PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Lamp : 1 (satu) Berkas Menteri Perdagangan RI Perihal : Permohonan Usulan DAK

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

DAK Sub Bidang Sarana Perdagangan Tahun Biro Perencanaan, Kementerian Perdagangan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

BUPATI LAMPUNG BARAT

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

: 510 I 179 /Disperindag/2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR USULAN PROPOSAL

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR USULAN PROPOSAL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 016 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

LKPJ- Bupati Berau Tahun 2014 Bab V halaman 286

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Walikota Tasikmalaya

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

URAIAN sebelum perubahan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR USULAN PROPOSAL

Sistem Resi Gudang Bagi Petani

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17/M-DAG/PER/6/2011 TENTANG PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan;

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PENGANTAR. Ir. Suprapti

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016

BUPATI LAMPUNG BARAT Liwa, April 2016 Nomor : 510/ /II.08/IV/2016 Kepada Yth, Lampiran : 1 (satu) rangkap Menteri Perdagangan R.I Perihal : Proposal Pembangunan Infrastruktur Melalui Kepala Badan Pengawas Gudang Beserta Fasilitas Pendukungnya dan Pengelola Bursa Komoditi Kementerian Perdagangan R.I Di- Jakarta Dalam rangka memberikan dukungan terhadap Implementasi Sistem Resi Gudang, Pengembangan Klaster Kopi, Pasar Lelang Daerah, dan Penguatan Ketahanan Pangan Masyarakat di Kabupaten Lampung Barat dan Pengembangan Kemetrologian, dengan ini kami mengajukan Proposal dimaksud untuk dapat diberi dukungan alokasi dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017 yang ada di Kementerian Perdagangan R.I yaitu : 1. Pembangunan Gudang SRG dan Fasilitas Pendukungnya sebesar Rp. 7.525.000.000,- (Tujuah Milyard Lima Ratus Dua Puluh Lima juta rupiah) 2. Pengembangan Sarana Kemetrologian sebesar Rp. 4.500.000.000,- (Empat Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). Demikian mohon dipertimbangkan dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. BUPATI LAMPUNG BARAT, Tembusan disampaikan kepada Yth; 1. Kepala Badan Anggaran DPR R.I di Jakarta 2. Ketua Komisi VI DPR R.I di Jakarta 3. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Perdagangan R.I di Jakarta 4. Gubernur Lampung di Bandar Lampung 5. Kepala Dinas Koperasi, dan UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Drs. Hi. MUKHLIS BASRI, MM Jl. Raden Intan II No. 1 Way Mengaku Liwa Kode Pos 34811 Lampung Barat Tlp. (0728) 21121 Fax (0728) 21139

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TAHUN ANGGARAN 2017 10. BIDANG SARANA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI NO KEGIATAN TARGET DANA LOKASI Total Bidang Sarana Perdagangan dan Industri A Sub Bidang Sarana Perdagangan 1. Pembangunan Pasar Rakyat 2. Pembangunan Gudang SRG dan Fasilitas Pendukungnya 3. Pengembangan Sarana Kemetrologian 2 Pasar Rp.4.500.000.000 1. Pasar Kenali Kecamatan Belalau 2. Pasar Seblat Kecamatan Sukau 1 Gudang Rp. 6.525.000.000 Sumber Jaya 1 paket Rp. 4.500.000.000 Liwa BUPATI LAMPUNG BARAT Drs. HI. MUKHLIS BASRI, MM

I. PENDHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka percepaan implementasi sistem resi gudang yang ditujukan untuk lebih menjamin alternatif pembiayaan petani/kelompok tani guna mempertahankan produksi dan kwalitas komoditi/barang yang dihasilkan, peningkatan akses pasar lelang daerah yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan, maka Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Lampung Barat khususnya Bidang Perdagangan mengusulkan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk memberikan daya dukung agar pelaksanaan program-program unggulan yang diprioritaskan di Kabupaten Lampung Barat dapat terlaksana lebih efektif dan efisien. Diantara program prioritas di Kabupaten Lampung Barat adalah Peningkatan Ketahan Pangan dan Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kedua Prioritas Program tersebut tidak terlepas dari struktur masyarakat yang didominasi pada usaha pertanan. Saat ini fokus utama jenis komoditi yang dibudidayakan masyarakat/petani di Kabupaten Lampung Barat terutama adalah kopi, padi dan jagung. Pengembangan sistem resi gudang di Kabupaten Lampung Barat menjadi penting untuk dilaksanakan terutama dengan menyediakan sarana perdagangan berupa gudang dan pasar. Mengingat bahwa komoditas tersebut yang dihasilkan petani/kelompok tani ini sering kali mengalami fluktuasi harga, sehingga dalam keadaan ini petani/kelompok tani sering mengalami kerugian terutama pada saat musim panen. Kopi yang dihasilkan merupakan komoditi yang dibudidayakan masyarakat/petani Kabupaten Lampung Barat dan tersebar di 15 (lima belas) kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Luas lahan perkebunan kopi Lampung Barat tersebar di 15 Kecamatan dengan luas 53.560 H dengan produksi 48.098.7 ton /tahun. Dengan luasan perkebunan kopi dan produksi kopi

yang tinggi tersebut membuat Lampung Barat menjadi daerah penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Namun demikian, harga kopi yang fluktuatif membuat petani kopi berada pada posisi yang lemah karena akses pasar dan informasi harga kopi yang terbatas. Proposal pembangunan infrakstruktur gudang berserta fasilitasnya di Kabupaten Lampung Barat ini diajukan dengan pertimbangan bahwa : 1. Kopi merupakan komoditi yang banyak dihasilkan dan dibudidayakan masyarakat/petani ya ada, dan diupayakan oleh 1.114 Kelompok Tani (BP4K Kabupaten Lampung Barat, 2014); 2. Kopi merupakan komoditi yang masuk dalam system resi gudang sebagaimana Peraturan Menteri Perdagangan R.I No 26/M-DAG/PER/6/2007; 3. Belum adanya gudang komoditi pangan/non pangan permanen yang sesuai SNI 733:2007. 1.2. Maksud dan Tujuan Agar dukungan terhadap percepatan implementasi system resi gudang sebagai alternatif pembiataan bagi petani dalam meningkatkan kesinambungan produksi dan kwalitas komoditi yang dihasilkan diperlukan upaya-upaya : 1. Peningkatan kemampuan teknis bagi petugas pembina dan pelaku usaha; 2. Penyediaan sarana dan prasarana perdagangan, terutama pembangunan gudang dan pasar lokal; 3. Pengelolaan usaha yang lebih professional dengan menerapkan system resi gudang; 4. Serta peningkatan kualitas dan keseragaman komoditi yang diperdagangkan; 5. Peningkatan akses dan peneterasi pasar. 1.3. Lokasi Pembangunan Gudang Pembangunan Gudang dalam rangka percepatan implementasi system resi gudang di Kabupaten Lampung Barat direncakan akan ditempatkan di Pekon Purajaya Kecamatan

Sumber Jaya. Rencana penempatan pembangunan gudang tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa : 1. Dekat dengan sentra produksi komoditi yang masuk dalam SRG yaitu kopi. 2. Peruntukan lokasi gudang memiliki luas areal yang sangat memadai yakni 2 Ha. 3. Dekat jalan kelas I (jalan utama) yang menjamin kelancaran kegiatan bongkar muat dan distribusi barang; 4. Aman dari banjir dan longsor; 5. Tidak berada di dekat pabrik atau gudang bahan kimia berbahaya, stasiun pengisian bahan bakar umum dan atau pembuangan sampah/limbah kimia; 6. Tidak terletak pada berkas tempat pembuangan sampah dan bekas pabrik bahan kimia.

II. POTENSI KOMODITI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA 2.1. Produksi dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Perdagangan Lampung Barat Tahun 2009 No Komoditi Produksi Luas Tanam (ton) (Ha) Tenaga Kerja 1 Kopi 46.833,70 60.387,00 a. Rata-rata jumlah petani lebih dari 11 ribu orang per tahun, paling banyak di 9 kecamatan di dataran sedang dan tinggi di Kab. Lambar b. Rata-rata tenaga kerja yang bergerak di sektor perdagangan Komoditi unggulan dan potensial per Tahunnya lebih dari 500 orang 2.2. Situasi Perdagangan Komoditi Unggulan Daerah beserta Sarana dan Prasarana Perdagangan Rantai perdagangan komoditi unggulan didominasi oleh para pedagang pengumpul yang ada di Pekon (Desa) dan Kecamatan, yang kemudian dijual kepada pedagang pengumpul yaitu lebih besar atau kepada eksportir yang ada di Provinsi Lampung. Pada umumnya belum terdapat keseragaman kualitas dan mutu yang diperdagangkan. Gudang penampungan masih sederhana dengan bangunan semi permanen. Sarana angkut masih menggunakan kendaraan yang belum mampu menjaga mutu/kualitas produk. Sistem perdagangan masih bersifat tradisional yang belum dikelola dengan baik.

III. ANALISA SWOT DAN STRATEGIS PENGEMBANGAN 3.1. Analisa SWOT Gambaran kegiatan usaha komoditas unggulan dan potensial di Kabupaten Lampung Barat saat ini : Kekuatan Adanya lahan pertanian/pekerbunan yang relatif luas, serta produksi dan jumlah petani yang relatif besar; Adanya dukungan tenaga penyuluh dalam hal budidaya dan pelaku usaha (pedagang komoditi unggulan dan potensial) yang cukup memadai; Adanya dukungan infrastruktur yang cukup memadai (jalan, jembatan, transportasi dan komunikasi, serta perbankan) Kelemahan Lemahnya SDM petani, pelaku usaha/pedagang dan aparat Pembina dalam mengoptimalkan pemanfaatan petani dan keunggulan komoditi/produk; Rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana perdagangan yang memadai; Rendahnya kualitas dan mutu komoditi unggulan dan potensial yang diperdagangkan; Belum adanya eksportir di Kabupaten Lampung Barat Rendahnya akses dan penetrasi pasar. Peluang Tersedianya permintaan komoditi unggulan dan potensial (kopi, gabah/beras, dan jagung) yang sangat besar baik nasional, regional maupun internasional; Adanya kerjasama perdagangan antara eksportir, perusahaan besar dan petani; Adanya program pusat (dari Kementerian Perdagangan) berupa Pasar Lelang Daerah yang dilakukan secara berkala. Ancaman Rendahnya kualitas dan keseragaman mutu komoditi unggulan dan potensial yang diperdagangkan; Rendahnya posisi tawar petani sehingga belum mampu mensejahterakan mereka; Rendahnya daya saing terhadap produk sejenis dari daerah/negara lain; Rendahnya produktivitas momoditi yang dihasilkan akibat tidak terawatnya tanaman.

3.2. Strategi Pengembangan Meningkatkan kemampuan teknis pelaku usaha dan aparat Pembina; Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait baik pusat maupun daerah dalam rangka sinkronisasi program; Meningkatkan pembinaan dan akses pembiayaan/bantuan perkuatan modal bagi pelaku usaha; Meningkatkan efisiensi dan efektivitas perdagangan komoditi unggulan dan potensial dalam daerah; Menumbuh kembangkan sektor perdagangan pendukung klaster-klaster komoditi unggulan dan potensial.

IV. USULAN PROGRAM / KEGIATAN 4.1. Usulan Program Program/kegiatan yang diusulkan adalah pembangunan infrastruktur gudang beserta fasilitasnya dalam rangka percepatan impelmentasi system resi gudang di Kabupaten Lampung Barat. 4.2. Ruang Lingkup Kegiatan Identifikasi peluang pasar loka, regional dan nasional terhadap permintaan komoditi unggulan dan potensial; Penyediaan sarana dan prasarana perdagangan berupa; penyediaan gudang untuk mendukung percepatan implementasi system resi gudang, pengembangan klaster kopi, pasar lelang daerah, dan peningkatan ketahanan pangan daerah; Bimbingan teknis peningkatan penyediaan komoditi unggulan dan potensial daerah yang diperdagangkan; Bimbingan teknis pra-eksportir; Mediasi perluasan dan penetrasi akses pemasaran komoditi unggulan danpotensial daerah. 4.3. Hasil Yang Diharapkan Terciptanya efisiensi dan efektivitas perdagangan komoditi unggulan dan potensial daerah di Kabupaten Lampung Barat; Terciptanya peningkatan SDM pelaku usaha dan aparat Pembina sektor perdagangan di Kabupaten Lampung Barat; Terciptanya peningkatan pendapatan pelaku usaha (petani, pedagang, industry pengolah/pemanfaat bahan baku/bahan setengah jadi/bahan jadi). 4.4. Target Group Kelompok tani yang memproduksi komoditi unggulan dan potensial, pedagang pengumpul, industry rumah tangga, serta pelaku usaha lainnya.

4.5. Perkiraan Biaya No Kegiatan Biaya (Rp) 1 Sosialisasi Program/Kegiatan 100.000.000,- 2 Pembangunan Gudang dan Fasilitas Peralatan Pendukungnya 3 Identifikasi Peluang Pasar Lokal, Regional dan Nasional terhadap Permintaan Komoditi Unggulan dan Potensial 4 Bimbingan Teknis Kemampuan Peningkatan Penyediaan Komoditi Unggulan dan Potensi Daerah Serta Pemenuhan Standar Mutu yang Diperdagangkan 5 Mediasi Perluasan dan Penetrasi Akses Pemasaran Komoditi Unggulan dan Potensial Daerah 7.000.000.000,- 75.000.000,- 150.000.000,- 200.000.00,- Jumlah 7.525.000.000,- Terbilang : Tujuh Milyar Lima Ratus Duapuluh Lima juta rupiah

V. PENUTUP Demikian usulan pembangunan infrastruktur Gudang SRG beserta fasilitas pendukungnya dalam rangka percepatan implementasi sistem resi gudang, sebagai dukungan pemerintah dari sektor pedagangan, yaitu sebagai alternatif, peningkatan produksi dan kwalitas komoditi yang dihasilkan masyarakat petani di Kabupaten Lampung Barat sebagai wujud peran pemerintah dalam memajukan kesejahteraan rakyat. Mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia di Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, diharapkan Tahun 2017 Kementerian Perdagangan R.I dapat mengalokasikan kegiatan sebagaimana usulan program dimaksud.