yang berasal dari: budaya masyarakat penerima (sasaran) progra

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

MODUL DELAPAN KOMUNIKASI POLITIK DAN OPINI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Matakuliah : PENGANTAR ANTROPOLOGI

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

individu masyarakat kebudayaan

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT Alamat: Jl. Gunung Pangilun Padang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif.sebagai penelitian

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahan ajar. Aktivitas dalam mempelajari bahan ajar tersebut akan

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

ETNOGRAFI. Imam Gunawan

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Membangun Kritisisme Generasi Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku Konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2007:214) perilaku konsumen adalah perilaku

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB I PENDAHULUAN. Era baru bangsa Indonesia diawali dengan lahirnya Era Reformasi. Era ini

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

LANGKAH-LANGKAH DALAM TEKNIK OBSERVASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07

BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

Transkripsi:

ETNOGRAFI KESEHATAN 1 oleh: Nurcahyo Tri Arianto 2 Pengertian Etnografi Etnografi atau ethnography, dalam bahasa Latin: etnos berarti bangsa, dan grafein yang berarti melukis atau menggambar; sehingga etnografi berarti melukiskan atau menggambarkan kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Etnografi merupakan pekerjaan antropolog dalam mendiskripsikan dan menganalisis kebudayaan, yang tujuan utamanya adalah memahami padangan (pengetahuan) dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari (kelakuan) guna mendapatkan pandangan menganai dunia masyarakat yang diteliti (Spradley 1997:3). Etnografi merupakan komponen penelitian yang fundamental dalam disiplin akademis antropologi (budaya), sehingga etnografi merupakan ciri khas dalam antropologi (Durrenberger 1996:421). Antropolog aliran kognitif berpendirian bahwa setiap masyarakat mempunyai sistem yang unik dalam mempersepsi dan mengorganisasi fenomena material, seperti benda-benda, kejadian-kejadian, kelakuan, dan emosi. Oleh karena itu kajian antropologi bukanlah fenomena material tersebut, melainkan cara fenomena material tersebut diorganisasikan dalan pikiran (kognisi) manusia. Dengan demikian kebudayaan itu ada dalam pikiran manusia, yang bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material tersebut. Tugas etnografer (peneliti etnografi) adalah menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut (Marzali 1997:xv). Etnografi merupakan bentuk penelitian sosial-budaya yang bercirikan (Atkinson dan Hammersley 1994:248-249): 1. studi yang mendalam (kualitatif) mengenai keragaman fenomena sosial-budaya suatu masyarakat; 2. pengumpulan data primer dengan pedoman wawancara; 3. penelitian pada satu atau beberapa kasus secara mendalam dan komparatif; 4. analisis data melalui interpretasi fungsi dan makna dari pemikiran dan tindakan, yang menghasilkan deskripsi dan analisis secara verbal. Konsep Kebudayaan Dalam kepustakaan antropologi, pemahaman mengenai konsep kebudayaan nampak beraneka ragam. Keanekaragaman konsep kebudayaan di kalangan ahli antropologi itu seolah-olah menunjukkan tidak adanya kesamaan pemahaman atau pemikiran dasar yang menjadi pegangan bersama. Anggapan itu nampaknya tidak 1 2 Bahan Diskusi untuk Lokakarya Antropologi Kesehatan, Kelompok Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri, Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, pada tanggal 3 dan 10 Februari 2001. Staf Pengajar Program Studi Antropologi FISIP-UNAIR. 1

sepenuhnya benar, mengingat permasalahan kebudayaan memang sangat kompleks, dan usaha menetapkan kesamaan pemahaman atau pemikiran hanyalah merupakan salah satu permasalahan itu. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa kebudayaan memang bersifat fenomenal, karena kebudayaan tampak sebagai suatu mosaik yang beraneka warna, sesuai dengan keanekaragaman masyarakat manusia sebagai pendukung kebudayaan. Apabila kebudayaan dipelajari secara ilmiah, maka akan nampak sifat kebudayaan yang fenomenal berkaitan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial. Hasil-hasil penelitian lapangan ahli-ahli antropologi mengenai kebudayaan telah melahirkan berbagai pandangan dan kesimpulan yang memperkaya perkembangan teori kebudayaan. Oleh karena itu adanya perbedaan pandangan mengenai makna kebudayaan dalam kehidupan masyarakat yang dinamis, yang telah menimbulkan pertentangan ilmiah di kalangan ahli-ahli antropologi, tidak akan pernah hilang. Salah satu golongan atau aliran teori kebudayaan yang sangat besar pengaruhnya dalam teori antropologi adalah idealisme, dengan beberapa cabang alirannya, antara lain kognitif dan simbolik. Ward Goodenough, sebagai tokoh antropologi pengemuka aliran kognitif, melihat kebudayaan sebagai suatu sistem yang terdiri atas pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai, yang ada dalam pikiran individu-individu dalam suatu masyarakat. Konsep kebudayaan semacam ini dapat dijabarkan dalam beberapa pengertian. Pertama, kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan atau realitas yang ideasional. Kedua, kebudayaan dipergunakan masyarakat sebagai pendukungnya dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran kelakuan sosial yang nyata dalam masyarakat. Ketiga, kebudayaan merupakan pedoman dan pengarah bagi individu-individu anggota masyarakat dalam berkelakuan sosial yang pantas maupun sebagai penafsir bagi kelakuan individu lain. Oleh karena itu, kebudayaan di sini merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasi pengalaman dan lingkungannya (alam, sosial, dan budaya), serta menjadi pedoman bagi terwujudnya kelakuan. kebudayaan merupakan mekanisme kontrol bagi kelakuan manusia. Bagi Clifford Geertz, kebudayaan merupakan suatu sistem makna simbolik. Seperti halnya bahasa, kebudayaan merupakan suatu sistem semiotik yang memuat simbolsimbol, dan yang berfungsi mengkomunikasikan dan mengisyaratkan makna-makna dari pikiran antar individu. Oleh karena itu, bagi Geertz, kebudayaan merupakan obyek, tindakan, atau peristiwa dalam masyarakat yang fenomenal dan yang dapat diamati, dirasakan, serta dipahami. Dalam pandangan Keesing, perbedaan utama antara Geertz dan Goodenough mengenai kebudayaan, adalah: bagi Geertz, simbol dan makna kebudayaan berada di antara pikiran individu-individu, yang secara bersama-sama dimiliki oleh aktor-aktor sosial sebagai kenyataan publik; sedangkan bagi Goodenough, simbol dan makna kebudayaan berada dalam pikiran individu-individu, sebagai kenyataan pribadi. 2

Penerapan konsep kebudayaan menurut aliran idealisme itu tidak hanya mengacu pada tipe masyarakat suku bangsa (misalnya, kebudayaan Jawa atau Madura) dan komunitas alamiah (pedesaan maupun perkotaan), melainkan juga pada sistem organisasi formal, seperti institusi-institusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, maupun organisasi bisnis swasta dengan kebudayaan korporatnya. Penggunaan konsep kebudayaan terhadap pranata sosial dan organisasi formal itu terutama adalah untuk membicarakan pengaruh kebudayaan birokratisme dan profesionalisme dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program kesehatan, perawatan kesehatan, maupun peningkatan pelayanan kesehatan. Konsep kebudayaan yang diuraikan di atas tidak beranggapan bahwa keseluruhan kelompok masyarakat memiliki kesatuan kebudayaan yang terintegrasi serta dipahami dan menjadi pegangan dalam berkelakuan. Sebaliknya, dalam setiap kelompok masyarakat sering dijumpai permasalahan desintegrasi, kontroversi, maupun ketidakcocokan budaya, yang kesemuanya itu merupakan kenyataan yang umum terjadi. Keadaan tersebut menunjukkan adanya permasalahan mengenai kesamaan ataupun perbedaan antar-budaya (hubungan dengan kebudayaan lain) dan intra-budaya (hubungan dalam kebudayaan sendiri). Kebudayaan dan Kelakuan. Hubungan antara kebudayaan dan kelakuan merupakan permasalahan dalam analisis teori-teori kebudayaan yang perlu mendapat perhatian. Teori-teori kebudayaan yang mendasarkan pada aliran idealisme menekankan bahwa konsep utama adalah kebudayaan, dan bukan kelakuan. Kelakuan hanyalah merupakan konsekuensi logis, yang manunggal dan tak terpisahkan dari kebudayaan, yang disebut sebagai sistem sosiobudaya. Namun demikian, ketunggalan ini dapat dan perlu dipisah, sehingga dapat dipakai untuk menganalisis sistem budaya tertentu bersama kelakuan aktor-aktor dalam sistem sosial (masyarakat) yang menjalankan kegiatan tertentu pada lokasi atau lingkungan yang tertentu pula. Oleh karena bersifat ketunggalan, maka penggunaan konsep kelakuan erat berhubungan dengan konsep kebudayaan. Kelakuan kesehatan seseorang akan banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan dengan etiologi, terapi, maupun pencegahan penyakit (fisik, psikis, maupun sosial). Berkaitan dengan penyakit, misalnya, seseorang dapat saja memperlihatkan kelakuan psikologis maupun kelakuan budaya. Perwujudan dari kelakuan kesehatan ini adalah kegiatan perawatan kesehatan, yang dilakukan dalam banyak sistem sosial atau sistem medis (tradisional, rumah tangga, ataupun formal) dalam pelayanan kesehatan. Salah satu ciri kebudayaan adalah bahwa setiap kebudayaan akan selalu 3

mengalami perubahan atau berada dalam proses perubahan secara lambat ataupun cepat. Makin intensif terjadi kontak kebudayaan (misalnya komunikasi gagasan baru dari kebudayaan lain mengenai kesehatan), makin cepatlah berlangsungnya proses perubahan kebudayaan. Negara-negara industri maju, yang merupakan pusat perkembangan yang pesat dari pranata-pranata ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan berbagai penemuan baru secara terus-menerus. Penemuan-penemuan yang terjadi secara bersamaan dengan pranata-pranata non-ilmu pengetahuan dan non-teknologi itu menghasilkan pengaruh-pengaruh akibat proses umpan balik bersamaan dengan konsekuensi perubahan gagasan-gagasan budaya dan pola-pola kelakuan di negaranegara berkembang melalui teknologi komunikasi. Sehat, sakit, penyakit, kesehatan, maupun perawatan kesehatan merupakan kenyataan-kenyataan yang harus dihadapi masyarakat manusia. Namun demikian, tipetipe penyakit beserta persepsi dan perawatannya dalam kenyataannya berbeda-beda di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Di negara-negara industri dan kelompok menegah-atas di negara-negara berkembang, penyakit kardiovaskuler, misalnya, merupakan salah satu penyakit pembunuh utama. Sebaliknya, di daerah pedesaan di negara-negara berkembang, penyakit utama adalah diare, tuberkulosis, dan penyakit infeksi lainnya. Kenyataan menunjukkan bahwa terdapat keragaman praktek medis tradisional dan rumah tangga dalam perawatan kesehatan terhadap penyakit tersebut, baik antar-budaya maupun intra-budaya. Keragaman perawatan kesehatan tersebut antara lain terlihat dalam praktek penggunaan mantera, jamu, pijat/urut, doa, maupun mandi. Dalam perawatan kesehatan, suatu kelompok masyarakat dapat saja menekankan pada etiologi dan terapi personalistik (adikodrati), sedangkan kelompok masyarakat lain menekankan pada etiologi dan terapi naturalistik berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan panas-dingin. Perbedaan penekanan dalam perawatan kesehatan ini menunjukkan bahwa penjelasan sehat dan sakit secara personalistik maupun naturalistik ini berkembang pada masyarakat pedesaan yang telah banyak mengalami kontak kebudayaan; sedangkan pada masyarakat terasing lebih banyak menekankan cara personalistik, karena cara naturalistik kurang atau belum dikenal atau tidak berarti. Sementara itu kelompok masyarakat lapisan menengah-atas cenderung lebih mengutamakan perawatan kesehatan melalui cara medis moderen (formal), walaupun cara personalistik dan naturalistik juga masih dilakukan. Keanekaragaman persepsi mengenai sehat dan sakit, yang berimplikasi pada pemilihan cara perawatan kesehatan, umumnya ditentukan oleh kebudayaan, yang berisi: pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam kehidupan masyarakat. Lebih jelasnya, kebudayaan menentukan apa yang menyebabkan seseorang menderita sakit (etiologi penyakit) akibat dari kelakuannya, serta mengapa perawatan kesehatan-nya 4

mengikuti cara-cara tertentu. Oleh karena itu, gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala biologis dan biomedis. Hubungan-hubungan antara gejala sosial-budaya dengan gejala biologis dan biomedis dapat disebut sebagai gejala-gejala bio-budaya. Perhatian yang makin besar dan berkembang mengenai peranan kebudayaan terhadap penyakit, kesehatan, dan perawatan kesehatan merupakan penyebab berkembangnya ilmu antropologi kesehatan. Metode Etnografi Penelitian etnografi merupakan jenis penelitian kualitatif. Oleh karena itu metode yang lazim dipergunakan adalah: observasi partisipasi, wawancara mendalam, komparatif, dan holistik. Dalam penelitian etnografi kesehatan, metode yang relatif baru dipergunakan di Indonesia adalah Metode Penelitian Cepat atau RAP (Rapid Assessment Procedure), yang merupakan salah satu pendekatan antropologi dalam meningkatkan efektivitas program, khususnya program kesehatan. Metode ini meliputi: observasi, observasi partisipasi, wawancara informal, wawancara formal, analisis data, kelompok fokus, pelaporan hasil, dan diskusi dengan video RAP. Rujukan Atkinson, Paul dan Martyn Hammersley 1994 Ethnography and Participant Observation. Dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, eds. Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications, hal. 248-261. Durrenberger, E. Paul 1996 Ethnography. Dalam Encyclopedia of Cultural Anthropology (Volume 2). New York: Henry Holt, hal. 416-422. Marzali, Amri 1997 Kata Pengantar. Dalam James P. Spradley, Metode Etnografi (Terjemahan). Yogyakarta:Tiara Wacana, hal. xv-xxiii. Spradley, James P. 1997 Metode Etnografi (Terjemahan). Yogyakarta:Tiara Wacana. ----- @ ----- 5