FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (Studi Deskriptif Di Desa Balepanjang Kecamatan Baturetno) Sri Handayani Putri Halimu Husna Dosen Akper Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini. ASI adalah makanan berstandar emas yang tidak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun. Manfaat utama pemberian ASI eksklusif bagi bayi antara lain sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Manfaat ASI tidak hanya bagi bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu, keluarga dan negara. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor determinan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Balepanjang Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Populasi penelitian ini adalah semua ibu dengan bayi usia sampai 6 bulan. Sampel penelitian adalah ibu dengan bayi usia sampai 6 yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah usia 2 35 tahun sebanyak 1 %, primipara sebanyak 68,75 %, tingkat pendidikan SMA sebanyak 56,25 %, status pekerjaan sebagai pegawai swasta 68,75%. Tingkat pengetahuan rendah sebanyak 56,25 %, Motivasi rendah sebanyak 43,75 % dan tingkat dukungan keluarga rendah yaitu sebanyak 62,5 %. Berdasarkan hasil peneltian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor determinan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Desa Balepanjang adalah tingkat pengetahuan yang rendah, motivasi yang rendah dan dukungan keluarga yang kurang Kata Kunci : Gambaran, ASI Eksklusif, Faktor Determinan
PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi dibanding dengan susu formula, ASI memiliki banyak kelebihan diantaranya ASI lebih praktis, higienis, ekonomis, dan mengandung colostrom. Unsur - unsur yang terkandung di dalam ASI antara lain hidrat arang, protein, lemak, mineral, dan vitamin. ASI mengandung zat kekebalan (kolostrum) yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit (Anwar, 29). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini. ASI adalah makanan berstandar emas yang tidak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun. Manfaat utama pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak, antara lain sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang. Manfaat ASI tidak hanya bagi bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu, keluarga dan negara (Suradi dan Roesli, 28). Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah : (1) komitmen ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini (early initiation), (3) posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif. ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan (Roesli, 25). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 21 menunujukkan bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%. Masalah utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat. Berdasarkan pemantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 27 rata-rata cakupan ASI Eksklusif di Jawa Tengah baru mencapai 27,49% dari target yang diharapkan 8%. Pada tahun 212 rata-rata cakupan ASI Eksklusif meningkat menjadi 28,8% dan 32,93% pada tahun 213 (Dinkes Provinsi Jateng, 214). Persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Wonogiri tahun 214 adalah 41,97% atau sebanyak 3683 bayi dari jumlah keseluruhan 8778 bayi yang mendapat ASI eksklusif. Pada studi pendahuluan yang penulis lakukan di bulan Juli 215 di Puskesmas Baturetno. Desa Balepanjang merupakan desa dengan jumlah pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) lebih dini yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan desa desa lainnya. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk mengetahui faktor determinan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Desa Balepanjang, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia sampai 6 bulan. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia sampai 6 bulan yang diberikan MP-ASI di Desa Balepanjang, Kecamatan Baturetno yang berjumlah 16 orang. Alat/Instrumen Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuessioner tertutup. Bentuk dan jenis pertanyaannya adalah closed ended yaitu dichotomy question. Jumlah pertanyaan untuk Asi ekslusif 1, motivasi instrinsik 6, motivasi ekstrinsik 6, sikap 3 dan bentuk optional question sebanyak 5 pertanyaan. Data Setelah mendapatkan ijin dari Bidan Desa Balepanjang untuk melakukan pengumpulan data, peneliti memberikan surat permohonan menjadi responden
bersamaan dengan lembar persetujuan menjadi responden pada ibu yang mempunyai bayi usia sampai 6 bulan yang datang ke posyandu. Apabila ibu bersedia menjadi responden, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner dan memberi waktu kepada ibu untuk mengisi kuessioner dengan lengkap. Dari kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas ini, peneliti dapat mengidentifikasi faktor faktor determinan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Definisi Operasioanl ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi usia sampai 6 bulan tanpa tambahan makanan lain Faktor Determinan adalah faktor yang menentukan rendahnya pemberian ASI ekslusif pada bayi usia sampai 6 bulan di desa Balepanjang Metode Analisis a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden (umur, pendidikan, paritas, pekerjaan) b. Analisis Bivariat Analisis dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor determinan rendahnya pemberian ASI eksklusif dengan metode deskriptif kuantitatif HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Distribusi responden berdasar karakteristik umur, paritas, pendidikan dan pekerjaan No Variabel f % 1. Umur : >2 tahun 2 35 tahun 2. Paritas : Primipara Multipara Grande multipara 16 11 5 1 68,75 31,25 3. Pendidikan : SD SMP SMA > SMA 4. Pekerjaan : IRT Pegawai Swasta PNS 1 4 9 2 3 11 2 6,25 25 56,25 12,5 18,75 68,75 12,5 Distribusi responden berdasarkan umur sebanyak 1 % responden berusia 2 35 tahun, tidak ada responden yang berusia kurang dari 2 tahun atau yang berusia lebih dari 35 tahun. Berdasarkan paritas terdapat 68,75 % responden primipara, 31,25 % responden dengan multipada dan tidak ada responden yang grande multipara. Berdasar tingkat pendidikan sebanyak 6,25 % responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD), sebanyak 25 % responden berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebanyak 56,25 responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebanyak 12,5 responden berpendidikan diatas SMA. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan terdapat sebanyak 18,75 % responden dengan pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), Sebanyak 68,75 % yang bekerja sebagai pegawai swasta dan sebanyak 12,5 % responden bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tabel 2. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif Tingkat Pengetahuan f % Tinggi 2 12,5 Sedang 5 31,25 Rendah 9 56,25 Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif yaitu responden dengan tingakat pengetahuan tinggi sebanyak 12,5 %, responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 31,25 % dan responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 56,25 %. Tabel 3.
Gambaran Motivasi Responden Dalam Pemberian ASI Eksklusif Tingkat Motivasi f % Tinggi 3 18,75 Sedang 6 37,5 Rendah 7 43,75 Gambaran tingkat motivasi responden dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 18,75 % responden mempunyai motivasi yang tinggi, sebanyak 37,5 responden dengan motivasi sedang dan 43,75 responden dengan motivasi rendah. Tabel 4. Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Tingkat Dukungan f % Tinggi 2 12,5 Sedang 4 25 Rendah 1 62,5 Gambaran tingakat dukungan dari keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif terdapat 12,5 % responden dengan tingkat dukungan tinggi, 25 % responden dengan tingkat dukungan sedang dan sebanyak 62,5 % responden dengan tingkat dukungan rendah. Pembahasan Berdasarkan umur mayoritas responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah usia produktif yaitu usia 2 35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurjanah (27) dan Dian Lestari (29) yang juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan pemberian ASI eksklusif Berdasarkan paritas responden primipara yang terbanyak tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 68,75%. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah berpendidikan SMA. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dian Lestari (29) bahwa tiidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif dan tidak sejalan dengan hasil penelitian Nurjanah (27) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut Alam (23) dalam Dian Lestari (29) ibu yang berpendidikan tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah dan cenderung mempunyai banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Berdasarkan tingkat pekerjaan mayoritas yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu yang bekerja yaitu sebanyak 68,75 % adalah pegawai swasta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nuryanto (22) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 1,16 kali untuk menghentikan pemberian ASI dibanding ibu yang tidak bekerja. Dan tidak sejalan dengan hasil penelitian Dian Lestari yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Berdasar tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 56,25 %. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Diana (27) yang menyatakan bahwa faktor pendorong gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan dan penelitian yang dilakukan Gita (21) yang menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklsif semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan tingkat motivasi, hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai tingkat motivasi rendah yaitu sebanyak 43,75 %. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ratih (29) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif. Motivasi sebagai faktor pendorong, dapat berasal dari dalam diri sendiri yang berupa kesadaran dan kemauan maupun dari luar yaitu keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan yang berupa pemberian informasi. Ibu yang memiliki motivasi rendah cenderung tidak memberikan ASI karena kurangnya motivasi dari dalam diri maupun dari luar. Sedangkan ibu yang memiliki motivasi tinggi, sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif karena ibu sadar akan manfaat dan keuntungan ASI bagi ibu maupun bayinya Ratih (29) Berdasarkan tingkat dukungan keluarga mayoritas ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai tingkat dukungan yang rendah dari keluarga yaitu sebanyak 62,5 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian La Ode (211) yang menyatakan perlu adanya dukungan suami dan keluarga dalam pmberian ASI eksklusif kepada bayinya. KESIMPULAN 1. Responden yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Balepanjang mayoritas berusia 2 35 tahun, primipara, tingkat pendidikan SMA status pekerjaan adalah pegawai swasta 2. Tingkat pengetahuan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Balepanjang mayoritas adalah dengan tingkat pengetahuan rendah DAFTAR PUSTAKA Azwar, Azrul. 28. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR. Ambarwati dan wulandari. 29. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama Aprilia, Gita (21). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI 3. Motivasi responden yang tidak memberikan ASI eksklusif di Desa Balepanjang mayoritas adalah adalah rendah 4. Tingkat dukungan dari keluarga kepada responden untuk memberikan ASI eksklusif rendah 5. Faktor determinan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di desa Balepanjang adalah Tingkat pengetahuan rendah, motivasi rendah dan dukungan keluarga yang kurang. SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang informasi mengenai ASI eksklusif yang lebih lengkap kepada masyarakat khususnya ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. 2. Bagi Ibu di Desa Balepanjang Ibu seharusnya berusaha secara lebih giat untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, karena ASI eksklusif mengandung nutrisi dan zat gizi yang penting dimana sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. 3. Bagi peneliti berikutnya Diharapkan untuk dapat menambah variabel dan jumlah responden sehingga hasil penelitian yang dicapai lebih baik Eksklusif Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa HarjobinangunPurworejo. Jogjakarta Arikunto, S. (21). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung : Alfa Beta Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. (28) Menyusui Pada Satu Jam Pertama.
http//aimiasi.org/28/4/helloworld/14 Desember 214 Dep.Kes. RI., (27). Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta Dep.Kes. RI. (27). Pelatihan Konseling Menyusui Sejak Lahir Sampai Enam Bulan Hanya ASI Saja. Jakarta Indah Kartika, Ratih. (29). Hubungan Antara Motivasi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa balun Kecamatan Turi Kabupaten lamongan. Jurnal Surya Vol. 1. No.2 Bulan Maret 29 Lestari,Dian.(29). Faktor Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta. FKM UI. La Ode Amal saleh (211). Faktor-faktor Yang menghambat Praktik ASI Eksklusif Pada Bayi Usia -6 Bulan. Universitas Diponegoro. Semarang Nur Afifah, Diana.(27). Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. (Tesis) Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Nursalam. 28. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Notoatmodjo, S. 23. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 27. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 25.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.21. Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat. Semarang: Dinas Provinsi Jawa Tengah Poerwadaminta. 23. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3.Jakarta : Balai pustaka Roesli, U.(25). Mengenal ASI Eksklusif : Trubus Agriwijaya Roesli, U (28). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda. Rosita, S. 28. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana Riyanto, Agus. 29. Pengolahan dan analisis data kesehatan.yogyakarta : Nuha Tampan Kota Pekan Baru. FKM USU: Medan Saifudin, Abdul bari. 28. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI. Sugiyono. 211. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: ALFABETA. Sumarah, Y N. 28. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin. Yogyakarta: Fitramaya Saryono, A.S. 21. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Sastroasmoro, S. 28. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara Sopiyudin. 29. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta :Salemba medika Sukmadinata. 23. Informasi dan pengetahuan. Jakarta: Bina Rupa Aksara Varney, Hellen. 27. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4. Vol. 2.Jakarta : EGC Wiknjosastro, Hanifa. 27. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Wawan, A. 21. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha